Jika aku tak salah ingat, ada satu kebiasaan yang selalu kamu lakukan di saat kita sama-sama berada di atas sepeda motor, baik di saat kita berangkat ke kantor atau pulang bersama. Memelukku dari belakang. Ya, itu lah kebiasaanmu ketika berada di atas sepeda motor bersamaku, di setiap kesempatan kita bepergian bersama. Kehangatan dan indahnya masih bisa lekat dalam ingatanku hingga sekarang.
Aku pun sering usil. Jika kudapati kedua tanganmu tidak sedang memelukku, maka kutarik keduanya ke depan. Kau pun cepat tanggap untuk segera memelukku. Kita tak banyak bicara. Namun sentuhan itu mengungakapkan banyak rasa. Indah.
Setahun berlalu, kebahagiaan kita bertambah dengan lahirnya seorang buah hati.
Kita tak lagi berduaan di atas sepeda motor, melainkan bertiga. Dan aku pun mengerti, kamu pasti lebih memilih untuk melindungi buah hati kita di dalam perjalanan daripada memelukku. Buah hati kita pun akan lebih nyaman jika itu yang kamu lakukan. Tak mengapa. Buah hati kita memang masih perlu perlindungan ekstra.
Sang waktu pun berlalu. Buah hati kita sudah bisa duduk sendiri, bahkan sering memilih untuk duduk di depanku dibanding duduk di tengah-tengah. Mungkin ia bisa lebih bebas memperhatikan keadaan sekeliling tanpa terhalang oleh tubuhku.
Di saat-saat seperti itu, aku berpikir, mungkin aku akan kembali lagi merasakan pelukan darimu. Betapa bahagianya diriku. Tapi nyatanya tidak. Pelukanmu tak lagi hadir.
Ketika lampu lalu-lintas menyala merah dan sepeda motor kuhentikan, kedua tanganku mencoba mencari-cari kedua tanganmu. Jika telah kudapati keduanya, maka akan kutarik ke depan agar dirimu memelukku seperti dahulu lagi. Namun aku tidak menemukan kedua tanganmu di posisi seperti biasa.
Kucoba untuk mencari tahu. Aku tak bisa melihat posisimu dengan jelas melalui kaca spion. Lalu kualihkan pandanganku ke arah sebuah mobil yang berada tepat di sisi kiri. Melalui kaca mobil tersebut kudapati pantulan bayanganmu. Kulihat kedua tanganmu sedang asyik memainkan handphone dengan layar touchscreen yang kubelikan untukmu beberapa waktu yang lalu.
Ah, di sana rupanya kedua tanganmu berada….
Seri Samara Lainnya :
Owalaaahh ternyata -_-
ya, ternyata begitu….. 😀
oooalah…
terjadi pada banyak orang nih…
memang, mas. ini idenya memang dari apa yang saya lihat kalau lagi naik motor…. 😀
nyata bukan?
ada di kejadian nyata. cuma ceritanya fiksi aja 🙂
oooo. 🙂
tapi memang efek smartphone ini dah mewabah ya. 😀
sangat…. postingan beberapa waktu lalu saya posting tentang efeknya terhadap laki-laki yang sedang shalat jumat
wah… ke tkp ah.
silahkan….
makanya Bang, sebaiknya nanti spion-nya yang dilengkapi touchscreen … biar tangan itu selalu terlihat … he he he …
itu namanya spion tembus pandang donk kang?
😀
huaaaaaaaa twisted.. padahal dari gambar yang mas pajang sebenarnya sudah jadi clue ya hehehe
aroma romantismenya jadi mengalihkan keberadaan si gambar dan lupa nanyain apa korelasinya dengan tulisannya e jubul di akhirnya dijelasin….
😀
😀
padahal nggak bermaksud bikin twist gitu…. halah
Kirain gak ada pelukannya krn pemboncengnya udah jatuh di jalan. Ternyata…
😀
ini soal romantisme yang hilang, mbak…
Iya…ngerti kok Ki…aku bercandaaa.
xixixixixi…. iya mbak…. maaf 😛
Eh, kok minta maaf? Gak apa-apa lagi, Ki…he..he.
iya mbak 😀
jadi touch screen atau qwerty nih?
touchscreen, kan tampilan keypadnya bisa milih qwerty dan model candy bar…. *bener nggak yah*