“Aku cemburu!” Ucapnya tiba-tiba.Hari itu aku sengaja mengajaknya ke tempat kerjaku untuk kedua kalinya. Pertama kali aku mengajaknya ke kantorku sebulan setelah pernikahan kami. Kali ini aku mengajaknya untuk memperkenalkan dirinya dengan lingkungan kerjaku yang baru serta orang-orang baru yang bekerja di sekelilingku. Kupikir pasti ada gunanya kelak.
Kalimat tersebut keluar dari mulutnya tatkala melihat layar komputerku yang tak lagi menjadikan wajahnya sebagai wallpaper, melainkan sosok lain yang juga sudah dikenalnya sekitar delapan bulan yang lalu.
“Aku cemburu!”
Kalimat itu terlontar lagi dari mulutnya. Kali ini ketika dirinya melihat foto yang kujadikan wallpaper di layar handphoneku, yang ternyata bukan lagi foto dirinya. Padahal, sejak pernikahan kami dua setengah tahun yang lalu, foto dirinyalah yang selalu terpampang di layar handphoneku.
“Aku cemburu!”
Ucapnya sekali lagi. Kala itu dirinya sedang melihatku membuka dompetku. Kedua matanya yang jeli menangkap wajah dalam sebuah foto kecil yang kusimpan di dalamnya. Sebelumnya tak ada foto lain didalam dompetku selain foto dirinya. Namun beberapa waktu yang lalu, aku telah mengganti foto wajahnya dengan foto wajah lain yang menurutku lebih manis.
“Aku cemburu!” Ucapnya kali ini. “Kenapa setiap kali kamu mengajaknya makan selalu diiringi dengan kata ‘sayang’, sementara kepadaku tidak? Kenapa setiap kali kamu mengajaknya pergi selalu diiringi dengan kata ‘sayang’, sementara kepadaku tidak? Kenapa setiap kali kamu memeluknya dan menciumnya selalu diiringi dengan kata ‘sayang’, sementara kepadaku tidak?” Sambungnya lagi ketika melihatku menggendong putriku, Annisa Layli Ivana, sambil berkata, “Sama Ayah yuk, Sayang!”
Baca Juga Cerpen Lainnya :
=))))
itu artinya apa?ketawa terbahak2?