Suatu ketika, saya pernah mengendarai sepeda motor dalam kondisi tanpa sepasang kaca spion. Keduanya rusak. Kaca spion sebelah kiri copot lebih dahulu. Kemudian kaca spion sebelah kanan pecah ketika saya terjatuh ketika hari turun hujan.
Saya memang masih bisa menggunakan sepeda motor saya untuk berangkat ke kantor dan berbagai kegiatan lainnya. Namun rasanya tidak senyaman bila ada sepasang kaca spion yang membantu saya untuk dapat mengawasi keadaan sekeliling saat saya berkendara, terutama saat saya ingin belok, memutar, atau pun untuk mendahului kendaraan lain. Klakson dari kendaraan di belakang sebelah kiri atau kanan saya pun kerap kali terdengar ketika saya menghalangi laju pengendaranya. Mungkin karena mereka merasa posisi sepeda motor saya menghalangi laju mereka.
Selain itu, belum lagi rasa khawatir kena tilang. Kata bapak penjual spion saat saya membeli sepasang spion baru, bila kena tilang karena tidak ada kaca spion, denda yang harus dibayar sekitar tiga puluh ribu rupiah. Entah benar atau tidak ucapan bapak itu, sepertinya jumlah itu mendekati jumlah yang harus saya bayar ketika saya mengikuti sidang karena kena tilang di suatu sore di bulan ramadhan. Yang pasti, saya tidak ingin kena tilang.
Kini, sepasang kaca spion sudah saya miliki lagi. Kenyamanan lebih saya rasakan saat mengendarai motor. Saya bisa melihat keadaan kendaraan di samping kiri dan kanan, ataupun di belakang. Meski ukurannya kurang besar jika dibandingkan dengan body saya sepeda motor saya. Tapi cukuplah. Toh saya tidak terus-menerus memandang ke arah kaca spion selama saya megendarai sepeda motor. Hanya sesekali saja.
Saya akan melihat ke aras kaca spion baik yang kiri atau kanan bila saya ingin belok, memutar, atau mendahului kendaraan lain. Setelah saya pastikan kondisi di belakang saya tidak ada kendaraan yang berjarak terlalu dekat, barulah saya mengambil ancang-ancang untuk belok, memutar, dan mendahului. Terkadang, saya pun akan menoleh ke belakang untuk memastikan kondisi benar-benar aman, karena meraasa tak cukup jika hanya melihat melalui kaca spion.
********
Mungkin adakalanya kita harus menengok ke belakang sejenak. Mengingat-ingat kembali apa yang telah menjadi masa lalu. Bukan untuk menyesali apa yang sudah terjadi, melainkan untuk mengambil pelajaran untuk melangkah ke depan. Karena terkadang, kita sering jatuh untuk kesekian kali di tempat yang sama karena kita belum mampu mengambil yang tersurat ataupun yang tersirat dari sebuah pengalaman, entah pengalaman pribadi atau mungkin pengalaman orang lain. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik?
Wallaahu a’lam.
—–ooo0ooo—–
artikel terkait :
sukak mas.
masa lalu membentuk kita sekarang – tapi janganlah hidup di masa lalu terus ya.
terima kasih.
yup, betul begitu
Setuju banget…masa lalu dilihat utk menentukan langkah ke depannya…bukan utk disesali. Yang lalu biarlah berlalu…skrg tatap ke depan..melangkah dgn pasti..masa lalu biarlah jadi pelajaran…*nyemangatin diri sendiri..:D
iya mbak. mantap!
kurang satu kaca spion saja rasanya naik motor jadi tidak nyaman …
iya kang… harusnya mereka berpasangan… xixixixixixi
klo saya, kebiasaan masih suka nengok manual sebelum belok atau apa… alopun udah ada spion lengkap. gak marem.
btw, klo di lampu bang jo, tuh spion buat ngaca2 aja mas, kali aja ada jerawat yg perlu dipencetin…
iya… nengok manual lebih meyakinkan.
waduh…. nanti dilihatin pengendara lain apa ngggak tengsin, mbak π
Spion adalah reflektor. Alat utk refleksi diri. Mungkin mirip2 pijat refleksi? Apakah serpihan spion yg pecah terserak sdh dikumpulkan?
nggak dikumpulkan, bu. biarin aja. saya beli spion yang baru aja π
setuju setuju.. π
terima kasih… terima kasih π
Dalem ya Bang dari kaca spion saja. π
π
enggak begitu dalam juga seh
Saya suka spion yang jelas, besar, dan nyaman demi keselamatan berkendara di jalan raya.
Untuk kehidupan, itulah gunanya berkontemplasi. Introspeksi. Semoga ke depan lebih baik dari masa lalu.
yang jelas, jangan sampai kaca spion menghalangi pandangan ke depan π
Wakakakaka