Hari Minggu, saya meminta izin kepada Syaikhan yang sedang asyik bermain, “Syaikhan, Abi kerja dulu ya, pake laptop!”Syaikhan mengizinkan saya bekerja untuk menginput nilai ujian para mahasiswa yang rencananya akan saya umumkan besok. Ketika saya sedang mengetik, Syaikhan mulai bertanya-tanya.
“Bi, ini buat warnai ya, Bi? Coba deh!”
“Iya buat mewarnai. Tapi sekarang Abi lagi ngetik bukan mewarnai,” jawab saya.
“Ketik nama Syaikhan, Bi… di situ!” Pinta Syaikhan lagi.
“Yah, jangan diketik. Syaikhan tulis aja yah!” Saya coba bernegosiasi.
Lalu saya ambilkan kertas bekas di mana masih terdapat bagian yang masih kosong dan spidol.
“Syaikhan mau nulis nama siapa?”
“Nama Abi siapa?”
“Rifki.”
“Nama Abi deh!”
Belum saya selesai menulis nama saya dalam bentuk kumpulan titik-titik di mana nanti Syaikhan yang akan menghbungkan titik-titk tersebut, Syaikhan menyebutkan nama lain, “Nama Syehan juga! Om Opi juga!”
Saya memenuhi kemauan Syaikhan tersebut dengan menulis tiga buah nama, lalu saya serahkan kertas dan spidol kepada Syaikhan. Syaikhan langsung menerima dan membawa kertas dan spidol ke kamarnya. Sementara saya, melanjutkan bekerja.
Beberapa saat kemudian, Syaikhan datang lagi memperlihatkan kertas sambil berkata, “Udah, Bi!”
Dipuji begitu, Syaikhan malah semangat untuk menulis lagi.
“Lagi, Bi!” Pintanya. “Om Kamil, Tante Nila, Ade Lulu, Ade Aliya!” Syaikhan menyebutkan empat buah nama.
Saya pun mengikuti keinginan Syaikhan tersebut. Setelah menulis empat buah nama tersebut di kertas yang lain, saya serahkan lagi kertas dan spidol kepada Syaikhan. Syaikhan langsung menerima dan membawa kertas dan spidol ke kamarnya. Sementara saya, melanjutkan bekerja.
Beberapa saat kemudian, Syaikhan datang lagi memperlihatkan kertas sambil berkata, “Udah, Bi!”
Dipuji begitu, Syaikhan kembali meminta untuk dituliskan nama lagi. Kali ini yang disebutkan adalah, Nenek, Kakek, Tante Mumuy, Nenek Awa, dan Kakek Didi.
Dengan semangat, Syaikhan berlari lagi ke kamar. Tak lama kemudian, Syaikhan keluar kamar dan memperlihatkan hasil karyanya.
“Bi, lagi!” Pinta Syaikhan lagi.
“Tulis nama siapa lagi?” Tanya saya.
“Nama ummi baru, eh, nggak jadi deh!”
Saya pun tertawa.
Celoteh Syaikhan Lainnya :
- Celoteh Syaikhan [106] : Game yang Tak Cocok Buat Abi
- Celoteh Syaikhan [105] : Warna Laki-laki
- Celoteh Syaikhan [104] : Tukang Cukur Yang Sok Tahu
- Celoteh Syaikhan [103] : Nggak Ada TV Layar Lebar dan AC
- Celoteh Syaikhan [102] : Jangan Foto Terus, Bi!
- Celoteh Syaikhan [101] : Mengimbangi Abi
- Celoteh Syaikhan [100] : Naik Motor, Tidur, Jatuh
- Celoteh Syaikhan [99] : Abi Beneran Orang Kaya!
- Celoteh Syaikhan [98] : Abi Punya Pacar?
- Celoteh Syaikhan [97] : Bawa ke Sini Semuanya!
nggak sempet, massaya sudah ketawa duluan
nama ummi barunya Ny. Rifki, hehehe
reni kemana ajah
abinya mungkin :)))
sippp…. nama aslinya tidak dipublish 😀
ya… mungkin-mungkin aja sih 😛
syaikhan ga punya nama buat umi baru ya?
ya belum, mbak 🙂
Syaikhan membuat garis sudah ada tekanannya…good…*beda dengan Fauzan*
alhamdulillah…. tinggal dilatih dan dibiasain kalau begitu 🙂
Sudah dikasih ijin tuh… 🙂