Rifki tak hanya menandai jalan-jalan yang dilaluinya dengan tapak kaki semata, tetapi juga dengan coretan-coretan yang berisi renungan, pemikiran, dan puisi. Jejak-jejak kakinya memang berserak di sana-sini, namun pemaknaan atas fragmen-fragmen kehidupan yang dijalaninya tersusun dengan rapi dan indah.
Saya menyukai buku lelaki betawi ini, bab demi babnya, judul demi judulnya. Ada lima-puluh-enam judul yang ditulisnya untuk delapan bab yang dibuatnya. Isinya tentu saja sesederhana dan serumit kehidupan kita, namun Rifki menghiasinya dengan argumen-argumen kesadaran yang positif. (Hendra Wibawa Wangsa Widjaja – Bandung)
Berasa baca chicken soup, tapi versi Indonesia. Ada pelajaran yang membuat kita bisa memetik hikmahnya dengan belajar ikhlas. Jejak-jejak yang Teerserak tidak hanya konsumsi untuk kaum dewasa. Bagi anak yang beranjak remaja, buku ini dapat membuat mereka peka terhadap sekitar tanpa perlu diajarkan. Walau diungkapkan secara ringan, semua jejak yang ada mengandung pelajaran dan peka terhadap lingkungan. (Nurmedianti Safitri G – Bandung)
Buku yang bukan hanya enak untuk dibaca, tetapi juga bisa terbawa hanyut oleh perjalanan hati sang penulis. Mas Rifky memang tak sekedar menggoreskan tentang kejadian-kejadian yang mampir dalam hidupnya, tetapi juga menghadirkan nasehat-nasehat naratif dengan gaya bertutur yang sederhana namun reflektif dan penuh bahan renungan yang keluar dari bahasa hati.
Jika kemudian saya menyukai buku ini, itu karena mas Rifky tak hanya jeli dan apik mengurai berbagai jejak yang berserakan dalam hidupnya, tetapi juga karena beliau menggunakan kalimat-kalimat yang ringan namun tepat sasaran. Sehingga buat saya pribadi, bisa memetik ibrah dari tiap cerita yang dituturkannya. Mulai dari jejak cinta, jejak bahagia, jejak kata, jejak mata dan telinga, jejak keluarga, jejak buah hati, jejak sahabat, hingga kemudian ditutup dengan jejak cerita.
Untuk sampai pada tulisan yang bisa sampai ke hati, biasanya mesti ditulis juga dengan hati. Mungkin demikian yang dilakukan oleh mas Rifky sehingga pesan-pesan positif dari pemikiran positifnya bisa sampai dan mudah diterima. Saya terkesan dengan bab-babnya yang rapi, dengan sekumpulan cerita yang bertema sama sehingga memudahkan untuk mengetahui moment-moment yang pernah dilaluinya.
Emosi, berupa sedih dan bahagia, yang menurut saya sebetulnya mendalam, namun terlihat tak berlebihan karena dibingkai oleh kebesaran jiwa. Pesan-pesan religious, serta kisah pilihan yang beliau kutipkan, mengokohkan hikmah yang muncul. Serangkaian kata berupa puisi, menjadikan indah kata untuk dibaca.
Well…aku menyukai buku ini. Sekali lagi, bahwa memang semua jejak dalam kehidupan adalah tentang pelajaran untuk bersabar dan bersyukur. Karena pada akhirnya kita memang mesti menyadari bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidup adalah untuk disyukuri. Tetap bersemangat menjalani hidup, ikhlas dan tulus mengikuti aturan main-NYA, agar ridho-NYA dapat diraih. (Katherine Setiawan – Banten)
Mengambil hikmah dari sebuah peristiwa atau kejadian yang biasa dialami sehari-hari adalah juga sebuah anugrah dari Allah yang semestinya bisa dibagikan pada sesama. tidak semua orang bisa mengambil pelajaran atau bisa mengambil sisi positif dari sebuah kegiatan yang mungkin dianggap sia-sia untuk orang lain.
Banyak pemikiran yang penulis ungkapkan di lembaran-lembaran bukunya yang lumayan nyentil perasaan saya seperti pada halaman *ingin bahagia? jangan ditunda* , gerobak optimis diantara mobil2 borjuis, pikir2 singkir, jejak-jejak di hati, dll…
satu hal yang saya tarik dari buku ini adalah, barangkali penulis ingin mengajak kita menekan tombol pause untuk berhenti sejenak saja dari kehiruk pikukan kehidupan kita, untuk merenungi hidup, apa yang sudah kita lakukan, apa yang sedang kita lakukan dan apa yang akan kita lakukan selanjutnya, supaya kita lebih awas dalam melangkah, lebih memperhatikan sekitar supaya bisa lebih bersyukur dalam hidup..dan banyak lagi pelajaran yang bakal kita temukan di setiap halamannya (Windy Wirdianty – Jawa Barat)
Sebuah buku yang puitis, romantis, dan melankolis. Puitis karena beberapa dari isi buku terdapat puisi-puisi yang begitu dalam menyelami ruang hati penulis. Lalu tentang romantisnya kesyahduan hubungan penulis dengan orang-orang terdekatnya terutama syaikhan, anaknya. Hingga sisi-sisi melankolispun ikut campur aduk memenuhi setiap tulisan yang ada. Porsi dari ketiganya tidaklah berlebihan hingga membuat kita ingin terus mengikuti tahap demi tahap perjalanan dari ketiga sisi tersebut. Walaupun terkadang kita dibuat terharu dan tak bisa berkata-kata untuk menanggapi satu episode hidup yang dialaminya.
Penulis juga ingin mengungkapkan tidak ada sedikit jejakpun dari episode kehidupannya baik yang telah ditinggalkan dan meninggalkannya luput dari goresan pena. Banyak pembelajaran dan konflik dari kisah-kisah sederhana yang ada, yang terkadang membuat kita merasakan kemiripan kisah ataupun sentilan ringan yang harus segera kita benahi. (Octary Prihastina Putri – Langsa, Aceh)
Sangat menarik, bahasanya sederhana namun penuh makna. Banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil. (Eos Roza – Banten)
Babak kehidupan anak adam memang selalu menarik dan penuh hikmah. Dan di buku ini bang Rifki mencoba menuliskannya kembali, jejak-jejak dalam kehidupannya, tentu saja dengan hikmah yang terserak, juga menuturkannya dengan indah. Saya paling suka dengan puisi-puisinya. (Fatika Nur cahyani – Tangerang)
Dari buku JJYT ini, saya bisa “ngintip” apa sebenernya yang ada di kepala lelaki. Jarang-jarang ada lelaki yang mau berbagi seperti ini. Recomended buat yang ingin tau “dalemnya” lelaki. (Anggun Abrina – Depok)
cieeh potonya irpan hakim.. hihihi
sekali2 kali pasang foto artis di sini…. lagian fotonya asli dan udah dapat izin dari si artis 😀
🙂
Acik.. acik…. nama saya numpang-numpang dimari. Makasiiiih