1 Mei 2012Malam itu, sekitar pukul delapan, Syaikhan sudah tertidur. Padahal di hari-hari biasa, Syaikhan baru tidur sekitar pukul setengah sepuluh malam.
Kondisi tersebut saya manfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan yang jatuh tempo penyelesaiannya esok hari.
Baru beberapa lembar jawaban soal yang saya koreksi, terdengar suara rintihan Syaikhan dari dalam kamar.
Saya tinggalkan pekerjaan saya untuk melihat Syaikhan di dalam kamar. Kedua mata Syaikhan masih terpejam. Tetapi tidurnya gelisah tidak bisa diam. Syaikhan terihat sering menggaruk-garuk kepalanya.
Saya melihat kedua telinga Syaikhan memerah. Begitu juga dengan bagian pipi di dekat kedua telinganya.
Saya kipasi Syaikhan sambil mengusap-ngusap bagian tubuh Syaikhan yang sebentar-sebentar digaruk dengan tangannya. Entah berapa lama saya melakukannya, yang pasti saya pun ikut tertidur.
2 Mei 2012
Sekitar pukul tiga dini hari, ibu membangunkan saya dan memberitahu bahwa Syaikhan terbangun sejak pukul dua dalam keadaan gelisah dan tidak bisa tidur kembali. Saya keluar kamar dan mendapati Syaikhan sedang merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Saya gendong untuk menidurkannya kembali. Tak lama kemudian, Syaikhan meminta tidur di dalam kamar. Saya bawa Syaikhan ke dalam kamar, mengipasinya, dan mengusap-usap bagian tubuh yang diminta Syaikhan. Syaikhan pun akhirnya tertidur. Sementara saya melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
Pagi harinya, saya meninggalkan Syaikhan untuk kerja. Kondisi tubuhnya masih hangat di bagian kepala, leher, dan perut. Sedangkan suhu di kakinya normal. Sementara di bagian kening Syaikhan, saya melihat beberapa bentol cukup besar dan kulit di sekitarnya berwarna merah.
Sekitar pukul setengah empat sore, saya menelpon rumah untuk bicara dengan Syaikhan. Telepon diterima oleh ibu saya yang langsung mengabarkan bahwa Syaikhan tidak bisa ditinggal karena selalu minta diusap-usap di beberapa bagian tubuhnya. Ayah dan ibu saya secara bergantian mengusap-usap Syaikhan. Mata Syaikhan juga terlihat bengkak. Kondisi Syaikhan seperti itulah yang menyebabkan saya membuat QN di sini.
Setelah mendapatkan beberapa masukan berupa komentar di QN tersebut, dalam perjalanan pulang ke rumah saya mencari kelapa ijo dan susu. Alhamdulillah, kedua benda tersebut tidak sulit untuk ditemukan.
Tiba di rumah, saya melihat Syaikhan sedang tiduran di atas sofa sambil menonton film. Saya melihat sendiri apa yang sebelumnya ibu saya ceritakan tentang kondisi Syaikhan.
Saya langsung merayu Syaikhan untuk meminum susu atau air kelapanya. Syaikhan mau, tapi hanya satu dua teguk. Selanjutnya Syaikhan menolak dan tidak mau minum lagi. Tidak kuat, katanya.
Anehnya, ketika Syaikhan mengajak saya bermain “berantem-beranteman”, tetap bersemangat meskipun dalam posisi duduk. Begitu juga ketika kami bersama-sama memanikan gameboy sambil mengingat-ingat kejadian semalam di mana Syaikhan bermaksud mengusap-usap kepalanya yang gatal tetapi malah menggaruknya. Mendengar cerita saya, Syaikhan tertawa keras seolah-olah tidak merasakan sakitnya.
Saya raba kepala Syaikhan dan masih terasa panas. “Syaikhan, kepalanya sakit?”
Syaikhan menjawab dengan menggeleng sebagai pertanda dirinya tidak merasakan sakit di kepalanya.
Malam harinya, Syaikhan tidur dengan lebih tenang. Hanya sekali terbangun untuk minta dikipasi.
3 Mei 2012
Ketika bangun, merah-merah dan bentol-bentol di wajah Syaikhan sudah menghilang. Hanya matanya yang masih terlihat masih bengkak dan kepalanya masih terasa hangat. Makannya yang agak sulit. Baru dua suapan yang masuk ke mulut Syaikhan. Suapan berikutnya langsung ditolak.
Sekitar pukul setengah sepuluh, saya menelpon rumah dan diterima langsunng oleh Syaikhan.
“Syaikhan masih sakit?” Tanya saya.
“Udah nda, Bi. Cuma gatal dikit.” Jawab Syaikhan.
Saya menebak bagian pinggangnya yang masih gatal karena ketika pagi hari, saya melihat bagian tersebut yang masih terlihat merah.
“Syaikhan udah makan?”
“Nanti, Bi. Jam satu makannya.”
Nada bicara Syaikhan sudah seperti biasa. Mudah-mudahan akan membaik.
1 Mei 2012
“Bi, permennya nggak enak!” Syaikhan memberi tahu saya ketika saya menelponnya sekitar jam satu siang.
“Syaikhan makan permen apa?” Tanya saya.
“Permen m*nth*s. Tapi bukan yang putih. Tadi Om beli yag putih nda ada. Jadinya yang pink.”
“Kalau nggak enak, ya nggak usah dimakan.”
“Buat Abi aja deh. Abi pasti suka.”
“Iya. Nanti kalau Abi pulang, Abi makan permennya.”
Celoteh Syaikhan Lainnya :
- Celoteh Syaikhan [106] : Game yang Tak Cocok Buat Abi
- Celoteh Syaikhan [105] : Warna Laki-laki
- Celoteh Syaikhan [104] : Tukang Cukur Yang Sok Tahu
- Celoteh Syaikhan [103] : Nggak Ada TV Layar Lebar dan AC
- Celoteh Syaikhan [102] : Jangan Foto Terus, Bi!
- Celoteh Syaikhan [101] : Mengimbangi Abi
- Celoteh Syaikhan [100] : Naik Motor, Tidur, Jatuh
- Celoteh Syaikhan [99] : Abi Beneran Orang Kaya!
- Celoteh Syaikhan [98] : Abi Punya Pacar?
- Celoteh Syaikhan [97] : Bawa ke Sini Semuanya!
aamiin π
selalu minta diusap2in, masaamiin
Alhamdulillah kalau udah baikan mas