Cerita Orang Pajak

pajak2Sejatinya, saya yang banyak bercerita tentang aplikasi baru yang nantinya akan digunakan di kantor pajak tersebut. Namun karena satu dan lain hal, penyampaian cerita saya ditunda. Sebagai gantinya, justru saya yang mendapatkan paparan pengalaman dari salah seorang pegawai yang cukup senior di kantor tersebut.Pak MSA, sebutlah nama beliau demikian. Berdasarkan nomor identitas yang dimiliki, beliau sudah berumur sekitar empat puluh enam tahun tahun dan sudah mengabdi sebagai pegawai pajak sejak tahun 1998.

Sesuai dengan uraian pekerjaan di seksi di mana Pak MSA bekerja, tugas keseharian beliau di antaranya adalah mengingatkan para wajib pajak yang mungkin terlupa akan kewajibannya. Adakalanya pekerjaan tersebut dilakukan dengan menerbitkan dokumen yang kemudian dikirim melalui pos ke alamat tujuan, namun adakalanya juga, dokumen tersebut disampaikan langsung oleh beliau ke lokasi. Pilihan terakhir dilakukan untuk kegiatan pendekatan secara persuasif kepada para wajib pajak.

Pak MSA bercerita, di setiap pelaksaan tugas yang mengharuskan keluar kantor, beliau akan melengkapi diri dengan surat tugas dan identitas diri termasuk name tag.

Selanjutnya, Pak MSA menceritakan tentang pengalamannya melakukan tugas di lapangan. Perbedaan kultur dan budaya dengan masyarakat setempat, adakalanya menyebabkan terjadinya benturan dalam pelaksanaan tugas beliau. Pak MSA menceritakan bahwa beliau pernah disandera oleh seorang wajib pajak selama beberapa jam. Beliau juga pernah dimarahi oleh wajib pajak ketika memberitahukan siapa dan apa maksud kedatangan beliau, padahal beberapa menit sebelumnya, beliau disambut ramah oleh tuan rumah serta sempat berbincang-bincang.

Ada satu pengalaman beliau yang mungkin lebih detil dan lebih lengkap yang bisa saya tangkap dibandingkan dari sekian pengalaman Pak MSA yang diceritakan hari itu. Suatu ketika, Pak MSA bermaksud untuk mengingatkan/menagih hutang salah seorang wajib pajak yang merupakan salah satu tokoh terpandang di kotanya. Setelah melengkapi dengan surat tugas dan dokumen lainnya, beliau pun berangkat.

Karena tidak tahu lokasi rumah yang dituju dengan tepat, Pak MSA mendatangi kantor kelurahan/kecamatan untuk meminta alamat lengkap. Karena tak ada yang tahu alamat persisnya tetapi tahu lokasinya, akhirnya Pak MSA minta diantar langsung ke rumah yang bersangkutan.

Mungkin karena takut atau hal lain, si pengantar tidak mengantarkan Pak MSA hingga ke depan rumah melainkan hanya menunjukkan rumah yang dimaksud setelah terlihat di depan mata. Pak MSA pun mendatangi rumah itu seorang diri.

Setelah bertemu dan menjelaskan maksud kedatangan serta memperlihatkan dokumen-dokumen pendukung, si tuan rumah yang sebelumnya menyambut dengan ramah, tba-tiba langsung meluap kemarahannya. Si tuan rumah yang merupakan orang terpandang tidak terima jika dikatakan dirinya memiliki hutang. Itu sama saja menjatuhkan harga dirinya. Kira-kira seperti itu yang dirasakan oleh si tuan rumah.

Pak MSA mencoba menjelaskan dan memberikan pengertian kepada si tuan rumah. Ketika si tuan rumah tidak terima, beliau pun mengatakan bahwa tugas sudah dilaksanakan, bila si tuan rumah tidak mau melunasi hutangnya, maka sampai kapan pun hutang tersebut akan tetap tercatat di administrasi kantor pajak. Lalu Pak MSA pun pergi meninggalkan rumah tersebut.

Keesokan harinya, wajib pajak tersebut menghubungi Pak MSA dan meminta datang ke rumahnya karena beliau berubah pikiran dan ingin melunasi hutangnya. Demi kehati-hatian, beliau pun meminta kantor membuat surat tugas. Setelah surat tugas dibuat, beliau berangkat.

Tiba di rumah wajib pajak, beliau langsung memperlihatkan surat tugas kepada si tuan rumah.

“Surat tugas lagi, Pak?” Tanya si tuan rumah.

“Iya, Pak. Saya tidak berani tugas keluar kantor tanpa surat tugas,” jawab Pak MSA.

“Begini, Pak. Saya mau membayar hutang pajak saya yang kemarin. Ini!” Ucap si tuan rumah sambil menyerahkan uang sekian puluh juta secara tunai.

“Begini Pak,” Pak MSA mencoba menjelaskan. “Kalau Bapak mau membayar pajak, bukan ke saya. Tetapi ke bank.”

“Jadi tidak bisa ke Bapak?”

“Tidak bisa!”

“Terus saya harus bagaimana? Saya tidak pernah bayar pajak.”

“Kalau Bapak bersedia saya bantu, saya akan mengisikan surat setoran pajak kemudian kita akan ke bank sama-sama untuk melunasi tunggakan pajak Bapak,” Pak MSA mengusulkan.

Usulan Pak MSA tersebut akhirnya diterima oleh wajib pajak dan kemudian keduanya berangkat menuju bank untuk melakukan pembayaran pajak. Selesai di bank, keduanya ke kantor pajak untuk melaporkan bukti setoran pajak yang baru saja dilakukan.

Setelah tiba di kantor pajak dan melaporkan surat seoran pajak, Pak MSA memperlihatkan status tunggakan kepada wajib pajak yang sudah lunas.

“Jadi seperti ini prosedurnya, Pak?” Tanya si wajib pajak.

“Betul, Pak!”

—– Sepertinya baru kali ini saya bercerita tentang rekan sejawat di kantor —–

 


Tulisan Terkait Lainnya :

58 respons untuk ‘Cerita Orang Pajak

  1. jampang Juni 22, 2012 / 00:00

    museliem said: Nice share…

    terima kasih….

  2. jampang Juni 22, 2012 / 00:00

    grasakgrusuk said: rajin ya pak msa

    iya mbak….ada satu lagi sepertinya yang ketinggalan…. kesederhanaan…. handphonenya masih pake hp tipe lama 🙂

  3. jampang Juni 22, 2012 / 00:00

    onit said: semoga banyak orang kayak pak msa.. capek jg yah ngadepin yg gitu2

    aamiiin.pastinya begitu, mbak…. dan sebagai persiapan, posisi seperti beliau sekarang ada pendidikan dan latihannya

  4. jampang Juni 22, 2012 / 00:00

    rembulanku said: andai semua aparat di kantor pemerintahan cak itupastinya warga seneng dan rajin ngurus ini dan itu

    semoga saja, mbak….

  5. jampang Juni 22, 2012 / 00:00

    yudimuslim said: jadi mas dikantor pajak ya?

    iya mas 🙂

  6. inacw Juni 23, 2012 / 00:00

    insyallah pak msa orangnya jujur yah. semoga orang2 di kpp dipenuhi orang2 spt beliau.

  7. jampang Juni 23, 2012 / 00:00

    inacw said: insyallah pak msa orangnya jujur yah. semoga orang2 di kpp dipenuhi orang2 spt beliau.

    aamiin… semoga, mbak

Tinggalkan Balasan ke jampang Batalkan balasan