
Rumah itu kini sudah berubah. Jika dulu ukurannya mungil, kini mungkin menjadi dua kali lipatnya atau bahkan lebih, karena selain jumlah ruangnya bertambah, begitu pula dengan lantainya. Sebuah rumah yang dibangun dengan harapan bisa menjadi “baytii jannatii” yang tidak kesampaian.
Kondisi terakhir ketika saya meninggalkan rumah tersebut memang belum selesai seratus persen. Kegiatan renovasi terhenti karena kekurangan biaya, yang akhirnya menyisakan hutang dan luka.
Rumah itu terdiri dari dua lantai. Dua kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga, serta balkon ada di lantai atas. Sementara di bawah terdapat satu kamar plus kamar mandi yang belum selesai, dapur plus ruang makan, ruang tamu, tempat mesin cuci, dan teras. Sepertinya aktifitas saya lebih banyak dilakukan di lantai bawah, terutama di hari libur daripada di lantai atas.
Pagi-pagi, selepas shalat shubuh, biasanya saya mulai dengan memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Selanjutnya saya ke dapaur untuk masak nasi lalu ke mencuci piring sambil menunggu mesin cuci bekerja.
“Abi… Abi!” Suara Syaikhan yang baru bangun memanggil saya.
“Abi di bawah, Syaikhan!” Jawab saya dengan tangan penuh sabun.
Syaikhan pun menuruni beberapa anak tangga, kemudian duduk di tangga. Mungkin masih malas untuk turun ke bawah.
“Syaikhan mau turun?” Tanya saya selanjutnya.
Syaikhan tak menjawab, hanya saja dia menggerakkan kedua tangannya ke depan, meminta untuk digendong. Segera saya bersihkan tangan saya dari sabun, menaiki tangga, mendekatinya, dan menggendongnya ke bawah. Beberapa saat Syaikhan masih duduk di anak tangga paling bawah. Tapi kemudian Syaikhan memanggil saya meminta mobil-mobilannya yang tersimpan di bawah tangga. Setelah saya mengeluarkan mobil-mobilan yang bisa dinaikinya itu, Syaikhan mulai asyik berkeliling ruangan dan sesekali menghampiri saya.
Selesai dengan piring kotor, kadang saya mengajak Syaikhan mencuci motor di garasi yang belum selesai. Untuk urusan ini, sepertinya Syaikhan lebih bersemangat daripada saya. Dengan selang, Syaikhan menyirami motor kebanggaannya. Sementara saya mulai membersihkan bagian lain. Selama mencuci, Syaikhan tak pernah mengeluh untuk berhenti, malahan sering tidak mau berhenti meski motor telah bersih.
Karena bermain-main dengan air, otomatis baju Syaikhan dan saya basah. Selanjutnya, kami pun mandi. Lalu sarapan pagi.
Di lain waktu, jika Syaikhan terbangun ketika saya sedang menjemur pakaian, Syaikhan pun sering membantu saya. Syaikhan mengambilkan sepotong pakaian basah dari ember kemudian memberikannya kepada saya untuk dijemur. Jika tidak, maka Syaikhan asyik dengan mobil-mobilannya. Bergerak-gerak perlahan di halaman belakang yang tanahnya belum rata dan kadang ditumbuhi rumput yang bisa membuat kakinya gatal. Tapi dia tak pernah menjauh atau meminta untuk masuk ke dalam rumah. Dengan setia Syaikhan menemani saya hingga selesai.
Lain lagi ketika saya sedang mengiris sayuran untuknya atau memotong-motong kentang yang akan digoreng yang merupakan makanan kesukaannya. Sambil bertanya ini apa dan itu apa, Syaikhan menemani saya. Bahkan ketika mengiris kentang yang akan digoreng, dia mengambil sepotong dan digigitnya. Mungkin karena rasanya tidak enak, sekali digigit, kentang itu dikembalikan ke tempat semula.
“Abi… Abi!”
Suara Syaikhan kembali terdengar dari lantai atas manakala mendengar suara motor saya berhenti di depan rumah sepulang dari kantor. Kepalanya menyembul dari jendela atas. Kadang-kadang Syaikhan langsung menuruni tangga, tapi lebih sering berdiam di jendela. Mungkin Syaikhan tahu kalau dia belum bisa membukakan pintu untuk saya.
Setelah saya masuk dan membuka jaket, saya naik ke lantai atas dan menghampirinya. Peluk dan cium pun terjadi di antara kami berdua. Sungguh sebuah peristiwa yang terkadang membuat saya rindu.
******
Pagi ini, saya akan menjemput Syaikhan dengan motor yang begitu dibanggakan Syaikhan. Tapi saya menjemputnya bukan di rumah, tetapi di Detos.
Sesuatu yang kadang membuat saya bertanya-tanya.
Tulisan Terkait Lainnya :
xixixixixi….mumpung ada yg mancing :)sebenarnya sih dari awal-awal udah dipromosiin sama mertua, tapi bukan di MP ini.
iya, mbak.tingal saya yg bisa/mau mengambil hikmah di dalamnya atau enggak
Sy juga suka kentang goreng bang… :)Sukses utk kedepannya ya bang..!!
semangat pak 🙂
semalam jadi beliin kentang yang siap digoreng buat Syaikhan.makasih, mas 🙂
makasih, mbak
Lewat jalan kearahku doonk bukan kearah rumahmu… xixixixiixixi
bandung?jauh banget
hhhmmmm , Rumah ..rumahku itu ya kyk gitulah Mas ..*tapi katanya tadi di inget yg baik2 aja ya?*
ya kaya cerita saya di atas… kan inget yg enak2 aja 🙂
semoga suatu hari nanti Allah mengganti yg lbh baik om.Semamgattttt ya
aamiiin. insya Allah.makasih mbak