
Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang berkisah tentang cinta. Mulai dari cinta sepasang suami istri, cinta kepada keluarga, cinta kepada sesama manusia, cinta yang dikhianati, bahkan cinta yang terlarang. Sebanyak 23 cerpen terkumpul dalam buku ini, dan Cinta Dalam Belanga adalah salah satu cerpen di dalamnya.Kata-kata yang digunakan dalam setiap cerpennya mudah dipahami, tidak banyak yang bersayap. Aneka ceritanya juga cukup beragam dan bisa jadi pernah pernah kita saksikan atau mungkin kita alami dalam keseharian.
Saya coba menyebutkan ke-23 cerpen yang ada dalam buku ini dalam bentu cerita. Mudah-mudahan tidak salah, tidak kurang, dan tidak lebih. Judul-judul cerpen tersebut adalah yang dicetak tebal.
Ingin kuusir burung nazar di sekitar rumah yang kerap mengganggu. Tak sudi aku dianggap bangkai olehnya. Kuambil senapan yang tergantung di salah satu dinding rumah. Kucari dengan seksama di mana dia hinggap. Aku harus cepat, karena sebentar lagi matahari tenggelam di pakem. Setelah kudapati lokasi di mana dia bertengger, kucoba membidik sambil berkonsentrasi penuh.
Tiba-tiba ponsel di saku celanaku berbunyi. Mengagetkanku dan juga burung itu hingga terbang entah ke mana.
Kulihat layar ponselku, sebuah SMS yang ternyata dari suami mertuaku. Rupanya beliau ingin pergi untuk menikmati matahari di atas karimun dan menjadikan rumahku sebagai tempat persinggahan sementara. Mungkin beliau sudah bosan dengan suasana tengah hari di apartemen yang dibelikan oleh anak tertuanya.
Segera kubalas SMS tersebut. Tiba-tiba kudengar jeritan kartika, adikku, dari arah dapur. Tanpa pikir panjang, segera aku berlari menghampirinya. Setiba di dapur, kulihat kartika sedang memeluk, dafa, anakku yang berumur empat tahun. Anak yang menyelamatkanku dari sebuah kecelakaan karena dia merupakan anak indigo. Sebuah anomali dari keluarga besarku, karena tak satu pun anggota keluarga yang memiliki keistimewaan sepertinya.
Rupanya dafa masih depresi atas kehilangan teman di sekolah taman kanak-kanak yang mengalami kecelakaan dan meninggal menjelang senja beberapa hari yang lalu. Dia belum bisa menghapus jejak naisya, yang juga merupakan anak tetanggaku. Sungguh kala itu bukan sekedar senja bagi dafa.
Senja itu ia bermaksud menyampaikan surat dari ali, kawannya, kepada Naisya, juga mengingatkan kepada Naisya agar tidak bermain di jalan. Rupanya itu adalah pesan terakhir yang tidak sempat didengar oleh Naisya. Naisya pun tertabrak mobil hingga meninggal dunia.
Kucoba memahami fragmen suatu hari ini. Kucoba memahami hujan yang turun di pagi hari, bersamaan dengan selesainya tulisanku berjudul elegi bunga mawar yang bercerita tentang imajinasi renta dan seorang bocah dari masa lalu. Adakah perempuan kedua yang akan mengisi hatiku atau aku harus memendam cinta dalam belanga?
kreatif! 🙂
terima kasih, tapi jadinya bukan review 😀