Kursus Plus-plus

Tadinya saya berpikir bahwa hari Rabu kemarin adalah hari terakhir saya mengikuti kursus Java, karena melihat daftar hadir yang ada hanya tersedia delapan kolom tanda tangan yang artinya delapan hari atau delapan kali pertemuan. Tapi nyatanya tidak. Setelah melakukan konfirmasi ke bagian umum dan pihak penyelenggara, ternyata kursus kali ini berlangsung selama sepuluh hari.

Kursus kali ini, meskipun diselenggarakan oleh pihak yang sama seperti kursus-kkursus sebelumnya, tetapi pada pelaksanaannya ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok. Pertama, jumlah peserta dan materi kursus yang cukup banyak. Beberap kali saya mengikuti kursus, jumlah peserta hanya sekitar sepuluh orang dan materi kursus hanya satu saja. Sedangkan kali ini, jumlah peserta cukup banyak dan meteri kursus juga beragam serta pelaksanaan kegiatannya yang bersamaan.

Kedua, jika kursus sebelumnya cukup dengan mobil kijang untuk antar jemput peserta, di kursus kali ini yang jumlah pesertanya cukup banyak, penyelenggara harus menyediakan bis.

Yang ketiga, lokasi kursus dibagi dua tempat. Karena jumlah peserta di lokasi pusat sudah membludak, maka sebagian peserta dialihkah ke lokasi lain yang lebih jauh.

Di sinilah terjadi masalah. Satu buah bis menjemput dan mengantar sekian peserta yang jumlahnya banyak dengan materi yang berbeda dan lokasi yang berbeda, sehinggajarak dan waktu tempuh jadi bertambah karena jalur yang dilalui memutar. Perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh dalam waktu sekitar tiga puluh menit bisa menjadi dua kali lipatnya, bahkan lebih.

Dan puncaknya adalah Rabu sore kemarin. Ketika materi belum selesai, hujan sudah mulai turun bahkan cukup deras. Biasanya, setelah hujan, jalan gatot Subroto akan macet. Dan benar saja. Setelah kursus selesai, sekitar pukul tiga, kami harus menunggu bis jemputan selama kurang lebih satu setengah jam. Kondisi jalan raya yang sudah macet mengakibatkan perjalanan tersendat-sendat. Bis lebih banyak berhenti daripada berjalan.

Supir bis, yang ternyata adalah supir pengganti, tidak begitu menguasai seluk-beluk bis yang dikendarainya. Sementara kondisi jalan yang macet mengharuskan sopir untuk pandai-pandai memainkan gas, rem, dan kopling. Karena si sopir yang nota benenya adalah pengganti, menjadi kewalahan. Bis beberapa kali mati mesin. Sampai akhirnya mogok sekitar beberapa puluh meter sebelum Pelangi.

Hujan masih turun rintik-rintik. Sopir dan kenek bis berusaha untuk memperbaiki bis agar bisa jalan kembali. Sementara di dalam bis, bau seperti ban terbakar semakin menyengat, terutama di bagian belakang. Beberapa teman yang sejak awal duduk di belakang langsung pindah ke kursi kosong di bagian tengah atau depan. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan dengan jalan kaki menuju kantor, menembus kemacetan dan rintik hujan.

Ternyata, berjalan kaki pun tidak selancar yang dibayangkan. Ketika kami naik jembatan penyeberangan, ternyata ada bagian yang tergenang air. Aneh. Di bawah tidak banjir, justru di jembatan malah banjir. Beberapa orang termasuk saya yang tidak ingin sepatu menjadi basah terpaksa berjalan dengan bergelayutan pada besi-besi pembatas di pinggir jembatan untuk menghindari genangan air tersebut.

Akhirnya, saya tiba di kantor sekitar pukul enam lima belas menit. Duduk sebentar untuk melepaskan sepatu, lalu wudhu, dan sholat. Kemudian berangkat pulang.

Pagi ini, ketika tiba di kantor, bis yang kemarin menjemput sudah datang. Pikir saya, mungkin sudah diperbaiki. Pukul delapan, saya turun dari ruangan menuju parkiran di mana bis jemputan sudah menunggu. Ternyata eh ternyata, bis masih bermasalah. Setelah memberitahu bagian umum dan meminta untuk menghubungi pihak penyelenggara, kami diminta untuk menunggu sekitar setengah jam.

Setelah menunggu beberapa lama, tak ada tanda-tanda mobil jemputan akan datang, padahal sepuluh menit lagi kursus akan segera dimulai. Beberapa teman memutuskan untuk naik taksi untuk mengejar waktu. Akhirnya saya putuskan untuk ke tempat kursus dengan mengendarai motor.

Sungguh pengalaman kursus yang benar-benar plus-plus. Plus ilmunya, plus makanannya, plus mogoknya, plus jalan kakinya, dan plus ketidakpastiannya.

—ooo000ooo—

Atas sebuah rencana, sebaik apapun kita menyusunnya, sebaiknya kita juga menyusun rencana cadangan alias Plan B untuk berjaga-jaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi ketika menjalankan rencana utama.

20 respons untuk ‘Kursus Plus-plus’

  1. niwanda Oktober 7, 2010 / 00:00

    Nanti di bagian akhir kan biasanya ada lembar saran untuk penyelenggara, tulis yang jujur aja Pak, hehehe,

  2. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    niwanda said: Nanti di bagian akhir kan biasanya ada lembar saran untuk penyelenggara, tulis yang jujur aja Pak, hehehe,

    biasanya seh ada, mbak… nanti deh saya liat ada point antar jemput nggak yah

  3. fightforfreedom Oktober 7, 2010 / 00:00

    jampang said: Atas sebuah rencana, sebaik apapun kita menyusunnya, sebaiknya kita juga menyusun rencana cadangan alias Plan B untuk berjaga-jaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi ketika menjalankan rencana utama.

    Penyelenggaranya kebanyakan nonton film serial di bawah ini kali, hihihi…

  4. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    The A-Teamnya mungkin nggak punya plan B tapi sutradaranya punya 🙂

  5. tintin1868 Oktober 7, 2010 / 00:00

    Akhirnya, saya tiba di kantor sekitar pukul enam lima belas menit. Duduk sebentar untuk melepaskan sepatu, lalu wudhu, dan sholat. Kemudian berangkat pulang.>>> kalu gitu kenapa ga sekalian langsung pulang waktu di bus mogok ya? ngabsen di kantor dulu gitu?btw, itu penyelenggaranya kog bisa ga pasti gitu? setidaknya sudah diantisipasi kan ya soal macet apalagi sekarang musim hujan, banjir dimanamana termasuk di jembatan.. 😀

  6. tintin1868 Oktober 7, 2010 / 00:00

    hahaha kalu the a team yang turun tangan pasti ga kenal namanya macet, wong punya helikopter gitu..

  7. aghnellia Oktober 7, 2010 / 00:00

    Oh kursus.. Kirain kurus! *mata rabun ayam* emang t4 kursusnya dmn?

  8. nawhi Oktober 7, 2010 / 00:00

    pantesan jarang ngempi, satunya kursus satunya sakit, kompak dah 😀

  9. anazkia Oktober 7, 2010 / 00:00

    Walah, kok persiapannya ndak maksimal banget yah, Mas? Atau udah maksimal tapi masih kendala alam?

  10. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    tintin1868 said: kalu gitu kenapa ga sekalian langsung pulang waktu di bus mogok ya? ngabsen di kantor dulu gitu?btw, itu penyelenggaranya kog bisa ga pasti gitu? setidaknya sudah diantisipasi kan ya soal macet apalagi sekarang musim hujan, banjir dimanamana termasuk di jembatan.. 😀

    saya bawa motor mbak. mau gak mau ya balik kantor ngambil motor.mungkin karena pesertanya yang tiba-tiba membludak kali mbak, jadi kaget 🙂

  11. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    tintin1868 said: hahaha kalu the a team yang turun tangan pasti ga kenal namanya macet, wong punya helikopter gitu..

    mungkin penyelenggarnya juga harus nyediain helikopter juga kali yah 🙂

  12. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    aghnellia said: Oh kursus.. Kirain kurus! *mata rabun ayam* emang t4 kursusnya dmn?

    lokasi utamanya di senayan sedangkan tempat pengalihannya di tomang.bis jemputannya, ke senayan dulu, muter terus ke tomang. bolak-balik.

  13. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    nawhi said: pantesan jarang ngempi, satunya kursus satunya sakit, kompak dah 😀

    tetep ngempi koq, cuma jamnya aja yang berubah…. xixixixixi

  14. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    anazkia said: Walah, kok persiapannya ndak maksimal banget yah, Mas? Atau udah maksimal tapi masih kendala alam?

    teman saya yang ikutan kursus bilang “hidup di jakarta susah ditebak”.berangkat jam 6 sampe tujuan jam 7, belum tentu berangkat jam 6.15 sampe tujuan 7.15, kira-kira gitu kali maksudnya.

  15. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    thetrueideas said: Saya kok bacanya kurus, bukan kursus…

    masa seh, mas. beneran kurus koq…eh kursus.*ikut2an salah baca*

  16. kavellania Oktober 7, 2010 / 00:00

    plus stresnyabang gak yakin kalo diawali dgn ribet gini bsa masuk materinya ke otak

  17. jampang Oktober 7, 2010 / 00:00

    kavellania said: plus stresnyabang gak yakin kalo diawali dgn ribet gini bsa masuk materinya ke otak

    kalau bicara masuk ke otak seh bisa, yang jadi masalah sampai kapan materi itu bertahan di otak 🙂

  18. kavellania Oktober 7, 2010 / 00:00

    jampang said: kalau bicara masuk ke otak seh bisa, yang jadi masalah sampai kapan materi itu bertahan di otak 🙂

    betul betul betul

  19. jampang Oktober 8, 2010 / 00:00

    kavellania said: betul betul betul

    mudah2an gak masuk kuping kanan keluar kuping kiri.yang jelas harus sering dilatih.

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s