Mungkin tepatnya Rp. 2.717.500,00 yang menyebabkan kepanikan seperti yang saya ceritakan dalam postingan sebelum ini. Baiklah, saya akan mulai melanjutkan cerita selepas saya pulang kantor kemarin sore.Seperti yang saya niatkan dalam sebuah komentar di postingan sebelum ini, saya bermaksud untuk mampir sebentar ke ATM. Tujuannya adalah untuk melihat lima transaksi terakhir sebagaimana saran beberapa komentar di sana.Saya memacu kendaraan agak sedikit lebih cepat. Memburu waktu. Namun akhirnya sang waktu tidak terkejar. Adzan Maghrib sudah berkumandang sebelum sata tiba di ATM yang saya maksud. Saya pun memilih pulang untuk kemudian shalat Maghrib.Selepas makan malam dan shalat isya, barulah saya menuju ATM. Saya mencoba mengikuti langkah-langkah yang disarankan oleh Teh Amel.
aghnellia menulis on Sep 6
gak pake internet banking? kl pake itu kan bisa keliatan.. di atm juga ada menu lihat 5 transaksi terakhir. pilih menu lainya trus pilih cetak mutasi
|
Tapi, setelah saya login dan mengikuti langkah-langkah tersebut, saya tidak menemukan menu yang dimaksud. Ya, sepertinya karena bank yang saya ceritakan dengan bank yang Teh Amel maksud berbeda. Jelas, menu di ATM masing-masing bank tersebut pasti berbeda juga. Alhasil, saya tidak bisa melihat catatan mengenai lima transaksi terakhir.
Saya pulang ke rumah untuk kemudian menelpon call center. Penjelasan dari petugas call center, esok hari (hari ini) saya harus mendatangi kantor cabang terdekat untuk melakukan pencetakan buku. Jika nanti ada transaksi yang tidak pernah saya lakukan, saya bisa meminta uang saya kembali, dan bank akan mengembalikan. Saya tidak bisa meminta catatan lima transaksi terakhir kepada petugas tersebut.
Karena si petugas menawarkan hal yang bisa dibantu, saya pun meminta tolong untuk menghapus regsitrasi internet banking yang pernah saya lakukan sebelumnya. Alhamdulillah, penhapusan sudah dilakukan dalam hitungan menit. Pagi ini, saya melakukan registrasi ulang internet banking dan berhasil. Jumlah detil yang tertulis di awal tulisan ini saya dapat melalui internet banking.
Untuk bisa melakukan pencetakan buku tabungan, saya harus membawa buku tabungan. Agara buku tabungannya bisa saya bawa esok hari (hari ini), buku tabungan itu harus ada di tangan saya. Karena sudah beberapa bulan bahkan mungkin setahun saya tidak pernah melihat buku tabungan tersebut, maka saya harus mencarinya. Pencarian pun saya lakukan di tumpukan berkas dan dokumen.
Hasilnya… nihil. Saya tidak bisa menemukan buku tabungan saya itu kecuali buku tabungan yang sudah dipotong/digunting karena sudah digantikan dengan buku tabungan yang baru.
Saya menyerah. Tunggu saja esok hari ketika saya datang ke bank dan melihat apa yang akan diminta oleh customer service. Begitu pikir saya.
Saya lalu merebahkan tubuh saya di atas tempat tidur. Saya ambil handphone untuk kemudian membuka postingan saya sebelum ini dan membaca komentar-komentar baru yang belum pernah saya baca sebelumnya. Lalu tibalah saya kepada sebuah komentar yang cukup panjang.
Banyak jg kemudahan, termasuk bisa cetak rek koran tanpa bawa butab, tp kl soal ini, nasabah biasapun bisa kok. Caranya dtg ke CS dan ceritain uang yg lenyap itu. Biasanya CS akan bantu. *sekalian diaktifin lagi internet bankingnya ya mas Rifki. Sms banking jg, jd kl ada pendebetan, bisa ada pemberitahuan via sms.
Btw, sebelum panik. Apakah mas Rifki pengguna kartu kredit? Punya rekening giro yang ada fasilitas sweap? Atau punya produk tabungan rencana? Dgn punya kartu kredit, biasanya ada fasilitas auto debet, jd setiap tgl yg ditentukan, saldo akan terpotong sec otomatis. Begitupun dgn tabungan giro atau tabungan rencana (yg dilakukan pendebet tiap bulan).
Rek tsb juga utk rek gaji, kah? Mengingat mas Rifki kerap melakukan perjalanan dinas apakah mkin perusahaan melakukan pendebetan (open item) dr biaya perjalanan dinas yg kelebihan?
Banyak faktor setahuku. Dan maaf, biasanya kebanyakan sih nasabah yg suka lupa kl pernah narik di atm, atau bahkan kartu dipakai oleh org yg gak berhak (krtu atm bisa dipake belanja di EDC tanpa org tsb tahu PIN atm *dgn meniru tandatangan -walau belakangan sudah makin canggih, jd belanja pun pake pin).
Sistem di bank itu terekam jelas. Gak menutup mata memang dgn beberapa kasus yg ujung2nya nasabah ttp dirugikan. Tp kecil sekali celahnya. Semoga besok ketika bertemu CS dibantu dgn baik dan jelas kemana lenyapnya uang 2 juta itu. Amin.
Poin yang saya bold membuat saya tersenyum sendiri. *GUBRAKKS!!!*
Saya tidak punya kartu kredit. Saya tidak punya rekening giro dengan fasilitas sweap. Saya juga tidak punya produk tabungan berencana. Kantor pun tidak melakukan pemotongan dari rekening pegawai, kecuali pemotongan itu dilakukan sebelum uang ditrasnfer ke rekening karyawan. Namun, membaca komentar tersebut saya jadi teringat tentang sebuah perjanjian pendebetan secara otomasti di setiap awal bulan yang saya lakukan sejak bulan September 2009 lalu dan berakhir September ini, di tahun 2012.
September 2009, saya mengajukan peminjaman uang ke Bank B. Setelah diproses, proposal saya diterima. Sebagai syarat tambahan, saya diminta oleh Bank B untuk membuat semacam outstanding order (kalau saya tidak salah menyebut istilah tersebut) yang intinya adalah memberikan kuasa kepada pihak Bank A di mana rekening gaji saya terdaftar untuk melakukan transfer uang sejumlah Rp. 2.717.500,00 secara otomatis pada tanggal 1 setiap bulannya ke rekaning saya di Bank B. Tanggal tersebut kemudian saya ubah menjadi tanggal 5 setiap bulanny
a. Bank B akan mendebet rekening saya dengan jumah sesuai cicilan pinjaman setiap awal bulan.
Karena setiap transfer dilakukan oleh Bank A dikenai biaya sebesar Rp. 17.500 yang menurut saya cukup besar, maka saya menyiasatinya agar tidak terkena biaya tersebut atau setidaknya mengurangi biaya tersebut. Caranya, setiap kali gaji saya masuk ke rekening A, langsung saya transfer ke rekening saya di Bank B. Tentu masih kena biaya, cuma bukan 17.500, melainkan 5.000 saja.
Begitulah yang saya lakukan setiap bulannya.
Pada bulan Februari 2012, saya melunasi cicilan di Bank B secara keseluruhan. Artinya hutang saya lunas di bulan Februari, yang sebelumnya baru selesai di bulan September ini. Sejak saat itu, Bank B tidak melakukan auto debet lagi.
Yang mau baca salah satu kejadian uni saat proses penyelesaian hutang di Bank B, bisa baca salah satu kisahnya di tulisan yang berjudul “Saya Masih Ok Kok!”
Bulan September ini, satu lubang yang tersisa sudah tertutup. Karenanya saya mengatakan bahwa bulan ini adalah September Ceria. Karena tidak ada potongan gaji lagi, maka jumlah yang mengendap dalam rekening saya di Bank A lebih besar dan melebihi jumlah Rp. 2.717.500,00.
Pada tanggal 5 September Bank A melakukan autodebet untuk yang terakhir kali ke rekening saya di Bank B. Karenanya kemarin, di tanggal 6 September, begitu saya mengecek saldo di ATM Bank A, saldo saya hanya tersisa empat puluh lima ribuan rupiah.
Sambil senyum-senyum membaca komentar tersebut yang mengingatkan saya akan perjanjian autodebet tiga tahun yang lalu, saya membuka internet banking untung mengecek saldo di Bank B. Saya mendapati sebuah transaksi yang terjadi sekitar pukul delapan malam lewat sekian menit berupa masuknya uang sejumlah Rp. 2.700.000.
Alhamdulillah… ternyata uang saya tidak hilang. Saya saja yang panik dan lupa akan adanya autodebet tersebut yang masih berlaku hingga bulan ini.
Terimakasih kepada Mas fatin dan teman-teman semua yang telah memberikan saran dan masukan. Saya juga mohon maaf karena apa yang terjadi nyatanya bersumber dari diri saya sendiri.
*malu*
*tutupin muka*
Alhamdulillah…..:) *makan makaaaannnn…*
naaah.. traktiiiirrrrr.. ternyata gak ilang kaaaan…
Alhamdulillah ga jadi ilang, traktirr dong kakaaa :))
untungnyaaaaaaa gpp.
Alhamdulillah legaaaaa
🙂
🙂 Alhamdulillah
Alhamdulillah…..belajar dari kesalah juga ya, Pak 🙂 udha bisa bernafas lega deh hehehhehe
Alhamdulillah…. Traktiiiiir… *mari melangkah ke tobuk ol* :))
antri lagi
alhamdulillah ,masalah selesai
alhamdulillah..autodebet bikin panik jg tnyt ya?
kasih jilbab kuning buat tutupin muka…
Alhamdulillah…. Ternyata eh ternyataaa … 😀
jadi tahu kan kemana duitnya.. empeyer emang asik diajak urun rembug.. bikin adem nih.. tos buat fathin..
ya … barusan aja saya makannya *bekal dari rumah*
iya nggak hilang mbak…. hhmmm….. 🙂
ditunggu…. hari ini yah di jakarta… xixixixixi
iya mbak…
iya…. makasih, teh
iya, uni…
😀
iya, teh
iyah…. lupa masih berlaku itu auto debetnya, padahal sekian bulan nggak pernah kejadian
silahkan dipilih….. yang mana aja 😀
3 hari 3 malam, kuat? *korban iklan
iya, mbak… alhamdulillah
soalnya nggak pernah kejadian kena… sebelum tanggal yg ditentukan… rekeningnya udah kosong… ixixixixi
xixixixixixi
iya…. ternyata begitu teh…. 😀
iya mbak…. nah belum tentu di tempat lain bisa kaya gini…. hwaaaaa……
ayo nulis gombalan lagi…kan udah lega…
belum ada ide, mas 🙂
bacanya ikutan panik dan deg2an juga Mas, untung ada komen2 yg merefresh memori ya Mas.. 🙂
Alhamdulillaaaaah 🙂 ikutan lega mas Rifki. Jujur aja aku agak ‘gregetan’ atas poin ‘bank plat merah’ yg setahuku itu bank pemerintah (jd kl gak Mandiri, BRI, BNI ya BTN) *CMIIW. Dari beberapa komen yg ada, jadinya mengesankan kl bank plat merah itu ‘kurang juara’. Aku gak mau kl kesannya bank plat merah itu payah. Krn, sepengalaman keluarga kami sendiripun, bank swasta-bank internasional pun kl ketemu celah fraud, ya jadinya fraud aja. Jd, gak ada yg salah dgn bank plat merah. 🙂 Siplah, bisa ajak Syaikhan jalan-jalan doooong 🙂
iya, teh 🙂
alhamdulillah 🙂
hihihihihi masalah yang sering yudi hadapin di kantor nih 😀
hahaha…jadi duitnya cuma pindah ke bank B ? asyik, bisa diambil di atm bank B dong :))
maunya, mas. mudah2an aja saya fit pada waktunya
iya, mbak 🙂
waduh…. seberapa sering?
iya, mbak…. 😀 bisa… xixixixixixi
Tos mb Tin yang juga kereen!