Siang itu cukup terik. Di sebuah jalan, terlihat seorang pemuda melangkah pelan. Lelah. Dia pun memutuskan untuk berteduh dan melepas lelah sejenak di sebuah pohon rindang yang berdiri gagah di depannya. Angin yang bertiup perlahan menggandeng kedua tangannya, mengajaknya ke alam mimpi.
Beberapa saat kemudian, seekor ular merayap turun dari salah satu dahan pohon. Perlahan tapi pasti, ular itu mendekati pemuda yang berbaring dengan kedua mata terpejam. Semakin dekat.
Ketika ular tersebut bersiap-siap untuk mematuk kaki pemuda, tiba-tiba, entah dari arah mana datangnya, seekor kalajengking menyerang ular. Lalu keduanya terlibat dalam sebuah pertarungan sengit.
Akhirnya, pertarungan tersebut dimenangkan oleh kalajengking. Ular yang kalah terusir. Sementara si pemuda selamat tanpa menyadari apa yang baru saja terjadi.
Rupanya, kejadian tersebut disaksikan oleh seorang kakek. Merasa takjub dengan kejadian tersebut, sang kakek bermaksud berbicara dengan sang pemuda. Dia pun menunggu hingga pemuda tersebut terjaga.
Ketika melihat si pemuda pun terbangun, tanpa menunda-nunda waktu, sang kakek mendekati pemuda tersebut, menyapa, bertanya, dan kemudian menceritakan apa yang baru saja disaksikannya.
“Engkau pasti orang yang luar biasa, Nak. Karena tak mungkin kejadian tersebut dialami oleh orang-orang yang biasa-biasa saja,” komentar sang kakek setelah selesai bercerita.
“Bukan, Kek. Aku bukan orang baik-baik, apalagi orang mulia. Aku ini orang bejat,” jawab si pemuda.
“Jangan terlalu merendah, Nak!” Bantah sang kakek karena merasa tidak percaya.
“Sungguh! Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku ini bukan orang baik-baik. Aku ini perampok, penjudi, pemabuk,” tegas pemuda itu.
“Aku sulit mempercayainya. Aku sangat yakin bahwa Allah akan menolong hamba-hambaNya yang baik dan sholeh. Jika seorang hamba mau menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya. Tak mungkin Allah menolong orang-orang yang fasik atau munafik.”
Kakek itu terdiam. Namun di balik diamnya, kakek itu berpikir keras. Sementara si pemuda juga terdiam dalam kebingungannya.
Tak lama kemudian, sang kakek kembali berkata. “Aku tahu. Jika benar bahwa dirimu bukan orang baik-baik, maka kejadian yang baru saja aku lihat beberapa waktu lalu, pasti bukan karena Allah meridhoi atas segala perbuatan burukmu, melainkan karena doa orang-orang yang dekat denganmu, tertutama kedua orang tuamu. Allah sayang kepada mereka, sehingga mau mengabulkan doa mereka untuk menjaga dirimu.”
Setelah diam sejenak, kakek itu pun melanjutkan kalimatnya. “Dan ketahuilah anak muda, jika dengan kondisimu yang seperti kau ceritakan tadi, Allah masih mau menolongmu, maka bisa dipastikan bahwa Allah akan lebih menolongmu jika dirimu meninggalkan perbuatan burukmu dan menggantinya dengan segala amal perbuatan baik.”
***
posting terkait :
Tulisan Terkait Lainnya :
- Jangan Menyepelekan Hal-hal yang Kecil β III
- Apa Doamu Hari Ini?
- Berbaik Sangka, Bersyukur, dan Berdoa
- Selamat Ulang Tahun : Sebuah Kritik
- Kuaminkan Doamu,Nek!
- Kawin dan Kontrak
- Perjanjian Lama Berakhir, Perjanjian Baru Bergulir
- Lelaki dan Doa yang Tidak Dikabulkan
- Doa Siapa yang Dikabulkan?
- Lelaki Tua dan Seorang Pemuda
betul sekali, Kek … saya tidak akan merampok lagi … he he he …
bagus, anak muda!
xixixixixixixi
kadang orang jahat selalu dilindungi untuk “bercermin” diri..
jika bisa mengambil pelajaran, niscaya akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik
Betapa Allah Ta’ala Maha Pengasih dan Penyayang ya, Bang. Apalagi terhadap hamba-Nya yang taat π
betul sekali, mas