Kursus kali ini, meskipun diselenggarakan oleh pihak yang sama seperti kursus-kkursus sebelumnya, tetapi pada pelaksanaannya ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok. Pertama, jumlah peserta dan materi kursus yang cukup banyak. Beberap kali saya mengikuti kursus, jumlah peserta hanya sekitar sepuluh orang dan materi kursus hanya satu saja. Sedangkan kali ini, jumlah peserta cukup banyak dan meteri kursus juga beragam serta pelaksanaan kegiatannya yang bersamaan.
Kedua, jika kursus sebelumnya cukup dengan mobil kijang untuk antar jemput peserta, di kursus kali ini yang jumlah pesertanya cukup banyak, penyelenggara harus menyediakan bis.
Yang ketiga, lokasi kursus dibagi dua tempat. Karena jumlah peserta di lokasi pusat sudah membludak, maka sebagian peserta dialihkah ke lokasi lain yang lebih jauh.
Di sinilah terjadi masalah. Satu buah bis menjemput dan mengantar sekian peserta yang jumlahnya banyak dengan materi yang berbeda dan lokasi yang berbeda, sehinggajarak dan waktu tempuh jadi bertambah karena jalur yang dilalui memutar. Perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh dalam waktu sekitar tiga puluh menit bisa menjadi dua kali lipatnya, bahkan lebih.
Dan puncaknya adalah Rabu sore kemarin. Ketika materi belum selesai, hujan sudah mulai turun bahkan cukup deras. Biasanya, setelah hujan, jalan gatot Subroto akan macet. Dan benar saja. Setelah kursus selesai, sekitar pukul tiga, kami harus menunggu bis jemputan selama kurang lebih satu setengah jam. Kondisi jalan raya yang sudah macet mengakibatkan perjalanan tersendat-sendat. Bis lebih banyak berhenti daripada berjalan.
Supir bis, yang ternyata adalah supir pengganti, tidak begitu menguasai seluk-beluk bis yang dikendarainya. Sementara kondisi jalan yang macet mengharuskan sopir untuk pandai-pandai memainkan gas, rem, dan kopling. Karena si sopir yang nota benenya adalah pengganti, menjadi kewalahan. Bis beberapa kali mati mesin. Sampai akhirnya mogok sekitar beberapa puluh meter sebelum Pelangi.
Hujan masih turun rintik-rintik. Sopir dan kenek bis berusaha untuk memperbaiki bis agar bisa jalan kembali. Sementara di dalam bis, bau seperti ban terbakar semakin menyengat, terutama di bagian belakang. Beberapa teman yang sejak awal duduk di belakang langsung pindah ke kursi kosong di bagian tengah atau depan. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan dengan jalan kaki menuju kantor, menembus kemacetan dan rintik hujan.
Ternyata, berjalan kaki pun tidak selancar yang dibayangkan. Ketika kami naik jembatan penyeberangan, ternyata ada bagian yang tergenang air. Aneh. Di bawah tidak banjir, justru di jembatan malah banjir. Beberapa orang termasuk saya yang tidak ingin sepatu menjadi basah terpaksa berjalan dengan bergelayutan pada besi-besi pembatas di pinggir jembatan untuk menghindari genangan air tersebut.
Akhirnya, saya tiba di kantor sekitar pukul enam lima belas menit. Duduk sebentar untuk melepaskan sepatu, lalu wudhu, dan sholat. Kemudian berangkat pulang.
Pagi ini, ketika tiba di kantor, bis yang kemarin menjemput sudah datang. Pikir saya, mungkin sudah diperbaiki. Pukul delapan, saya turun dari ruangan menuju parkiran di mana bis jemputan sudah menunggu. Ternyata eh ternyata, bis masih bermasalah. Setelah memberitahu bagian umum dan meminta untuk menghubungi pihak penyelenggara, kami diminta untuk menunggu sekitar setengah jam.
Setelah menunggu beberapa lama, tak ada tanda-tanda mobil jemputan akan datang, padahal sepuluh menit lagi kursus akan segera dimulai. Beberapa teman memutuskan untuk naik taksi untuk mengejar waktu. Akhirnya saya putuskan untuk ke tempat kursus dengan mengendarai motor.
Sungguh pengalaman kursus yang benar-benar plus-plus. Plus ilmunya, plus makanannya, plus mogoknya, plus jalan kakinya, dan plus ketidakpastiannya.
—ooo000ooo—
Atas sebuah rencana, sebaik apapun kita menyusunnya, sebaiknya kita juga menyusun rencana cadangan alias Plan B untuk berjaga-jaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi ketika menjalankan rencana utama.
Nanti di bagian akhir kan biasanya ada lembar saran untuk penyelenggara, tulis yang jujur aja Pak, hehehe,
biasanya seh ada, mbak… nanti deh saya liat ada point antar jemput nggak yah
Penyelenggaranya kebanyakan nonton film serial di bawah ini kali, hihihi…
The A-Teamnya mungkin nggak punya plan B tapi sutradaranya punya 🙂
Akhirnya, saya tiba di kantor sekitar pukul enam lima belas menit. Duduk sebentar untuk melepaskan sepatu, lalu wudhu, dan sholat. Kemudian berangkat pulang.>>> kalu gitu kenapa ga sekalian langsung pulang waktu di bus mogok ya? ngabsen di kantor dulu gitu?btw, itu penyelenggaranya kog bisa ga pasti gitu? setidaknya sudah diantisipasi kan ya soal macet apalagi sekarang musim hujan, banjir dimanamana termasuk di jembatan.. 😀
hahaha kalu the a team yang turun tangan pasti ga kenal namanya macet, wong punya helikopter gitu..
Oh kursus.. Kirain kurus! *mata rabun ayam* emang t4 kursusnya dmn?
pantesan jarang ngempi, satunya kursus satunya sakit, kompak dah 😀
Walah, kok persiapannya ndak maksimal banget yah, Mas? Atau udah maksimal tapi masih kendala alam?
saya bawa motor mbak. mau gak mau ya balik kantor ngambil motor.mungkin karena pesertanya yang tiba-tiba membludak kali mbak, jadi kaget 🙂
mungkin penyelenggarnya juga harus nyediain helikopter juga kali yah 🙂
lokasi utamanya di senayan sedangkan tempat pengalihannya di tomang.bis jemputannya, ke senayan dulu, muter terus ke tomang. bolak-balik.
tetep ngempi koq, cuma jamnya aja yang berubah…. xixixixixi
teman saya yang ikutan kursus bilang “hidup di jakarta susah ditebak”.berangkat jam 6 sampe tujuan jam 7, belum tentu berangkat jam 6.15 sampe tujuan 7.15, kira-kira gitu kali maksudnya.
Saya kok bacanya kurus, bukan kursus…
masa seh, mas. beneran kurus koq…eh kursus.*ikut2an salah baca*
plus stresnyabang gak yakin kalo diawali dgn ribet gini bsa masuk materinya ke otak
kalau bicara masuk ke otak seh bisa, yang jadi masalah sampai kapan materi itu bertahan di otak 🙂
betul betul betul
mudah2an gak masuk kuping kanan keluar kuping kiri.yang jelas harus sering dilatih.