Malam ini, saya terkenang atau tersadar, bahwa anak saya bukanlah seorang, melainkan sepasang. Satu perempuan dan satu laki-laki. Sepasang. Lengkap.
Syifa Khairunnisa. Dia anak pertama saya. Wajahnya cantik seperti bidadari. Penuh ketenangan manakala saya memandangnya meski tak terlalu lama.
Sungguh, Syifa anak yang hebat. Mampu bertahan sembilan bulan meski dokter memvonisnya dengan penyakit yang berat luar biasa. Syifa juga mampu merasakan udara dunia selama lima jam setelah lahir. Jantungnya yang bocor tak sanggup memompa darah bersih dengan sempurna. Asites di paru-parunya juga mungkin mengganggu pernafasannya. Analisa dokter, penyebab semuanya adalah karena kelainan kromosom.
Ketika di dalam kandungan, saya dan Syifa sering kali berkomunikasi. Setiap saya pangil dirinya dengan sebutan ‘dede’, dia pasti menjawab dengan gerakan kaki, tangan, atau pun tubuhnya. Kebahagiaan yang rasa ketika menikmati peristiwa itu bisa jadi merupakan keegoisan saya. Sebab di sisi lain, saya tidak mengerti apakah Syifa juga bahagia atau mungkin bermaksud mengadu bahwa dia merasa sakit sekali di jantung dan paru-parunya.
Syifa, itu nama yang dipilih untuknya. Berharap Syifa menjadi obat bagi dirinya sendiri, sehingga mampu melawan vonis penyakit yang disampaikan dokter. Berharap Syifa akan terlahir dalam keadaan sehat sempurna. Tapi Allah berkehendak lain. Setelah lima jam lahir, Syifa kembali untuk bertemu dzat yang telah menitipkannya selama kurang lebih sembilan bulan.
Keinginan saya yang pernah tersbersit di hati, kelak suatu hari ketika pulang dari kantor, saya akan membawakannya boneka tak kan pernah terlaksana.
Syaikhan Muhammad Azzamy. Dia adalah anak kedua saya. Sikap dan perlakukan saya kepada Syaikhan ketika masih di dalam kandungan umminya tidak sebaik kepada kakaknya. Saya jarang berkomunikasi dengannya. Hanya sesekali. Entahlah. Mungkin ada ketakutan akan rasa sakit akan kehilangan lagi sehingga saya berlaku demikian.
Alhamdulillah, perkembangan dan pertumbuhan Syaikhan normal dan sehat. Syaikhan pun terlahir sempurna.
Adzan dan iqomah saya kantunkan di telinganya tak lama setelah Syaikhan lahir. Selanjutnya, tahniq pun sempat saya lakukan kepadanya. Hanya saja saya menggunakan madu, bukan kurma.
Aqiqah, mencukur rambut, dan pemberian nama untuk Syaikhan, dilakukan tepat ketika usianya tujuh hari. Sebenarnya ada rencana mengkhitan Syaikhan pada hari yang sama. Tetapi karena persiapan yang kurang, ketidaksetujuan orang tua karena merasa kasihan, biaya, dan rumah sakit tempat Syaikhan dilahirkan tidak melayani khitan atau operasi kecil tanpa adanya keluhan atau penyakit. Rencana itu batal.
Syaikhan baru dikhitan ketika usianya masuk sepuluh bulan. Khitan dilakukan atas saran dokter karena sebelumnya Syaikhan mengalami demam tinggi yang begitu sering datang dan pergi. Alhamdulillah, setelah dikhitan, demamnya tak kunjung datang lagi.
Di usianya yang baru dua minggu, Syaikhan pernah mengalami flu. Tertular dari saya. Setelah berkonsultasi dengan dokter anak, Syaikhan diminta agar banyak diberi asi dan dijemur saja. Jika perlu tindakan tambahan, Syaikhan diuap saja. Dokter tak memberikan obat jenis apa pun. Begitu pula yang disarankan dokter ketika Syaikhan terkena flu yang kedua kali beberapa bulan kemudian.
Alhamdulillah, hingga kini Syaikhan sehat wal afiyat, lahir dan batin. Semoga selalu demikian. Aamiin!!!
*************
bukan sepasang sejoli
satu perempuan satu lelaki
tak pernah berjumpa walau sekali
terpisah oleh takdir yang tak mungkin dihindari
sang putri tiada lagi di sisi
telah pergi tak kan kembali
bahagia dia sedang menanti
sebagai bidadari kecil belahan hati
sang pangeran begitu tampan
jadilah dia sang pujaan
jumpa sepekan pisah sepekansyifa putriku sayang
malam ini aku terkenang
saat kita masih bersama
meski di alam berbeda
kupanggil dirimu yang belum bernama
kau jawab dengan gerak kaki dan tangan sebagai sapa
aku bahagia
padahal sakit yang kau rasahanya adzan iqomah saja
suara yang kau dengar dari mulutku dengan hati berduka
tengah malam kau datang
lalu kau pergi kala shubuh menjelangboneka yang kelak ingin kuberikan
tak bisa kubelikan
berganti doa dan pengharapan
kelak kita kembali dipertemukan
syaikhan anakku sayang
malam ini rindu kembali datang
tak hanya kepadamu seorang
tapi juga kepada kakakmu di negeri seberang
maafkan abi yang tak terlalu menghiraukan awal hadirmu
bukan karena tak sayang padamu
melainkan takut akan kehilanganmu
seperti kehilangan kakakmu
ketahuilah olehmu
abi akan menyayangimu
sampai kapan pun itu
Rabu Malam, 06-04-2011
Â
alhamdulillah :)ikut senang dan berbahagia
kalau maaf seh ada…. tapi lupa yang belum bisa 🙂
Haru…T_T
jangan ikut2an yang mewek ya teh 🙂
Awesome. Tabungan akheratnya insya Allah dah lumayan..
mbrembes mili baca ini T_T
ada kisah lebih lengkapnya lagi mbak. kondisi syifa sejak awal hingga lahir….
https://jampang.wordpress.com/2006/11/01/a-journey-to-be-a-mam-and-dad/
tapi nanti malah nambah yang mengalir lagi 🙂
meluncurr
silahkan…
Alhamdulillah.
.
Terharu juga bacanya. 🙂
dan sekarang tambah lagi jagoannya 😀
Wah, selamat ya. hihi.. turut senang. 🙂
terima kasih, mbak
sama-sama 🙂