Sejak sekolah di SD atau SMP, tak pernah ada niatan untuk menuliskan segala kejadian penting dalam hidup saya dalam sebuah diary. Betapa pentingnya kejadian itu dalam kehidupan saya, tak pernah terdokumentasikan, baik dalam bentuk foto atau tulisan. Apa yang saya tulis hanyalah catatan pelajaran sekolah, bukan yang lain.
Ketika duduk di SMA, entah darimana asalnya, saya lupa, ada sebuah buku dengan ukuran lebih kecil dari buku tulis yang biasa saya gunakan tetapi lebih tebal. Hardcovernya berwarna merah. Secara tiba-tiba juga, ada keinginan untuk menjadikannya buku harian. Tapi jika buku harian pada umumnya berisi tentang cerita keseharian, apa yang saya tulis dalam buku merah tersebut adalah puisi yang terkadang berhasil saya buat setiap hari atau beberapa hari. Tergantung ide yang datang dan perasaan yang hinggap.
Pernah suatu ketika, di kelas dua SMA diadakan pemeriksaan. Beberapa pengurus OSIS menggeledah setiap kelas dan memeriksa tas-tas siswa, termasuk tas saya. Buku merah itu pun sempat disandera. Untunglah beberapa saat kemudian, buku merah itu dikembalikan kepada saya.
Sebelum bait-bait puisi itu saya tulis dalam buku merah, biasanya saya membuat corat-coretan terlebih dahulu di kertas lain. Jika sudah selesai, barulah saya salin kembali ke dalam buku merah dengan tulisan yang lebih bagus dan lebih rapi. Selanjutnya, di atas tulisan bait-bait puisi tersebut saya hiasi dengan gambar atau sekedar garis dan lengkung dengan spidol warna sesuai dengan tema puisi.
Awalnya puisi saya berbau-bau romantis. Mungkin karena saat itu sedang menjalani yang namanya masa-masa indah samasa SMA. Namun kemudian hari saya banting setir. Puisi yang mula-mula penuh luapan rasa, berpindah aliran menjadi beraroma religius.
Suatu ketika saya meminjam mesin ketik dari encing saya untuk mengerjakan tugas sekolah. Setelah tugas selesai, saya tidak langsung mengembalikan mesin ketik tersebut, tetapi saya gunakan untuk menyalin semua puisi yang ada di dalam buku merah. Walhasil, buku merah berganti dengan kertas HVS dan tulisan tangan berganti dengan hasil ketikan. Buku merah itu pun hilang entah kemana.
Lembar-lembar kertas HVS berisi puisi-puisi tersebut kemudian saya gabungkan dan saya jilid sendiri dengan jilid yang gampang dibuka dan dipasang kembali. Satu lembar HVS saya lipat dua sehingga akan membentuk menjadi empat halaman. Biasanya satu halaman terdiri dari satu puisi. Namun jika panjang, bisa melebihi dari satu halaman. Jika keempat sisinya sudah terisi semua dengan puisi, barulah saya gabungkan dengan lembaran HVS lainnya. Begitu seterusnya.
Di halaman depan terdapat gambar tiga bunga mawar merah lengkap dengan daun dan tangkai berdurinya. Di bagian akhir setiap puisi, saya cantumkan tempat dan tanggal pembuatan puisi tersebut. Alhamdulillah, buku itu masih ada. Melihat beberapa puisi di dalamnya, mengingatkan saya akan tiga orang teman perempuannya. Kenapa? Karena di beberapa puisi, saya jadikan huruf-huruf dalam nama mereka menjadi huruf awal dalam setiap baris puisi. Salah satu nama yang hurufnya terdiri dari lima belas huruf, saya susun menjadi puisi berbentuk soneta yang merupakan bentuk favorit saya dengan patokan jumlah barisnya adalah empat belas. Satu baris judul, empat baris isi, lengkap jadi lima belas baris mewakili huruf dalam nama teman saya tersebut.
Postingan ini diikutsertakan dalam lomba Lomba-My Silly Diary
di tempatnya Teh Amel.
bisa bereinkarnasi juga ya diary-nya.
xixixixixi…. bisa kali, wan. habisnya mo ngasih judul merah sudah dipake sama teh amel, yang punya hajatan π
ada yang sekedar nuangin ide… ada juga yang luapan rasa, teh. salah satunya yang di gambar ketiga. itu puisi ketika saya merasa dijauhi oleh temen. bentuknya soneta (puisi 14 baris) dan nama temen saya ada di situ. jika huruf awal setiap baris digabung, maka akan membentuk sebuah nama…. tapi karena hasilnya buram jadi gak bisa baca kan. Alhamdulillah. soalnya yg bersangkutan juga gak tahu…. xixixixixixi
saya gratisin deh, wat teteh. asal saya menang. *nyogok
gak sama donk. saya gak pernah nembak cewe pake puisi :)tapi ada temen cewe yg bilang….."iiiiiiiiiiih… koq bisa seh"
@teh amel : wah, kalau saya jualin… udah kaya kali saya. xixixixixixi
wuaaaaaah mawar merah euymeriah hehehe
Mas Rifki punya sisi romantis π
cieeeee mawar merahnya ga nahannnn xixixix
aku belum pernah nemuin temen cowo yang suka nulis puisi sampe rapi begini.. hihi..nice π
sekuntum mawar meraaaaaaah….*dangdutan π
mau, mbak?xixixixixi
tapi ada yang gak percaya, mbak. kecuali dibuktikan langsung secara live.*sambil nunjuk ke atas
jadi tersipu…terima kasih π
waaaah,udah bikin ajaaa…puisi semua yaaa…baguuuuusssss
hahahahahaha iyaaananti jadi 'pria sejuta puisi'halaaaah
baru tahu ya, mbak π
iyah puisi semua.*upload di yutup boleh juga kali, biar terkenal…. xixixixixixi
gak jadi ah… dibatalkan. soalnya belum jelas tentang urgensi ketenaran.
pake mesin tik jadul ya
aih rajin amat….ckckck yg lg jatuh cintrong :)))
tapi gak semuanya tentang jatuh cinta koq, teh.kan dalam perjalanannya, saya pindah haluan π
iya, teh π
ahiahihaihi keren loh mas,, bak skripsi aja tuh, yang namanya dah hoby pasti indah ya kalo di review waktu dah tuek nanti sambil senyam senyum π
sekarang sudah bereinkarnasi lagi jadi buku beneran π
masih jaman dulu banget ya mas… diketik pake mesin ketik.. terus nulis pake tangan juga.
dijilid pake yang itu,,, π
so classic π
ya cuma sekarang bukunya udah nggak ada. kalau yang diketik masih ada tetapi sudah nggak utuh lagi sebab jilidnya dibuka
suka yang klasik2.. pasti banyak nyimpen cerita.. π
awal-awal sukanya buay puisi. kalau cerita sekarang simpan di blog dan softcopy aja π
hiihi buat dong mas puisi lagi π
mungkin kalau ada ide lagi akan bikin lagi
asikkk π yes π