Malam itu, saya diajak oleh ibu untuk berkunjung ke rumah salah seorang kerabat. Ada pembagian warisan, kata ibu saya. Namun kehadiran ibu dan saya bukan sebagai ahli waris tapi sebagai bentuk dukungan kepada keluarga kerabat tersebut.
Sebenarnya, saya dan ayah saya masuk dalam daftar ahli waris, tapi kedudukannya terhalang dengan ahli waris yang kedudukannya lebih dekat dengan pewaris.
*****
Selama beberapa tahun, Pak Wahyu hidup sebagai seorang duda. Istrinya, Bu Mutia meninggal akibat sakit yang dideritanya.
Karena usia Pak Wahyu yang masih tergolong muda, akhirnya para sanak-keluarga menganjurkan untuk menikah lagi. Setelah bertemu dengan calon yang dirasa cocok, akhirnya Pak Wahyu menikah dengan Bu Risma.
Siang itu saya mendapat berita bahwa akad nikah telah dilaksaknakan. Tidak ada pesta meriah. Cukup sanak-saudara dan beberapa tetangga saja yang diundang.
Keesokan paginya, saya mendapat berita lagi bahwa Pak Wahyu meninggal dunia. Kaget. Karena sehari sebelumnya beliau baru saja melepas masa kesendiriannya. Tak ada juga berita bahwa beliau menderita penyakit. Namun umur manusia tidak ada yang bisa mengira, karena yang demikian adalah hak penuh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
*****
Ketika semua orang yang ditunggu sudah hadir, maka acara pun dimulai dan langsung dipimpin oleh seorang lelaki yang dituakan di keluarga itu.
“Harta warisan ini adalah hak bagi para ahli waris. Jadi, tanpa diminta, nantinya pasti akan dibagikan. Jika tidak, maka dosa dan harta tersebut tidak akan mendatangkan keberkahan.” Ucap lelaki itu memulai pembicaraan.
“Jumlah harta warisan dari almarhum, jika diuangkan, besarnya adalah sekian juta rupiah. Sebagaimana diketahui, almarhum meninggalkan istri dan beberapa orang anak. Dari harta tersebut, bagianmu adalah seperdelapan.” Lelaki itu menjelaskan bagian yang didapat oleh Bu Risma.
Setelah melakukan penghitungan, maka lelaki itu kemudian menyerahkan sejumlah uang kepada Bu Risma sebagai harta warisan yang menjadi haknya dari almarhum Pak Wahyu.
“Itu tadi bagian dari harta yang murni milik almarhum. Seperti sudah Bu Rsima ketahui, sebelumnya Pak Wahyu sudah pernah menikah dengan Bu Mutia yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Ternyata Bu Mutia memiliki harta warisan yang belum dibagi-bagi kepada para ahli warisnya. Dari harta tersebut, Pak Wahyu mendapat seperempat bagian. Jadi Pak Wahyu memiliki harta yang berasal dari almarhumah Bu Mutia. Karena sudah menjadi milik Pak Wahyu, maka ketika beliau meninggal, harta itu juga harus dibagikan kepada ahli waris, termasuk Bu Risma sebanyak seperdelapan bagian.” Jelas lelaki itu lagi.
Seperti sebelumnya, lelaki itu kemudian menghitung jumlah harta warisan yang menjadi hak Bu Risma. Lalu menyerahkannya.
Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar karena semua pihak mau menerima ketentuan tersebut.
*nama yang digunakan adalah nama samaran dan bukan nama sebenarnya.
seperti mendapatkan buah Lai, eh durian runtuh… 🙂
sesuai keterangan mas syamsul… saya pilih durian aja…. xixixixixixi
seperti ketiban se drum madu lebah sumbawa =))
Selamat yah bu Laila….
ribet ya warisan.. setiap orang punya rezeki masing-masing.. mending gak ikutan ribet deh kalo boleh milih.. minta rezeki sendiri ajah.
lho kok….? Mestinya sih bu Laila sedih karena baru kematian suami justru di awal pernikahan
Mati dan jodoh siapa yang sangka..
untung nggak sama drum2nya 😛
sayangnya… saya nggak kecipratan 🙂
masalah nanti nggak mau diambil itu terserah… tapi lakukan dulu sesuai dengan ketentuan dalam al-quran.kalau udah jelas bagiannya dapat sekian, terus nggak mau diambil… boleh aja bilang udah ini semua bagi rataaj…. sepertinya nggak masalah
kan kejadiannya sudah lewat masa berkabung, bu…. berbulan2 kemudian :)*melihat dari sisi yg lain
iya mbak…
Rejeki takkan kemana ya.. *maut pun tak pernah jauh…
kalo sifatnya seperti wasiat (diwasiatkan ketika masih hidup, untuk direalisasikan setelah meninggal) kepada ahli waris, namanya apa, pak?*kemarin masih bertanya2 tentang ini
iya mbak…
kalau wasiat itu direalisasikan ketika sudah mati, tapi tidak boleh kepada ahli waris. hanya boleh kepada pihak di luar ahli waris.kalau memberikan harta semasa hidup dengan kata lain sebagai hibah, boleh aja…. dan langsung dijalankan saat itu juga… saat masih hidup. kepada siapa aja boleh, baik ahli waris maupun bukan.wallahu a’lam.
nah itu, pak…berarti intinya yang saya tanyakan itu tidak boleh dilakukan dong?kalo tetap dilakukan? berdosakah?
soalnya kalo di keluarga2 nenek2 saya dst, itu seperti itu
wah kalu gini asik bener jadi madu.. eh tepatnya bukan madu kan? istri kedua setelah istri pertama meninggal itu bukan madu loh..
kalau memang mau ngasih… ya udah kasih aja selagi si pemilik harta masih hidup. kalau si pemilik sudah meninggal, ya itu jatuhnya bukan sebagai wasiyat, kecuali diperuntukkan kepada selain ahli waris.
iya mbak…. makanya saya kasih tanda petik di judulnya 🙂
Ki. kalau gak salah wasiat gak boleh lebih dari 1/3 jumlah harta warisan ya. kalau lebih ahli waris berhak meminta kelebihannya tersebut. benar ya?
Tanya dnk. Kalo almarhum mewasiatkan semua hartanya buat orang lain (bukan ahli waris), sementara ahli warisnya ga ada dlm wasiat itu krn alasan tertentu. Bolehkah?
tapi mungkin bu Laila juga sedih kehilangan suami.
Mba aniadami:Wasiat paling banyak sepertiga dr warisan. Sisanya untuk ahli waris.
Kesian, pasti sedih baru menikah sehari ditinggal mati.
ngga ngebayangin….
yup. besarnya warisan maksimal adalah 1/3, nggak boleh lebih dari itu.Dari Saad bin Abi Waqqash berkata bahwa Rasulullah SAW mengunjunginya saat sakit. Beliau bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah SAW, aku ingin mewasiatkan seluruh hartaku, bolehkah?” Rasulullah SAW menjawab, “Tidak”. “Setengah hartaku?”, beliau menjawab,”Tidak”. “Sepertiga ?” Rasulullah SAW menjawab,”Ya, sepertiga dan sepertiga itu banyak…” (HR Bukhari Muslim)kecuali kalau diberikan ketika si pemilik masih hidup, berapa pun boleh, tapi namanya bukan warisan, tapi hibah
kalau wasiat, nggak boleh lebih dari 1/3 harta mbak. seperti yang dijawab mbak ira, dan dasarnya hadits komen saya sebelum ini. jadi nggak boleh.wallahu a’lam.
pastinya mbak…..
iya uni….
jadi jangan ngebayangin 🙂
hhmm….Sehabis menikah suaminya langsung meninggal…. senangkah???
ya pastinya sedih, mbak.kan saya nggak ngebahas soal kematian, tapi soal warisan. dan pembagian warisannya itu jauh-jauh hari setelah meninggalnya si suami.makanya ceritanya saya bikin maju-mundur
hoooo gt toohh…
iya… begitu. tapi mungkin keterangan waktunya nggak jelas. cuma saya bedakan dengan tanda ******
semoga Allah memberkahi keluarga Pak Ahmad …
aamiin.
dulu dapet pelajaran hitung waris jaman sma, mumet ^^;;
kalau soalnya gampang, pasti nggak mumet mbak 🙂
sedihnya jd bu laila..
sedih dan senangnya hanya soal perbedaan waktu 🙂
warisan oh warisan .. terdengar asing di telinga
tapi pernah denger kan 🙂