“Tergesa-gesa hanya akan mendekatkan diri kepada petaka”
Mungkin sekitar dua puluh menit lagi waktu berbuka akan tiba. Saya masih menyusuri Jalan M Kahfi kemudian memasuki daerah Tanah Baru. Saya mempercepat laju sepeda motor untuk mengejar waktu agar dapat berbuka puasa di rumah (saat itu saya masih tinggal di Depok).
Tiba di perempatan Tanah Baru, saya belok kiri untuk menuju Beji.
Selama beberapa waktu sebelumnya saya tidak menjadikan jalur yang saya lewati sore itu sebagai jalur pulang karena sedang ada perbaikan jalan. Namun karena saat itu saya melihat ada beberapa pengendara sepeda motor yang melalui jalan tersebut, saya pun mengikuti. Mungkin proses perbaikan jalannya sudah selesai dan jalan sudah bisa dilalui lagi, begitu pikir saya. Apalagi saya mendapati bahwa sebagian jalan yang saya lewati sudah bagus. Rata lagi mulus.
Kembali saya percepat lagi laju sepeda motor untuk mengejar waktu.
Tiba-tiba, sepeda motor yang melaju di depan saya berhenti mendadak. Saya kaget. Sepersekian detik kemudian, saya tangan kiri saya menarik rem dengan kuat. Laju sepeda motor yang kencang, tarikan rema yang mendadak, serta kondisi jalan yang berpasir, menyebabkan roda depan berhenti berputar seketika dan laju sepeda motor menjadi tak terkendali.
Brakkkk!
Sepeda motor saya jatuh ke sisi kanan.Kaki kanan saya tertindih motor. Saya berusaha bangun dan menarik kaki saya. Tapi karena beban motor yang terlalu berat, saya tidak bisa melakukannya, Jangankan untuk menarik keluar, sekedar menggerakkan kaki, saya tidak mampu.
Seorang lelaki dari arah belakang menolong saya dengan mengangkat sepeda motor saya dan membawanya ke pinggir jalan. Saya kemudian berdiri. Dengan sedikit tertatih, saya mengikuti lelaki tersebut.
Di pinggir jalan, saya memeriksa kondisi tubuh dan sepeda motor. Lutut dan telapak tangan saya terluka meski tidak parah. Sementara salah satu lampu sign motor pecah dan salah satu spion patah.
“Sudah beberapa motor jatuh di sini sejak beberapa hari lalu,” cerita lelaki tersebut.
Rupanya tak hanya saya seorang yang mengalami kecelakaan akibat ketergesa-gesaan dan juga kondisi jalan yang belum sempurna.
Setelah mengucapkan terima kasih kepada lelaki tersebut, saya kembali mengendarai sepeda motor menuju rumah diiringi kumandang adzan Maghrib tanda waktu berbuka puasa. Niat saya berbuka di rumah tak terlaksana. Sebagai pengganti, saya hanya berbuka dengan permen yang ada di dalam saku.
“Dzahabazh zhomau wabtalatal ‘uruqu watsbatal ‘ajru insya Allah” (Hilanglah rasa dahaga, tenggorokan pun basah, dan sudah pasti berpahala jika Allah menghendaki) [Doa berbuka puasa yang shahih. diriwayatkan Imam Abu Dawud dari Abdullah bin Muhammad dari Ali bin Al Husain dari Al Husain bin Waqid dari Marwan bin Salim Al Muqaffa’ dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.]
motornya udah bener lagi kan sekarang…???:D, kejadian spt ini emang sering ya terjadi…Allah meminta kita utk tidak tergesa/terburu2 dlm hal apapun..:)
setelah kejadian itu, ada lagi kecelakaan lainnya dan lebih parah 😀
iya, Allah meminta hambanya bersegera, bukan tergesa-gesa
wuiiiih…..hobi banget kecelekaan…:D, kpn kejadiannya..??
Setujuuu..Allah meminta qt bersegara, bukan terburu2…
akhir tahun 2010. dampak kecelakaannya sempet saya masukin ke novel perempuan berjilbab kuning.
kalau mau baca ceritanya, ada di https://jampang.wordpress.com/2010/12/28/begini-rasanya-tertimpa-batang-pohon/
Ooowh…udh lama toh, okee…siap meluncur, novelnya blm smpet dibaca smp abis..klo buku yg jejak-jejak terserak udah sebagian beres…*laporan selsai..:D
laporan diterima. kembali ke tempat!
😀
alhamdulillah tidak apa-apa …
dan masih bisa berbuka dengan nikmat … he he he …
iya kang. alhamdulillah… xixixixixi
jadi pelajaran ya, jangan tergesagesa.. suka gitu ga kesampean kalu terburuburu dan ada aja yang ketinggalan.. *pengalaman banget..
iya, mbak. malah bikin panik dan nggak nyadar
Musim hujan juga.. hati2 berkendara mas
iya teh.
biasanya kalau hujan saya tetap berkendara, nggak neduh dulu 🙂