Kok bisa jarak lebih jauh tapi harga legih murah? Ya bisa saja, karena yang saya maksud di sini bukan masalah ongkos taksi atau pun harga tiket angkutan darat, laut, maupun udara. Tetapi ongkos jahit celana panjang.
Selasa sore, saya bermaksud pergi ke tukang jahit di sekitar rumah. Ada beberapa potong bahan celana yang bisa dijahit menjadi tujuh potong celana panjang. Lima untuk saya dan dua untuk ayah saya. Syaikhan yang sedang asyik bermain dengan om-nya tidak mau saya ajak. Jadilah saya berangkat hanya berdua dengan ayah saya.
Lima potong jumlah terbanyak celana yang saya jahit dalam satu kesempatan. Biasanya paling-paling hanya dua potong. Hal ini karena celana panjang yang biasa saya kenakan untuk bekerja sehari-sehari sudah terlalu sempit. Pastinya karena ada ‘pembengkakan’ di beberapa bagian tubuh saya.
Tak beberapa lama, karena jaraknya tidak begitu jauh, saya dan ayah tiba di depan kios tukang jahit. Sebelum transaksi, saya tanyakan terlebih dahulu berapa ongkos jahit untuk satu celana panjang. Jawaban Bapak Penjahit sangat mengagetkan saya. Untuk setiap potong celana, ongkos yang harus saya keluarkan adalah tujuh puluh lima ribu rupiah. Mungkin memang itu adalah harga standar saat ini, mengingat saya menjahit celana terakhir sudah beberapa tahun yang lalu.
Saya coba menawar agar mendapat harga lebih murah. Tetapi gagal. Meski saya katakan akan menjahit lebih dari lima potong celana, bapak penjahit tersebut tidak mau menurunkan harga. Setelah menghitung-hitung total jumlah yang akan saya keluarkan, saya pun mundur.
Akhirnya, saya mengikuti saran salah seorang paman saya agar menjahit celana di tempat langganan beliau. Lebih jauh, tapi lebih murah. Di tempat langganan paman saya tersebut, yang berada di daerah Pondok Kacang, daerah yang belum pernah saya singgahi, ongkos untuk menjahit satu celana hanya empat puluh lima ribu rupiah. Jika ditotal, dengan menjahit di tempat tersebut, saya bisa menghemat dua ratus sepuluh ribu rupiah. Lumayan!
Akhirnya Kamis sore, saya mengajak Syaikhan dengan diantar oleh paman saya pergi ke Pondok Kacang. Seperti biasa, jika dijak jalan dengan sepeda motor, ada saja komentar Syaikhan ketika melihat sesuatu. Kali ini adalah metromini, polisi tidur, dan rumah-rumah yang kami lewati. Tiba di tujuan, waktu sudah hampir Maghrib. Selesai mengukur kami sempatkan menumpang shalat di rumah bapak penjahit tersebut.
Setelah bertransaksi, celana-celana tersebut dijanjikan akan selesai pada tanggal 10 bulan ini. Mudah-mudahan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Senang dan puas? Insya Allah. Apalagi berdasarkan pengalaman paman saya, celana buatan penjahit langganan paman tersebut kuat dan tahan lama. Biarlah jarak yang ditempuh lebih jauh, tetapi bisa berhemat. Mungkin seperti ini lah yang dirasakan oleh kaum ibu-ibu yang sering menawar dan rela berkeliling pasar untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
Tulisan Terkait Lainnya :
rata2 emak2 kan gt. Walo aku blm emak2, tp kt adik sepupuku.. T2h emak2 bgt deh seleranya, demen belanja ke pasar ama beli alat rumah tangga. Nah kepalang kena cap emak2, ya wes
usia mbak sama gak jauh beda sama ponakan yah? biar nenek2 kan masih muda :Piya seh, kalao di pasar tradisonal yang gak terawat emang gitu kondisinya [emang ada yang terawat yah]. saya juga kalau ke pasar tradisonal jarang nawar kalau cuma beli sayur atau bumbu. kalau beli ayam, udang, atau daging… tawar2 juga seh.*malah buka kartu
hm… oleh2 yang dibawa dari bandung, hasil nawar enggak? 😛
iya yah?syaikhan adalah harta yang paling berharga buat saya. mungkin tulisan saya salah satu cara saya menyayangi dan mencintai syaikhan. karena di sisi lain mungkin saya tak bisa menjadi ayah yang baik. mudah-mudahan suatu saat nanti, dia bisa memaklumi.*hiks jadi mellow lagi. Syaikhan, Abi saya sama Syaikhan. [mata saya berkaca-kaca]
jadi gak salah kan kalimat saya yang terakhir 🙂
ecim itu apa mbak?
berjauh-jauh jarak, berhemat-hemat kemudian 😀
uang tak banyak, kualitas membanggakan :DD
itu sebuatan syaikhan untuk es krim, mbak. ceritanya ada di http://jampang.multiply.com/journal/item/776/Syaikhan_Bi_Ecim
kaya iklan di tv… hemat!:)
kebetulan saya adalah biangnya ” hbs senin ada jumat, setelah selasa ada kamis, kalau ingin hidup hemat, pakai saja kartu axis.HEMAT! ” 😀
mudah2an gak mengecewakan. aamiin.
Lebih jauh harganya lebih murahterkadang kita lupa dengan biaya yang kita keluarkan untuk membeli barang yang murah di kejauhan itu.SABUDI ‘sastra budaya indonesia’mari kita jaga bersama!
@mas moes : terkadang seh begitu. sudah terlanjur senang dengan harga yang bisa dilebli lebih murah tapi dibandingkan ongkosnya malah jadi rugi 🙂
Foto dong kang…
foto apanya, mas?
boleh tau alamat lengkap penjahit yg di pondok kacang kah?
duh, maaf… saya sudah lupa. saaat itu saya diantar dan sudah lama juga kejadiannya