Hari ini adalah hari minggu pertama di awal bulan. Hari di mana acara arisan keluarga rutin dilaksanakan. Sebuah wadah di mana seluruh anak cucu keturunan dari Almarhum Haji Abdullah, yang merupakan kakek dari ibu saya, berkumpul. Selain untuk menyambung tali silaturahmi, acara tersebut diisi dengan dzikir, shalawat, dan tausiyah. Kesemuanya itu diadakan dari keluarga, oleh keluarga, dan untuk keluarga. Artinya semua orang yang terlibat di dalamnya berasal dari keluarga besar, bukan dari luar.
Karenanya, iuran dan jumlah yang diperoleh ketika pengocokan nama yang keluar, jumlahnya tidak seberapa, karena memang bukan itu yang menjadi tujuan utama. Soal konsumsi yang disediakan oleh pihak tuan rumah pun ditanggung bersama oleh seluruh anggota arisan secara patungan, dengan harapan, yang berat bisa menjadi ringan.
Arisan keluarga tersebut dilakukan secara bergantian dari rumah ke rumah. Begitu juga pihak-pihak yang mengisi acara telah terjadwal. Dan kali ini, giliran saya yang mendapat jadwal sebagai salah satu pengisi acara.
******
Sabtu sore, saya baru pulang dari masjid seusai melaksanakan shalat Ashar. Belum sempat saya mengganti pakaian, ibu saya menyampaikan berita bahwa bebarapa waktu yang lalu ada telepon yang mengabarkan bahwa saya ditunjuk untuk mengisi ceramah atau kultum pada acara arisan keluarga esok hari.
Terkejut saya. Saya berpikir, karena sebelumnya pernah bertugas sebagai MC, maka saya tidak akan medapat tugas lagi hingga satu putaran arisan selesai. Ternyata saya salah.
Ada keinginan untuk menolak karena saya tidak terbiasa untuk bicara di hadapan orang banyak soal agama. Yang pernah saya lakukan hanyalah bicara tentang pekerjaan saya di bidang sistem informasi, itu pun biasanya di depan mahasiswa atau pun peserta diklat. Sedangkan di acara arisan keluarga nanti, akan hadir banyak anggota keluarga yang terdiri dari orang tua dan guru yang pasti pengetahuan agamanya lebih baik daripada saya. Itu lah yang menciutkan hati saya.
“Bukannya Kiki sering ngomong di depan orang atau temen-temen di kantor?” tanya ibu saya yang sepertinya mengharapkan agar saya mau melaksanakan tugas tersebut.
“Gak pernah, Mah.” Jawab saya yang mungkin agak mengejutkan. Rupanya, selama ini ibu saya telah overestimate kepada anaknya yang satu ini.
“Seadanya aja, sebisanya.” Ucap ibu saya lagi.
Setelah saya berpikir lagi, mungkin inilah waktu yang tepat untuk memperbaiki kesalahan saya dahulu di mana saya sering mengecewakan ibu karena jarang sekali hadir di acara arisan keluarga. Saya tahu, ibu pasti akan senang jika saya datang ke arisan keluarga bersama anak dan istri. Tapi nyatanya, jarang sekali saya lakukan.
Mudah-mudahan, saya bisa melawan kekhawatiran dan ketakutan dalam diri saya sendiri. Bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat ibu saya bangga, sekaligus memperbaiki kesalahan saya di masa lalu.
******
Bismillahirrahmanirrahim.
Rabbisy rahlii shadrii wayassirlii amrii wahlul ukdatam millisaanii yafqohu qowlii.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Teman Perjalanan
- Semua Akan Pindah Pada Waktunya
- Tiga Kota
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Wejangan Ayah
- Sepenggal Cerita Pemberian ASI Eksklusif Untuk Sabiq
- Gara-gara Es Goyang
- Selaksa Aksara Untuk Istri Tercinta
- Ketika Anak dan Ayah Bercerita Tentang Lebaran yang Seru
- Silaturahmi : Ketika Niat Saja Berbuah Berkah
jadi mc dadakan, nanti mc beneran π
yes u can do it! :p
akan terbiasa dgn sendirinya π
aamiiin π
insya Allah…. mohon dukunganya. ketik REG spasi jampang π
iya, mbak. ini mo siap2 dulu
keren ya masih menjaga tradisi silaturahim yang rutin, kalo tempat saya ndak ada kecuali lebaran, itu juga ga semuanya kumpul
pidatoooo π
smg lancar.Nambah pundi2 amal.
masih keluarga mah masih aman lah mas…. insya Allah dipermudah
Hari ini nana gak ikut pertemuan keluarga besar…Tapi kita selalu panggil penceramah buat ngisi kultum… π
ayooo kamu bisa
kirain Sehan yg belajar bicara.
kirain Sehan yg belajar bicara.
Insya allah bisa
Amiin,semoga lancar bicaranya,hehee
alhamdulillah masih berjalan. walaupun gak semuanya selalu bisa hadir.
iya, mbak π
alhamdulillah, lancar.aamiin
xixixixi… iya mbak.alhamdulillah lancar, meski agak tersendat di beberapa bagian
kakau di kerluarga saya, memanfaatkan segala potensi yg ada, mbak π
terima kasih, pak.
xixixixi…mungkin kalau ada syaikhan, saya gendong syaikhan waktu ngomong π
terima kasih, mbak. alhamdulillah.
alhamdulillah… lumayan lancar. meski ya agak tersendat di beberapa bagian
Sudah ya..pgimana komentar mak nyak?
wah..sukses ya? π
kata ibu, bagus. isinya ‘dari bawah’ maksudnya yg gampang2.kata beliau ada yg bilang kecepetan π
alhamdulillah. lumayan lancar, mbak π
jangan lupa menambahkan puisi berima, Mas … he he he …
wah, gak kepikiran mas. malahan tadinya saya mau tutup pake pantun, gak kesampean π
ayo jangan ciut mas..pede itu modal nomer 1 :)semangat! π
alhamdulillah, bisalah terbilang sukses, mbak π
Pasti BISA!! semangat dong… ini kan baru di antara keluarga, anggap aja latihan sebelum dipanggil dari khalakah ke khalakah lain, kali aja bisa kita undang ke Pengajian BC & IMSA di sini & Amrik π
hwaaa….. bisa aja neh, mbak.ngebayanginnya aja gak sanggup kalau yg tinggi begitu π
A B C D … Z … upppsss itu ma bljr membaca ya π
klo saya dr dulu smp skrg plg ngga bs bicara d dpn umum apalagi dpn keluarga besar, pdhl bapak srg ngajarin anak2 muda d arisan keluarga tuk aktif berorganisasi, tampil, n bs berbicara d dpn umum …
klo kyk gini anaknya disebut pemalu apa malu2in ya? π
Karena blm pernah dicoba. Kalau sudah terbiasa ya nggak akan malu2in π
iya jg sih … π lagian jg saya srg abstain dlm acara keluarga ….
Nah… Itu… Itu… π
Iya … Ini … Ini π
π
Klo skrg belajar smiley ya … π π