
Siang itu saya berada di pinggir Danau UI, Depok. Mata saya memandang ke arah danau. Angin yang bertiup sepoi-sepoi membentuk riak-riak gelombang kecil di atas permukaan air. Di sisi seberang danau, nampak sampah-sampah menumpuk. Sebuah pemandangan yang baru saya lihat setelah beberapa kali mengunjungi tempat ini.
Angin sepoi kembali bertiup. Tiupannya menggugurkan beberapa lembar daun dari pohon di mana saya duduk dibawahnya. Daun itu pun jatuh ke tanah. Tak lama kemudian angin bertiup lebih kencang. Akibatnya, semakin banyak daun-daun yang jatuh berguguran ke tanah. Daun yang lemahlah yang berguguran. Sedang daun-daun yang kuat, akan tetap menghiasi pohon.
Hal yang hampir sama juga terjadi dalam sebuah ajang perlombaan. Ketika pendaftaran dibuka, ratusan atau ribuan peserta yang mungkin mendaftar. Ketika proses seleksi pertama dilakukan, jumlah peserta yang tersaring menjadi lebih sedikit. Mereka yang lolos adalah mereka yang memenuhi kriteria penilaian dari para juri.
Pada seleksi berikutnya, peserta yang lolos pun semakin sedikit, karena kriteria penialaian sudah diubah yang tentunya lebih tinggi dari seleksi sebelumnya. Hingga akhirnya, hanya tersisa dua atau tiga orang peserta saja yang tersisa dalam putaran final. Dan hanya satu orang yang menjadi jawara.
—–ooo0ooo—–
Malam pertama pelaksanaan shalat tarawih, saya sudah datang terlambat. Dari semua anggota keluarga di rumah, saya berangkat paling akhir. Saya baru melangkahkan kaki keluar pintu rumah selepas adzan isya berkumandang.
Tiba di masjid, jama’ah baik laki-laki atau perempuan sudah memenuhi masjid. Saya pun tidak bisa masuk dalam shaf di dalam ruang utama. Saya hanya bisa mengikuti shalat isya berjamaah di sisi kiri masjid. Bahkan, ada jamaah yang tidak bisa mengikuti shalat isya bersama dengan imam karena tidak kebagian tempat. Barulah setelah pelaksaan shalat tarawih di mulai, saya bisa masuk ke dalam ruang utama. Alhamdulillah.
Ramadhan pun bergulir. Proses seleksi pun dimulai….
Malam ketujuh pelaksanaan shalat tarawih, masjid yang tetap saya kunjungi sudah tidak lagi dipenuhi jama’ah seperti malam pertama. Tak ada lagi jama’ah yang shalat di luar ruang utama masjid. Semua yang hadir masih bisa ditampung ruang utama masjid. Bahkan masih menyisakan beberapa shaf di bagian belakang.
Shaf-shaf yang semula rapat mulai merenggang dan kemudian perlahan menghilang. Mungkin orang-orang yang sebelumnya mengisi mengalami kelelahan, mungkin pula memiliki banyak kepentingan. Gugur satu per satu seperti daun-daun dari pepohonan di pinggir danau UI. Berguguran diterpa angin yang bertiup semakin kencang. Mereka tidak bisa memenuhi kriteria pada tahapan seleksi berikutnya.
Berjayalah mereka yang kuat dan bersemangat. Mereka tetap bertahan. Terus melangkah maju mengisi shaf-shaf terdepan.
Lalu, di manakah kita berada?
Yang gugur di seleksi awal, di pertengahan, atau di masa-masa akhir Ramadhan?
Atau kah kita yang berhasil lolos sempurna hingga ke syawal dan mampu bertahan seterusnya?
*mengubah sedikit tulisan lama yang sudah pernah diposting di erasmuilm.
bagus banget ni foto daun bergugurannya.. gak diikutin ke WPC Autumn ?
soalnya itu foto di internet, bukan milik saya, teh π
Ohhh kirain foto Mas Rifky π
sayangnya bukan π
wajar ga sih berguguran???
**nyambungin ke postingan sebelumnya, maksa dikit
wekssss….
yang unggul tetap bertahan, ya Bang …
gugur satu demi satu …
*saya suka gambar daun berguguran itu … he he he …
iya kang….
*bagus kan, makanya saya jadikan ilustrasi, tapi bukan foto milik saya …. xixixixixixi
sering ga sih ke danau ui? baru minggu lalu kesana..
dulu waktu jemput syaikhan sering nunggu di sekitar situ, sekarang udah nggak lagi
mudah2an saya bisa bertahan…aamiin…
aamiin.