Baru saja saya melihat berita tentang para pemudik yang menggunakan sepeda motor sebagai pilihan kendaraan untuk menyambung tali silaturahim di kampung halaman.
Seorang reporter yang melaporkan berita tersebut menyatakan bahwa ada puluhan bahkan ratusan pengendara sepeda motor yang mudik dengan membawa barang dengan jumlah berlebihan dan anak kecil. Padahal jarak yang ditempuh sangat jauh. Cuaca pun tidak begitu bersahabat. Di siang hari sangat panas dan di malam hari sanat dingin. Tentu saja kondisi tersebut akan menguras stamina sang anak dan bisa membuatnya jatuh sakit.
Melihat berita tersebut mengingatkan saya terhadap ucapan Syaikhan kemarin ketika mengantarkannya ke Depok.
Di daerah Lenteng Agung, saya hentikan sepeda motor untuk memindahkan Syaikhan dari depan ke tengah. Sebelumnya, Syaikhan tidak mau jika diminta pindah ke belakang. Namun saat itu, Syaikhan tidak menolak.
Setelah pindah, Syaikhan mengucapkan sesuatu yang awalnya tidak begitu jelas saya dengar. Setelah saya membuka helm dan bertanya kembali, akhirnya saya mengetahui apa yang diucapkan Syaikhan.
“Koq nggak ampe-ampe, Bi?”
“Sebentar lagi yah,” bujuk saya.
Jika Syaikhan yang saya bonceng dengan sepeda motor mengeluh tentang lamanya perjalanan dari Kebon Jeruk ke Depok yang hanya berjarak kurang lebih tiga puluhan kilometer, maka bagaimanakah dengab anak-anak yang ikut mudik dengan sepeda motor itu?
Semoga mereka sehat selalu dan selamat sampai tujuan. Semoga orang tua mereka diberikan rezeki yang lebih banyak sehingga bisa pupang kampung dengan kendaraan yang lebih bersahabat dengan anak-anak mereka.
Aamiin.
aamiin…
Aamiin. YRA.Mereka anak2 hebat ya. Bs ngikutin maunya org tua mrk. Aku udah dari taun2 dulu miris liatnya. Subhanallah mrk tetap keliatan ceria.
Iya mas, miris liat anak kecil diapit ortunya berjam-jam untuk mudik di jalanan gituh…
Iya… Kasian banget… Padahal emaknya yang di belakang juga capek banget pastinya…
aamiin ya rabbal ‘aalamiin
kalau ngeliat kayanya yg seperti itu menjadi sesuatu yg dipaksakan
itu kalau anaknya satu mas… kalau dua… diapit satu… di depan satu… π¦
logikanya… kalau yg dewasa aja cape… apalagi yg masih anak-anak. ya kan?
v___vKemaren baca berita ttg pemudik yg make bajaj rute jkrt – semarang. Ya ampun, itu nyampe2 masih getar kali pantatnya dua hari dua malam
kuat apa bajajnya?udah turun… bumi terasa bergetar kali yah… hiks
Baca di sini :http://ramadan.detik.com/read/2011/08/26/151609/1711993/631/demi-menghemat-subadi-mudik-dengan-bajajKatanya dgn alasan lebih murah
iya banget, Om…Saya kalo dibonceng Abu Fauzan trus, Fauzannya bobo, punggung saya pegel banget padahal cuma perjalanan dari Surabaya ke Sidoarjo yang cuma 22 Km.
Hwehehe… Jd inget jaman aku sama adek masih kecil dulu… Mudik naik motor boncengan berempat π
mudah2an rem bajajnya bisa diperbaiki dan bisa segera sampe tujuan.
iyah… beda rasanya antara anak yg bangun dengab yg bobo kalau dipangku… lebih berat.
wah… pernah ngerasain mudik pake motor mbak? seru donk!
kasian liat anak kecil yang mudik naik motor, pasti capek banget..
iya..sepanjang perjalanan pulang kantor terakhir kmrn, melihat rombongan pemudik motor..miris melihat ada yg bawa bayi, ada yg bawa 2anak diapit depan belakangnya (anak yg di depan harus menunduk karena menghalangi pandangan)..duh, kebayang capeknya..
udah begitu, kadang anak2 itu tak dipakaikan helm dan jaket pula..hanya bisa berdoa semoga semua selamat dan sehat2 sampe tujuan..
iyalah pasti si anak akan kelelahan bgt.dulu kayaknya,ada kasus balita meninggal di jalan ketika mudik dgn motor
Aku blm py anak, tp rasanya pgn bgt sih blg.. Knp ya para org tua jaman skrg lbh cenderung egois hanya memikirkan diri mrk. Knp ga bs nahan diri untuk tdk plg kampung jika kondisi tdk memungkinkan*maap buat yg merasa tdk setuju
semoga mereka berhati-hati, ya …*ngeri juga melihat motor yang membawa anak-anak di antara bus dan truk …
iya mbak… π¦
perjalanannya juga pastinya jauh…. kasian
aamiin…
terkadang… adat dan kebiasaan lebih diutamakan drpd akal.
iya mas. biar niat lebaran di kampung halaman kesampean.
Nah itu dya. Kdg kita mesti belajar mencerna adat jg. Jgn sampai kita mengorbankan anak krn adat
terkadang adat juga mengalahkan syariat agama
Sepertinya mesti ditumbuhkan sikap empati walau itu anak kecil
sama dengan kereta ekonomi mas. Saya pernah liat anak kecil (sekitar 4 tahun) dihimpit lautan pantat orang dewasa sepanjang perjalanan Surabaya-Banyuwangi.. Entah kasian
yang dewasa harus lebih bisa menyandang kedewasaannya…
betul kata teh ipie… orang dewasa harua berempati sama anak kecil baik yang di kota maupun yang di kampung halaman.
Iya, karena anak itu ga bs protes dan mengeluh ky org dewasa.
paling protesnya…. sakit… hiks