Menikah muda adalah salah satu keinginan saya. Maka ketika saya merasa sudah memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, saya pun menyampaikan maksud tersebut di keluarga, tak hanya ibu dan ayah, tapi juga nenek dan encing saya. Ketika itulah, nenek saya, entah serius atau sekedar bercanda, nenek saya berpesan, “Berangkatin haji mamah ama ayah dulu, beli tanah dan rumah, baru kawin!”
Wajar jika nenek saya berkata demikian. Sekian tahun sebelumnya, beliau diberangkatkan haji oleh salah seorang anak beliau, encing saya. Mungkin itulah yang mendasari pesan tersebut.
Tanpa berpikir panjang dan karena kesombongan dalam diri, saya langsung berkata, “Kalau begitu, kapan kawinnya. Keburu tua, dong!”
Menurut kalkulasi saya, dengan gaji saya saat itu, entah berapa tahun waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk memberangkatkan haji kedua orang tua, membeli tanah dan membangun rumah. Padahal ada kalkulasi versi lain yang terkadang tidak bisa diterima logika.
Saya pun tetap memilih untuk menikah.
Kiranya benarlah jika menikah itu bisa menjadikan seseorang menjadi lebih kaya. Gaji saya bertambah. Begitu pula dengan tugas kantor yang bisa mendatangkan tambahan penghasilan. Karenanya, ketika dirasa kondisi keuangan mulai stabil, saya pun mencoba untuk merintis jalan menuju Arafah. Enam buah tabungan haji dibuka, saya, istri, ibu dan ayah saya, serta kedua mertua saya.
Untuk beberapa lama, setoran ke dalam enam tabungan tersebut berjalan lancar. Meskipun setiap bulannya, hanya bisa mengisi seratus dua puluh lima ribu rupiah, saya berharap bisa menjadi pintu tercapainya cita-cita untuk menjalankan rukun Islam yang kelima.
Seiring adanya modernisasi di lingkungan kerja, perubahan status pegawai, serta kenaikan pangkat yang saya alami, penghasilan pun bertambah lagi dan lagi. Seharusnya, pertambahan tersebut menjadikan porsi untuk tabungan haji bisa bertambah, tetapi kenyataannya tidak. Berbagai kepentingan ini dan itu mengjadikan setoran tabungan menjadi tersendat. Selama sekian bulan, setoran tabungan kepada kedua orang tua dan mertua saya dihentikan. Tak lama kemudian, rekening haji saya pun ditutup. Sungguh disayangkan.
Kini, mumpung saya sendiri lagi sambil menunggu perjalanan waktu yang akan menyembuhkan luka, serta belajar dari pengalaman, keinginan untuk memberangkatkan haji ibu dan ayah saya menjadi prioritas.
“Mah, sebelum Kiki kawin lagi, Mamah ama Yayah pergi haji dulu. Kalau semuanya lancar, Insya Allah, dua tahun lagi bisa berangkat.”
Kalimat itu pernah saya ucapkan kepada ibu saya. Tapi, tanggapan ibu saya di luar dugaan.
“Mamah sih pengennya Kiki punya rumah dan cepet kawin lagi. Kalau udah gitu, baru mikirin haji. Kalau rezeki insya Allah Mamah bisa berangkat. Kalau bukan rezeki ya nggak apa-apa.”
Mendengar ucapan tersebut, dada saya bergemuruh. Saya merasakan seperti ada sesuatu menyangkut di kerongkongan saya. Air mata saya terasa mendesak ingin terjun bebas dari sudut mata saya. Tapi semuanya bisa saya tahan dalam diam. Jika saya berkata dan berargumen, mungkin semuanya tak tertahankan lagi.
Dan semalam, ketika ibu baru pulang dari rumah salah satu saudara, beliau becerita, “Ki, Baba Jaja kan mau pergi haji gak ketahuan lagi. Mama Iyeh ngomong kalau tiap bulan Baba Jaja ngumpulin dua ratus – tiga ratus ribu tiap bulan. Baba Jaja nanyain apa mau berangkat bareng. Mama sih bilang kalau Kiki pengen berangkatin, tapi Mama pengen ngeliat Kiki punya rumah meskipun kecil dan kawin lagi, baru Mama bisa tenang.”
Mendengar itu semua saya hanya terdiam sambil menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam tubuh saya.
#Mah, pergi haji dulu aje yeh, siape tahu di sono ketemu calon besan, kaya temen Kiki di ruang sebelah.
Tulisan Terkait Lainnya :
Amin..
iya mbak…*terharu
makasih, mas
ikut ngedo’ain ini…. heheheehe
Iya, pake talangan haji aja *ikutan promosi, biar dapet kepastian “kursi”. Amiiiin semoga doa2nya terkabul. Jadi kepikiran juga ini buat tabungan haji…
duit buat haji bisa ditabung,jodoh bisa dicari,tapi kan ntar allah yg menentukan mana yg duluan terjadi ya :)selalu yakin aja, mas
makasih, mbak.
iya mas. kemarin sempet lihat linknya. temen di ruangan juga bilang begitu. temakasih info dan sarannya. π
iya mbak. yang penting langkah awal sudah dibuat, tinggal melanjutkan. mudah2an Allah melancarkan. aamiin
Amin ya Rabb…Semoga semua rencana dan impiannya terkabul dengan cara terbaik…
aamiin. makasih doanya mbak.
ingin sekali spt crt d atas memberangkatkan haji ibu tp baru bs mulai nabung … klo nabungnya br sekarang, bs pergi haji thn brp ya?
ya nabung aja sebisa mungkin. kapan berangkatnya urusan nanti. percuma mikirin tahun kapan kalau nabungnya nggak rutin. jadi ya… nabung yg konsisten sambil berdoa
iya jg sih … klo sdh niat n panggilan pasti selalu ada jln tuk mengisi tabungan hajinya … bkn tabungan jln2 diri sendiri (nyindir diri sendiri) π
ibu bpk dpt thn berapa berangkatnya?
yup. betul.
tahun 2018. ceritanya ada di sini
https://jampang.wordpress.com/2011/11/14/2018/
mudah2an aja bisa lebih cepat
aaamiin …. biasanya klo yg d percepat itu bs d lht dr umur sih ka …
Ya… Manusia punya aturan yg dibikin. Tapi Allah Maha Berkehendak.
yup … sesuai panggilan Allah tuk k rmh nya π
Iya. Betul.
Mdh2an qt termasuk yg d panggil … π
aamiin
Yaa rabbal ‘aalamiin …