[Narsisku Bahagiamu] Cleaning Service yang Bikin Malu

Siang itu, saya melangkahkan kaki dari ruang kerja menuju toilet untuk menuntaskan hajat buang air kecil. Sebelum kaki saya memasuki toilet tersebut, telinga saya menangkap sebuah suara siulan seseorang dari dalam toilet. Saya tidak tahu lagu apa yang didendangkan itu, yang saya tahu irama atau nadanya mengisyaratkan kegembiraan.Di dalam toilet itu, saya melihat Mas Tanto, petugas cleaning service di kantor saya sedang membersihkan urinoir. Sementara suara siulan yang sejak tadi saya dengar ternyata bersumber dari mulutnya. Sepertinya, Mas Tanto sangat menikmati pekerjaannya yang mungkin tidak semua orang sanggup mengerjakannya. Kalaupun sanggup, mungkin tidak bisa menikmatinya, termasuk saya jika diberi pekerjaan seperti itu.Mungkin sudah menjadi suatu patokan bahwa di saat seseorang bergembira dalam melakukan pekerjaan yang halal dengan nama dan bentuk apa pun, menandakan bahwa orang tersebut menyenangi dan mencintai pekerjaannya. Ada keikhlasan. Hati senang, pekerjaan selesai, dan pahala menunggu jika sebuah niat tuk beribadah juga tersemat. Kiranya seperti itulah Mas Tanto dengan pekerjaannya, sementara saya, masih saja sering mengeluh dengan pekerjaan yang saya hadapi. Seharusnya saya malu.Chomsun Sri Atmanto, adalah nama lengkapnya. Lelaki kelahiran tahun 1977 itu adalah anak kelima di keluargnya, sesuai dengan kata “Chomsun” yang diambil dari kata bahasa arab yang berarti lima.

Mas Tanto bekerja di tempat saya menggantikan petugas cleaning service sebelumnya. Rotasi tersebut merupakan bagian dari kebijakan kantor.

Besar harapan rekan-rekan kerja saya yang memperhatikan masalah kebersihan dan kerapihan ruangan dengan adanya rotasi tersebut, pasalnya, sebagian rekan kerja saya merasa kurang puas dengan kinerja cleaning service sebelumnya.

Dan harapan itu pun menjadi kenyataan.

Teman-teman seruangan saya yang dalam keseharian mendapatkan pelayanan dari Mas Tanto merasa cukup puas. Beberapa komentar dengan nada memuji pun sering saya dengar.

“Wah, mejaku dibersihin sama Pak Tanto!” Ucap salah seorang rekan kerja yang baru tiba di ruangan suatu pagi.

“Mas Tanto itu, walaupun tubuhnya besar (mungkin dibandingkan dengan tubuhnya yang kurus) tetapi orangnya lincah!” Puji rekan saya yang lain.

Saya pun ikut merasakan hasil kerja Mas Tanto. Mug saya terlihat selalu putih dan bersih.

Ketika ditanya soal penghasilan, ayah dari Lutfiah Rianty ini menjawab, “Awalnya sembilan ratus ribu, tapi kemudian dinaikkan menjadi, satu juta dua ratus sebulan.”

Kemarin, saya mencari-carinya untuk keperluan tulisan ini, tetapi sepanjang hari saya tidak melihatnya. Ketika saya bertanya kepada salah seorang rekannya, ternyata, lelaki yang tinggal di Menteng Dalam itu sedang memperbarui kontrak kerjanya.

Mudah-mudahan, ada perubahan yang lebih baik untuk Mas Tanto di masa kontrak kerja berikutnya.

tulisan terkait :

[Narsisku Bahagiamu] Mas Gondrong

[Narsisku Bahagiamu] Nasi Uduk Po’ Edeh