Suara itu, atau tepatnya teriakan itu terdengar begitu jelas di telinga saya. Adalah seorang perempuan berusia lanjut yang meneriakkan kata itu. Beliau adalah seorang penjual kue keliling.
Setiap paginya, sebelum saya berangkat ke kantor, bahkan sebelum saya melakukan sarapan pagi, beliau sudah berkeliling menjajakan dagangannya melewati depan rumah. Dengan tubuhnya yang sudah tak lagi tegak, beliau membawa aneka kue dalam sebuah keranjang.
“Kue… Kue…!”
Teriakan itu terdengar begitu keras seolah-olah dilakukan dengan penuh tenaga. Teriakan itu menjadi ciri khas seorang nenek penjual kue keliling yang setiap paginya nelewati depan rumah saya.
Matahari pun kian meninggi dan waktunya saya berangkat ke kantor. Setelah selama dua puluhan menit di dalam perjalanan, saya pun tiba di basement gedung kantor untuk memarkirkan sepeda motor. Lalu saya menuju tangga naik.
Di depan tangga naik, saya bertemu seorang perempuaan yang selalu menyapa saya dengan sebuah senyuman khasnya. Perempuan itu lebuh muda usianya dibandingkan nenek yang saya ceritakan sebelumnya, namun memiliki pekerjaan yang hampir sama, yaitu menjual aneka kue serta teh manis hangat ataupun kopi. Bedanya, jika sang nenek berdagang keliling kampung, maka sang ibu hanya menjaga tempat dagangannya yang berupa meja kecil sambil menunggu para pelanggannya.
Jika di waktu saya akan menaiki tangga tidak ada pelanggan yang membeli, bisa dipastikan bahwa ibu tersebut akan tersenyum menyapa saya dan juga mungkin orang-orang yang melewati tempat dagangannya.
Semoga Allah melimpahkan rezeki untuk keduanya. Aamiin.
Apa yang dilakukan oleh nenek dan ibu penjual kue yang sering saya temui itu mengingatkan saya akan seorang perempuan lain. Seorang perempuan yang usianya jauh lebih muda dari keduanya.
Perempuan muda tersebut memiliki keinginan untuk tetap bekerja meskipun kelak dirinya sudah memiliki anak. Keinginannya tersebut didasari pengalaman ibunya yang diberikan izin oleh ayahnya untuk tetap bekerja. Izin tersebut sangat membantu sang Ibu memenuhi kebutuhan anak-anaknya ketika sang ayah meninggal dunia.
Sebuah keinginan yang mungkin didasari atas kekhawatiran jika nasibnya sama dengan ibunya meskipun dirinya tidaklah berkeinginan demikian. Mungkin sebuah kekhawatiran yang wajar. Tapi akan tidak wajar jika kekhawatiran tersebut akan menghapus kebahagiaan yang terjadi di hari ini. Usia seseorang tak ada yang tahu pasti, hanya Allah yang mengetahui.
Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk ketiga orang perempuan di atas.
Hm, tiba-tiba saya kembali teringat dengan tiga orang perempuan lain. Tiga orang Ibu Rumah Tangga : Yang Memilih, Yang Bosan, dan Yang TakΒ Diridhoi
Tulisan Terkait Lainnya :
jd inget waktu kecil di banjar, ibu pedagang kue keliling juga selalu berseru, “wadai! wadai!” *wadai=kue.
dapat kosa kata baru π
beli wadai satu, dong … he he he …
wadai apa, kang?
jadi kalau kue pastel…. wadai pastel gitu yah? π
yang jelas bukan wadai pempek atau bakso … he he he …
π
pastinya bukan itu, kang
wadai apa? wadai untuk untuk? = D
untuk untuk itu apa?
sama mau nanya juga….. kalau tipongtuktuk tahu π
xixixixixi …
he he he
*kayanya tipe ketawanya tebalik nih*
kue donat tanpa bolongan khas banjarmasin = ))
oh, begitu …
di sini juga ada kayaknya, tapi gak tahu namanya apa … he he he …
dulu di tempat saya juga ada ibu-ibu yang jualan gorengan keliling, gethuk keliling, dan jamu juga keliling … he he he …
ibu saya juga dulu pernah jadi pedagang keliling
iya, pernah baca waktu di mp dulu … he he he …
dan mungkin masih bisa dibaca di WP ini jika berhasil diimport π
jadi ingat ama yuk Ti, yang menghidupi keluarganya dengan berjualan kue dan suka lewat depan rumah, tempayan wadah kue yang disungginya cukup berat…namun demi menghidupi keluarga semua ditempuhnya….
*menerawang ke masa kecil T_T
dulu ibu saya pernh jualan jamu keliling… nungguin pulang karena selalu bawa kue π
Saya juga waktu kecil pernah jualan kue..sekali2nya keliling, dan gak laku..karena teriakannya kurang keras π¦
saya juga pernah bawa kue, tepatnya lontong dan ketan, dan nggak laku juga π
https://jampang.wordpress.com/2013/01/02/rabel/