“Peng Pri… karena ada aku dan kamu!”Komentar pertama yang muncul setelah saya memposting tulisan yang berjudul “Lelaki dan Semangkuk Mi Rebus” di sebuah forum diskusi.Karena saya tidak tahu apa maksud dari “Peng Pri” di komentar tersebut, saya pun langsung bertanya kepada komentator tersebut dengan mereply komennya dan menambahkan “Artinya apa, Bu?”
Beberapa saat kemudian, sebuah komentar baru dari yang bersangkutan pun muncul dan menjawab pertanyaan saya.
“Pengalaman Pribadi,” rupanya itu kepanjangan dari “Peng Pri” di komentar pertama.
Jelas tebakan komentator tersebut salah, tepatnya terbalik. Yang tepat adalah, ketika saya bercerita dalam postingan yang menggunakan kata ganti “saya,” maka cerita tersebut adalah pengalaman pribadi saya. Sementara jika saya bercerita dengan menggunakan kata ganti “aku,” maka postingan tersebut hanyalah fiksi belaka, yang mungkin diilhami dari kisah nyata.
Lain lagi ketika saya memposting tulisan dengan judul “Lelaki dan Sang Mantan.” Salah seorang sahabat saya tiba-tiba mengirimkan SMS untuk melakukan konfirmasi apakah benar saya ditolak setelah mengajukan proposal kepada seorang perempuan. Maksud baik dari sahabat saya melakukan konfirmasi tersebut adalah untuk memberikan support kepada saya untuk tetap semangat dan selalu semangat.
Dan saya pun menjawab konfirmasi tersebut dengan memberikan jawaban yang sama seperti penjelasan di atas.
Begitulah… tulisan iseng antara saya dan aku.
Tulisan Terkait Lainnya :
rancu deh pembaca.
Beti lah saya dan aku.
jadinya…. ini semacam klarifikasi lah.lagi pula, seringnya tulisan saya dikasih tag koq
yang penting beda…biar pun transparan…. eh tipis
kalau ja pri jalur pribadi … he he he …
oh kata saya dan aku yang digunakan Mas Rifki punya arti beda ya
Mungkin lihat postnya via hape, di sini gak keliatan tags-nya. Eh, pake tags kan?
betul kang.kalau jamper itu……. jampang lopers….. 😀
iya, mbak…. beda… situasi dan kondisinya
kalau saya posting via hp, tagnya nggak bisa diisi. kalau posting via laptop, seringnya saya kasih tag
ha ha ha …keren bin mantap … he he he …
Klo nulis fiksi emang lbh enak pake aku.hehe
kan……. saya masih OK…. xixixixixi
mo pri, ru pri, du pri 😀
iya, mbak 🙂
makanya nanti, pas ijab qabul…. pakenya “saya terima nikahnya dan kawinnya…..”et dah…. malah jadi ke sono…. 😀
jelas banget orang itu punya kepribadian 😀
ga nyoba pake gue mas?
ternyata saya belum pernah pake kata ganti itu, mbak 🙂
hahaha.. emang nih suka iseng, tp seru deh jd banyak yg menduga2, begitulah fiksi ya mas
Saya jika nulis di yang “sana” memang pakai AKU karena selain sebagian fiksi, ya gaya penulisannya juga beda, seriusan. Sementara kalau di site yang ini pasti pakai SAYA karena gayanya lebih ringan dan semua catatan pribadi, catatan di buku harian saya.*Disemprot nak Kiki, siapa juga yang nanya sama bunda, katanya?!” 😀
waaah ternyata ada pembeda tho xixixitp apakah penggunaan aku dan saya itu pasti seperti diterangkan diatas?
Enggak lho, ini kan lagi cerita penggunaannya di blog saya dan blog bang Kiki. 🙂
oh gitu…… kalo tulisan gw…………..gw juga bingung mana cerita mana realita
haghaghag kreatiiph.. =))
iya, teh 🙂
ternyata kita setipe ya bunda…… *tink tink
yang udah-udah sih begitu, mbak
yang nulis juga dalam keadaan bingung 😛
iya dooooonk 🙂
oohh jadi jelas..
iya, mbak…. sekalian klarifikasi
baiklah…saya mengerti mas Rifki*ini asli saya yg komen, bukan aku yg fiksi :-D*
xixixixixi…..
jadi…aku itu fiksi 😀
oowh…jdi klo “aku” fiksi, klo “saya” nyata..
baiklah klo begitu…*sambil cari2 yg aku dan saya..xixixi..
ya kira2 begitu…. xixixixixixixi