
Sepasang sarung tangan adalah kelengkapan terakhir yang pernah saya beli sejak saya memiliki sepeda motor. Mungkin karena saya berpikir bahwa sarung tangan tidaklah sepenting helm dan jaket atau mungkin juga karena sarung tangan bukanlah bonus ketika membeli sepeda motor. Lama-kelamaan, saya berpendapat bahwa saya harus memiliki sarung tangan setelah melihat warna kulit di punggung telapak tangan saya lebih gelap dari bagian tangan lainnya karena saya sering berada di atas motor ketika matahari sedang semangat-semangatnya membagi sinarnya ke bumi. Bila dalam keadaan itu sehari atau dua hari saja, mungkin kulit di punggung telapak tangan saya tidak akan menjadi lebih gelap. Tetapi bila keadaan itu saya alami berhari-hari, maka terjadilah hal demikian.
Saya pun membeli sarung tangan. Saya memilih yang harganya tidak mahal, yang penting cukup memberikan perlindungan kepada punggung tangan saya dari sinar matahari yang terik.
Setelah beberapa lama menggunakan sarung tangan, warna kulit di bagian punggung telapak tangan saya kembali ‘seragam’ dengan bagian tangan lainnya.
Suatu ketika, sarung tangan yang biasa saya pakai tersebut hilang. Selama beberapa waktu, saya tidak memakai sarung tangan ketika mengendarai motor. Khawatir dengan kejadian sebelumnya, saya kembali membeli sebuah sarung tangan. Dalam perjalanan ke kantor, saya mampir sebentar di untuk membeli sarung tangan.
Setelah memilih, mencoba, dan menawar, transaksi jual-beli pun selesai. Tanpa pikir panjang saya segera mengenakan sarung tangan baru itu. Lalu naik ke atas motor, menyalakannya, dan memacunya menuju kantor.
Dalam perjalanan, saya merasakan ketidaknyamanan di telapak tangan kanan saya. Jari-jemari saya terasa tidak begitu bebas ketika memacu gas ataupun mengerem laju kecepatan motor. Ada apa gerangan?
Sesekali saya memerhatikan sarung tangan baru tersebut, membandingkan antara yang kiri dan kanan. Apa mungkin saya membeli sarung tangan yang tidak seukuran? Atau mungkin tidak sepasang? Pertanyaan itu muncul dalam pikiran saya di sepanjang perjalanan ke kantor.
Setiba saya di kantor, setelah memarkir motor, saya segera membuka sarung tangan dan memperhatikannya. Waaah, ternyata kiri dua-duanya…!!!!
Keesokan harinya, dalam perjalanan menuju kantor, saya kembali mendatangi tempat di mana saya membeli sarung tangan tersebut. Saya beritahukan kepada penjualnya bahwa sarung tangan yang kemarin saya beli ternyata kiri semua. Pak penjual itu pun segera mengambil sepasang sarung tangan lain dan menukarnya dengan sarung tangan yang saya beli sebelumnya. Alhamdulillah, saya merasa nyaman ketika menggunakan sarung tangan yang benar-benar sepasang tersebut.
Indahnya berpasangan. Begitulah Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan makhlukNya.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan, kemudian Allah menjadikan di antara keduanya rasa kasih dan sayang.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan bumi dengan segala hiasan berupa pepohonan, laut, sungai, gunung-gunung. Sebagai pasangannya Allah menciptakan langit dengan hiasan bintang yang tak terhitung, gugusan planet, serta galaksi-galaksi.
Maha Suci Allah yang telah menjadikan siang sebagai waktu bagi manusia untuk bekerja dan berusaha, dan sebagai pasangannya Allah juga menciptakan malam sebagai waktu bagi manusia untuk beristirahat, memulihkan tenaga dari keletihan.
Setidaknya, ada tiga pembelajaran bagi saya khususnya dalam pengalaman bersama sepasang sarung tangan tersebut.
Pertama, teliti sebelum membeli suatu barang. Maka begitu pulalah seharusnya dalam mencari pasangan hidup. Buka mata ketika dalam pencarian untuk menentukan pilihan yang terbai dengan modal utama memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu.
Kedua, peliharalah baik-baik barang yang sudah dibeli agar bisa bertahan lama. Awet. Begitu pulalah ketika hidup berpasangan dalam berumah tangga, saling menjaga satu sama lain agar bisa langgeng.
Ketiga, ketika membeli barang yang bentuknya sepasang, pastikan bahwa barangnya terdiri dari kanan dan kiri, bukan dua-duanya kanan atau kiri. Dan begitulah seharusnya dalam mencari pasangan. Lelaki mencari pasangan yang perempuan. Sebaliknya perempuan mencari pasangan yang lelaki. BUKAN DARI YANG SEJENIS.
Wallaahu a’lam.
—–ooo0ooo—–
artikel terkait :
Sama ka, punggung tangan jg belang krn tdk memakai sarung tangan … Risih n ribet makenya … 🙂
Kt2 terakhirnya … Masa jeruk makan jeruk sih ka … Xixixixi
dulu aja pake sarung tangan karena perjalanannya jarak jauh. sekarang udah nggak 😀
ya kan yang begitu lagi model…. udah akhir zaman
wah mas… belum mendapat pasangan nih. 😀
Selamat mencari kalau begitu 😀
Cariin dong. Hihihi
silahkan googling aja 😀
Hahaha
tinggal ketik mau jodoh yang namanya siapa…. nanti nongol deh penampakannya… xixixixixixi
Hahhaha. Namanya dr mana mas.
yang…. dari hatimu….. #eaaaaa
hahahaha
😛
Sarung tangan saja tahu, bahwa LGBT itu menyalahi fitrah makhluk hidup!
iya bu. masa manusia yang punya akal nggak tahu?
haduuuh
Jdi inget lirik naysid jadul: cari..cari..carilah..pasangan hidup betul-betul..oh kawan..*sambil nyanyi2..:D
xixixixi… albumnya hawari yah?
bukan..albumnya Robbani klo gak salah, bagus2 loh..sy suka lagu2nya…nasyid jaduuuul bgt..:D
saya dulu juga punya album itu. barenga sama nadamurni, the zikr
naah..itu dia, seangkatan itu lah…nasyid2 dri malaysia, dri Ind. ada Brother klo gak salah..
satu lagi hijazz.
yang dari indonesia cuma pernah denger snada aja, tapi kurang suka.
baru kemudian muncul raihan
iya..hijazz..trus inteem, bru raihan. Brother gak sengetop Snada emang, soalnya mrk dlu mhs2 ITB, gak pernah masuk tipi. Kok jadi bhs nasyid ya..oot bgt nih..hehe..
😀
tenang aja…. nyatanya masih nyambung koq sama lawan bicaranya.
snada itu mungkin seangkatan sama izzis kali yah. pernah ngikut lomba nasyid yang ngadain izzis
haha..selama msh nyambung lanjut aja ya..:-D, Soo..jadi rupanya mas Rifki tim nasyid jg toh, bikin album jg hrsnya selain bikin buku..:D
gagal!
cuma pernah nampil di acara sekolah doank.
pas lagi tampil saat lomba, semua anggota tim kompak lupa liriknya. tiba-tiba hening gitu 😀
huakakakak…gagal total itu mah, tulis atuh kejadiannya di blog, pasti lucu banget…:D
kapan-kapanlah kalau memang ada ide. waktu itu dua nasyid yang dibawakan, “Rasulullah”-nya nada murni, dan satunya lagi nasyidnya izzis, cuma lupa judulnya 😀
harus ketemu dulu liriknya baru bisa ceritain
huehehe…jdi smp skrg pun masih lupa ama liriknya. Harus inget dlu judulnya…klo lirik mah tinggal browsing, dah jaman internet ini…beda ama jaman primitip dlu..:D
hmm… ingetnya lirik ini …
“barisan jihad pemuda islam
baris maju ke hadapan
bersama seruan
Allahu akbar… Allahu akbar”
tapi apa lirik itu yg dbawakan…. masih tanda tanya 😀
yaah…gpp lah, gak ada yg tau ini..:D, tpi cirikhasnya izziz bgt klo yg liriknya begitu, ama shouhar….jdi kangen dngr shouhar deh..hehe
tapi gara2 ngobrol di sini bisa banyak yg tahu kalau pada baca 😀
Pasangan yang pas.. mesti berbeda jenis ya Mas, kalau sejenis memang kurang nyaman rasanya.. kiri berpasangan dengan kanan, lelaki dengan perempuan.. analogi sarung tangannya pas
karena berbeda bisa saling melengkapi, teh. terima kasih
tidak syak lagi, berpasangan pastilah sangat indah … he he he …
*tanpa sarung tangan, tangan jadi terbakar … he he he …
yup… begitulah…
*emangnya nggak pake sunblock, kang? xixixixixixi
hi hi hi … saya kan nonblock …
😀
orang bule aja pengen kulitnya sawo matang seperti kita ya kang…. jadi nggak pake sunblock
Pake sarung tangan waktu ke Bromo. Hehe…
kalau naik motor biar nggak kepanasan… kalau ke boromo biar nggak kedinginan 😀