Jurnal Untuk Bunda Tercinta

ibu dan anakTak kan habis kata-kata untuk menceritakan betapa banyaknya jasa seorang ibu bagi anak-anaknya. Tak heran jika kasih sayang seorang ibu dikatakan sepanjang jalan, sementara kasih sayang seorang anak hanyalah diibararatkan sepanjang galah. Betapa pun banyak galah yang disambung, niscaya tak kan mempu menyamai panjangnya jalan di duni ini. Sebuah lirik lagu pun menggambarkan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu.

kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanang masa
hanya memberi
tak harap kembali
bagai sang surya
menyinari dunia

Ibu saya bukanlah seoang wanita yang berpendidikan. Beliau tak pernah mengenyam pendidikan formal. Pendidikan yang beliau sempat rasakan hanyalah belajar mengaji kepada guru kampung. Jadi mustahil ibu saya akan membaca tulisan ini, karena beliau tak bisa membaca huruf latin. Namun demikian, ibu saya pasti merasakan apa yang saya rasakan hari ini.

Meski ibu saya tak berpendidikan, tapi saya berani katakan bahwa ibu saya adalah ibu yang kreatif. Bagaimana tidak, untuk membantu perekonomian keluarga kami yang saat itu sangat membutuhkan suntikan dana segar, ibu turun tangan membantu ayah. Dengan kepandaian mengolah bahan makanan, beliau mulai berjualan. Mulai dari menjual jamu berupa air kunyit keliling kampung. Pulangnya, tak lupa membawakan kami anak-anaknya jajanan berupa kue-kue kampung. Di lain waktu, beliau juga sempat pula menjual jajanan pagi seperti pastel, lontong, getuk, dadar, dan sejenisnya. Sesekali ketika menjelang lebaran, beliau sempatkan untuk membuat kuke-kue lebaran seperti nastar. Bahkan hingga kini, beliau masih berjualan nasi uduk di depan rumah.

Selain bekerja membanting tulang, berdoa adalah sesuatu yang tak pernah beliau tinggalkan. Selepas menunaikan sholat lima waktu, dhuha, ataupun tahajud, beliau selalu mendoakan kami agar kelak menjadi orang-orang yang berhasil. Berkat Doa Ibunda lah, saya dan adik-adik saya kini sudah mendapatkan pekerjaan yang baik seperti yang beliau sebutkan dalam setiap doa. Bunda, Pengorbananmu Tidaklah Sia-sia.

Adalah segelas Es Teh Manis yang selalu tersaji di dalam kulkas yang senantiasa beliau sediakan untuk saya minum setibanya saya pulang dari kantor. Setiap hari, beliau tak pernah lupa. Padahal saya tak pernah meminta beliau untuk melakukan hal itu, karena jika saya mau, saya bisa membuatnya sendiri. Tapi mungkin itulah tanda kasih sayangnya kepada saya, atau bisa juga tanda syukurnya kepada Allah atas doa-doa beliau yang telah diijabah.

Saya tahu, takkan bisa seorang anak membalas jasa-jasa ibunya. Setidaknya saya berharap untuk tidak menyakitinya. Tapi pada kenyataannya saya sering mengecewakan beliau. Pilihan saya untuk menjadi sarjana tanpa wisuda adalah mungkin suatu kesalahan. Seharusnya saya lebih mengedepankan perasaan ibu saat itu dibanding ego saya. Maafkan Aku, Bu…, atas kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan, atas kesedihan-kesedihan yang beliau rasakan. Masih layakkah diri ini bertanya, “Bunda, Masih Adakah Surga Untukku?”

Namun demikian, benarlah jika cinta seorang ibu itu ibarat kuku. Kecewa yang dirasakan, ibarat kuku yang terpotong. namun dengan seiring waktu, cinta itu subur kembali seiring dengan kuku yang tumbuh dan tumbuh lagi. Sungguh, cinta yang beliau miliki adalah sebuah cinta yang tak pernah pudar.

Suatu ketika ibu pernah memberikan sebuah nasihat yang terasa ni’mat yang hingga kini masih saya rasakan dampaknya. Beliau mengajarkan saya cara mencuci piring yang menurut beliau kelak akan sangat berguna ketika saya sudah berkeluarga sementara istri sakit, suami juga harus turun tangan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Ketika saya dalam masa persiapan untuk menikah, beliau menyampaikan sepucuk surat untuk anakku berisi harapan dan keinginan beliau terhadap diri saya dan pasangan hidup saya kelak.

Dengan segala jasa beliau, rasanya… a ring for mom dan sebuah tabungan untuk merintis langkah menuju arafah bukanlah apa-apa.

Sekali lagi, Maafkan Aku, Bu…, karena pagi ini telah membuatmu menangis lagi.

******************

Robbighfirlii wa liwalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiro….

jurnal ini dibuat dengan menggabungkan jurnal-jurnal tentang ibu sebelumnya, silhkan klik link di atas jika berkenan melihat lengkapnya.


Tulisan Terkait Lainnya :

25 respons untuk β€˜Jurnal Untuk Bunda Tercinta’

  1. ikhwatiislam Desember 21, 2010 / 00:00

    hue hue T_T

  2. miftamifta Desember 21, 2010 / 00:00

    Hiks hiks melow lagi Pak:-(Memang kasih sayang Ibu kepada anak anaknya tak bisa diukur dgn apapun ya Pak

  3. nawhi Desember 21, 2010 / 00:00

    jampang said: Adalah segelas Es Teh Manis yang selalu tersaji di dalam kulkas yang senantiasa beliau sediakan untuk saya minum setibanya saya pulang dari kantor. Setiap hari, beliau tak pernah lupa.

    Ibu saya juga melakukan hal ini untuk saya, tapi tehnya hangat.

  4. hwwibntato Desember 21, 2010 / 00:00

    terharu …

  5. jampang Desember 21, 2010 / 00:00

    ikhwatiislam said: hue hue T_T

    mata ini juga masih terasa basah

  6. jampang Desember 21, 2010 / 00:00

    miftamifta said: Hiks hiks melow lagi Pak:-(Memang kasih sayang Ibu kepada anak anaknya tak bisa diukur dgn apapun ya Pak

    betul sekali, mbak

  7. jampang Desember 21, 2010 / 00:00

    nawhi said: Ibu saya juga melakukan hal ini untuk saya, tapi tehnya hangat.

    beti, wan…. beda tipis πŸ™‚

  8. jampang Desember 21, 2010 / 00:00

    hwwibntato said: terharu …

    kalau saya sebelum nulis, nangisnya …..

  9. jampang Desember 21, 2010 / 00:00

    melatidesa said: Selamat hari ibu…

    all days are mother’s day πŸ™‚

  10. rengganiez Desember 22, 2010 / 00:00

    salut untuk ibunya ya mas…

  11. jampang Desember 22, 2010 / 00:00

    rengganiez said: salut untuk ibunya ya mas…

    ibu saya dan semua ibu di dunia, pasti bikin kita salut, mbak

  12. tintin1868 Desember 22, 2010 / 00:00

    wah lama ga makan nasi uduk.. ibunya jualan dimana mas? pengen deh mampir..selamat hari ibu ya.. semoga masih ada surga di kaki ibu..

  13. jampang Desember 22, 2010 / 00:00

    tintin1868 said: wah lama ga makan nasi uduk.. ibunya jualan dimana mas? pengen deh mampir..selamat hari ibu ya.. semoga masih ada surga di kaki ibu..

    di depan rumah, mbak.rumah ortu saya di kampung kecil, sukabumi selatan, kebon jeruk, jakarta barat πŸ™‚

  14. nfiet Desember 12, 2012 / 09:13

    *berlinang bacanya…

  15. jampang Desember 23, 2013 / 05:07

    Reblogged this on Jejak-jejak yang Terserak and commented:

    Tak kan habis kata-kata untuk menceritakan betapa banyaknya jasa seorang ibu bagi anak-anaknya. Tak heran jika kasih sayang seorang ibu dikatakan sepanjang jalan, sementara kasih sayang seorang anak hanyalah diibararatkan sepanjang galah. Betapa pun banyak galah yang disambung, niscaya tak kan mempu menyamai panjangnya jalan di duni ini. Sebuah lirik lagu pun menggambarkan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu.

  16. danirachmat Desember 23, 2013 / 09:01

    merinding terharu Mas. Amiiin buat doanya..

  17. desinamora Desember 23, 2013 / 16:07

    huwaaaa… jd inget teh manis emak ni pak πŸ™‚

    • jampang Desember 23, 2013 / 16:10

      oh ya? sering dibikinin juga?

      • desinamora Desember 23, 2013 / 16:22

        hehe iya pak πŸ™‚

      • jampang Desember 23, 2013 / 16:28

        senengnya πŸ˜€

      • desinamora Desember 23, 2013 / 16:30

        hehe iya pak

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s