Seperti biasa, Syaikhan banyak menambahkan ceritanya selama berada di atas motor. Sebisa mungkin saya menanggapi cerita Syaikhan. Jika saya tidak mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Syaikhan, saya katakan saya tidak mendengar dan meminta Syaikhan mengucapkan ulang dan membuka kaca helmnya. Jika tidak memungkinkan, maka saya menanggapi sekenanya saja.
Satu pesan saya kepada Syaikhan selama perjalanan tersebut, “Syaikhan kalau ngantuk kasih tahu Abi, yah!” Tapi, melihat cuaca yang sangat terik hari itu, meski belum sampai tengah hari, saya menambahkan pesan tersebut dengan kata-kata, “Kalau bisa Syaikhan jangan bobo dulu. Soalnya kalau Syaikhan bobo, terus kita berhenti, nanti akan tambah panas.”
Di Kebagusan, Syaikhan memberi tahu saya bahwa dirinya haus dan ingin minum jeruk (minuman kesukaannya). Saya berjanji untuk membelikannya sekaligus berhenti di halte.
Di Jalan TB Simatupang, kami berhenti di sebuah halte yang terdapat warung di sampingnya. Saya belikan minuman sekaligus menawarkan Syaikhan jajanan yang dibawa dari Depok. Selama beberapa menit, kami beristirahat di halte tersebut untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Sekitar sepuluh menit lagi tiba di rumah, Syaikhan mulai terlihat lelah, dan mungkin juga lapar. Syaikhan merebahkan tubuhnya di atas tangki bensin. Matanya tetap terbuka.
Rencananya saya akan membelikan lauk ayam garing-garing sebelum tiba di rumah. Tapi melihat kondisi Syaikhan, saya putuskan untuk membawa Syaikhan pulang dahulu baru kemudian saya sendiri yang membelikan ayam untuk Syaikhan.
Sekitar seratus meter tiba di rumah, Syaikhan ngambek. Syaikhan ingin ikut membeli ayam dan tak mau ditinggal. Akhirnya, saya pun balik arah untuk membeli ayam bersama Syaikhan.
Baru tiba di rumah, Syaikhan langsung minta makan. Sepertinya sudah lapar sekali. Berdasarkan cerita Syaikhan, sebelum berangkat, Syaikhan melakukan sarapan secara tidak lengkap.
Di malam hari, Syaikhan mendengar suara anak-anak yang sedang bermain di lapangan bulu tangkis di depan rumah. Syaikhan mengajak saya bermain ke lapangan. Menjelang isya, saya mengajak Syaikhan pulang.
Rupanya Syaikhan senang berada di lapangan meski hanya menonton anak-anak bermain. Buktinya, selepas isya, Syaikhan mengajak omnya bermain ke lapangan lagi.
Bi, lain kali beli ayam dulu baru pergi jemput Syaikhan, kan kasihan dia udah kadung lapar bi………
stoknya sudah abis yah? dikasih ke abinya sih…. :))
kepagian, bunda kalau sebelum berangkat beli dulu 🙂
xixixixi… itu kejadian yang dulu2, mas
Syaikhan suka sayuran nggga Kang?
enak tuh panas2 minum jeruk dingin.. 🙂
syaikhan makannya pinter ya….
agak susah. kata neneknya, syaikhan mau makan sayur kalau disuapin sama saya. kalau nggak sama saya…. nggak mau.sekarang sudah mau makan sayur, baru wortelnya aja sih
iya, mbak…. saya aja minta ke syaikhan 😀
pengennya begitu terus, mbak…. biar chubby kaya abinya…. xixixixixixixi
wah sama tuh sama anak teteh yg kecil, susaaaah banget.Wortel doang sukanya… Jadi mesti sering2 disuapin abinya ya…:)
ya pengennya sih nyuapin, cuma waktunya nggak ada. kalau hari libur, pagi siang sore, syaikhan maunya sama saya.kalau hari kerja… paling bisa saya nyuapin sore… kalau pagi dan siang, sama neneknya
itu yg di sebelah Syaihan siapa ? koq fotonya 1/2 badan Mas ?
syaikhan ga sekalian ikut main sm bocah2,Om? 😉
itu orang yang sedang nunggu di halte juga. nggak tahu siapa 🙂
di videonya syaikhan jawab kenapa nggak mau.maunya sama abi dan omnya 🙂
Abinya ikutan main dong ;-)mAAF biz di kantor ga ada speaker-nya,Om 😉
paginya…. baru main 🙂