
Suatu hari di tahun 2010, dalam perjalanan pulang dari kantor, saya melihat sebuah papan iklan penyedia jasa pijat. Saya membayangkan betapa nikmatnya ketika tubuh saya ini dipijat. Otot-otot yang kaku pasti akan menjadi lemas kembali dan pegal-pegal di badan pasti akan segera hilang. Saya pun mencatat nomor yang tertera di papan iklan tersebut dan menyimpannya di dalam handphone saya. Jika ada kesempatan saya akan menggunakan jasa pijat tersebut.
Beberapa hari kemudian, saya menghubungi nomor penyedia jasa pijat tersebut dan meminta datang ke rumah. Tak lupa saya menanyakan berapa tarifnya.
Ini adalah kali pertama saya dipijat. Sebelumnya saya belum pernah dipijat selain dipijat atau diurut karena jatuh atau keseleo. Jadi masih belum terbiasa juga dan diawal-awal sepertinya saat dipijat reaksi badan saya seolah-olah menolak. Namun setelah beberapa lama dipijat, tubuh saya bisa merasa nyaman dengan pijatan-pijatan yang dilakukan oleh tukang pijat. Hingga akhirnya saya tertidur.
Kalau mau hitung-hitungan, saya rugi membayar lima puluh ribu rupiah karena tidak bisa menikmati pijatan secara keseluruhan karena tertidur 😀
Beberapa bulan kemudian, saya kembali menghubungi jasa pijat lagi. Kali ini, saya mengajak bicara tukang pijat selama proses pemijatan sehingga saya tidak ketiduran lagi. Dari pembicaraan itulah saya mendapatkan nuansa plus-plus. Nuansa syukur.
Melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, saya mendapatkan gambaran mengenai kondisi tukang pijat tersebut. Sebut saja Sugeng.
Profesi sebagai tukang pijat sudah ditekuni Sugeng sejak usianya 12 tahun. Sebelumnya, jasa yang diberikannya adalah urut untuk keseleo. Kemudian beralih menjadi jasa pijat untuk relaksasi saja. Sugeng bekerja dengan dibawahi oleh seorang Bos bersama tiga puluhan orang lainnya.
Dari tarif sebesar lima puluh ribu selama dua jam memijat, Sugeng mendapatkan bagian sebesar 15% yang artinya hanya tujuh ribu lima ratus rupiah. Jika mendapat pasien yang baik hati atau langganan setia, Sugeng bisa mendapatkan tips.
Rupanya, bagian yang diterima Sugeng sebesar 15% dari tarif setiap kalli pijat adalah bagian yang sudah bersih. Potongan yang dikenakan oleh Bosnya sebesar 85% adalah untuk biaya penginapan atau rumah tinggal dan makan sehari-hari Sugeng.
Menurut Sugeng, suasana lingkungan kerja dan tempat tinggalnya cukup baik, apalagi si Bos. Bosnya itu sangat baik. Sebab tidak pernah marah meski dirinya tidak mendapatkan pasien alias tidak bekerja selama sebulan. Makan dan tempat tinggal tetap di sediakan si Bos.
Dua jam berlalu. Pemijatan pun selesai. Saya berikan tips sebesar sepuluh ribu kepada Sugeng.
Jika dihitung-hitung, dua jam dengan penghasilan yang diterima Sugeng sebesar tujuh ribu lima ratus, adalah penghasilan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan gaji yang saya terima setiap bulannya. Sejatinya kondisi tersebut bukan untuk menyombongkan diri, melainkan bersyukur atas karunia yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepada saya. Jika Sugeng tinggal di dalam satu kamar, meskipun besar, bersama rekan-rekannya, saya bisa tidur di kamar pribadi. Sekali lagi, seharusnya itu bukan untuk disombongkan, melainkan disyukuri.
Tak hanya Sugeng seorang, mungkin masih banyak orang-orang yang perjalanan hidupnya serupa. Bandingkan apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka hasilkan atau dapat dari pekrjaan mereka dengan apa yang kita kerjakan dan apa yang kita dapat. Lalu bersyukurlah.
Wallaahu a’lam.
—–ooo0ooo—–
postingan terkait :
baru tau kalau jasa pijat ada bosnya juga
papan reklamenya sering saya lihat di beberapa tempat, mbak.
mungkin si bos tersebut menyediakan fasilitas kerja dan menampung para tukang pijat. semacam perusahaan dengan karyawan. mungkin seperti itu
oo. di rumah biasa manggil tukang urut langganan aja sih. hehe
di sekitar rumah saya juga umumnya seperti itu 🙂
Aduchh jadi kepengen dipijit..tp saya kle disentuh lngsung kegelian..ghmm
coba aja. awalnya seh pasti geli 😀
Baru sekali ngerasain dipijat…manggil tetangga ke rumah, sakit..krn gak biasa mgkn..
Link yg sya kirim di WA smp gak..??
kalau sakit berarti ada penyakitnya 😀
kalau nggak biasa otot2 emang terasa keras pas dipijat.
nyampe cuma belum saya buka linknya
sy pikir ya krn emang gak biasa aja..klo masuk angin lbh suka minum obat.. 😀
owh..sampe ya..soalnya laporan di WA sy gak nyampe..hehe..
kalau masuk angin, saya lebih mantap dikerok 😀
yup… nyampe
oooh. nuansa plus plus nya itu ngobrol sama tukang pijitnya. hehehe.
saya pikir yang aneh-aneh mas. hahaha
gak suka di pijet sama di kerok 😐
iya mbak. bisa ngobrol plus pengingat diri agar bersyukur
sering memang kita bisa belajar bersyukur itu dari mana aja ya mas. gak terduga 😀
iya mbak. selanjutnya adalah mengingat pelajaran tersebut. masalahnya adalah…. seperti halnya kita lupa tentang pejaran sekolah…. pelajaran hidup juga sering lupa 😀
setuju :3
terima kasih 🙂
justru kalu pijat itu nikmatnya kalu tertidur? relax gitu..
ku ada tukang pijat langganan sekalian luluran.. sekali datang 100rb deh.. 3jam lebih.. kalu ku tidur, ditungguin sampe bangun loh..
iya kalu dibanding ma kita, sekali kita bayar juga ga ada apaapanya ya.. langganan tukang pijatku bukan “sekelompok” gitu kaya sugeng.. mogamoga sugeng bisa mandiri ga tergantung sama bos lagi deh ya.. dan punya langganan yang baik hati..
iya kali ya mbak. karena enak, rileks, jadi bisa tdiur 🙂
si sugeng itu katanya juga mau pindah, cuma masih bingung ninggalin bosnya yang baik dan para pelanggannya. sebab kalau pindah, dia harus nyewa rumah sendiri.
tunggu mapan dulu baru pindah.. punya bos baik itu jarang loh..
sempet sata bilang seperti itu. takutnya di tempat lama sudah dilepas, di tempat baru susah nyari pelanggan.
Pas baca judulnya kirain pijat plus-plus apaan, Kak… 😐
Kalo saya suka tempat pijat Ken Hermawan yang di ruko-ruko depan STAN, kalo di bawah jam 11, ada diskon 50%. Kalo gitu itu masa tarif pemijatnya juga dipotong 50% ya? Kasian… 😐
ya plus-plusnya itu…. xixixixixixi
wah udah banyak ruko di sana yah? bisanyanya ke kampus lewat ceger, bukan bintaro
kirain plus plus nya apa 🙂
😛
wow… biasanya pgl jasa pijat dtg k rmh dgn tarif yg lbh mahal dr bapak.. tp 2 jam dgn byrn cm tujuh ribu lima ratus lmyn ya bos nya…
tapi tukang pijat itu mendapatkan tempat tinggal dan makan gratis dari bosnya 😀
ya walaupun gt gk sekecil tu pak… lmyn lho 2 jam …
pgel2 ilang ampe si bapak tidur kn…. 😀
ya semoga aja… tukang pijat itu rezekinya lebih baik sekarang dan untuk waktu2 berikutnya
aaminn…
sapa tau bapak berminat membuka usaha pijit…
hehehehe
😀
belum kepikiran pengen bikin usaha
sekarang usahanya membuat istana bwt keluarga dulu ya pak… hehehe
*sok tau dech
enggak usah istana. rumah biasa aja…. 😀
rumah kecil tapi pekarangannya luassss
ya rumah biasa tapi nyaman juga bisa disebut istana…
dengan judul “Istana mungil yang mini nan nyaman”
hehehehe
betul betul betul
Wahahaha.. judulnya mengecoh dikarenakan beberapa stereotipe tentang plus plus… 😀
sengaja…. 😀
Iya Mas, memang pemijat mendapatkan porsi yang lebih kecil tapi mereka juga disediakn tempat tinggal dan jatah makan. Kalo bos-bos pemijat ini yang biasanya suka saya panggil, naiknya mobil yang mentereng banget. Hihihi..
Urusan apa mereka dipanggil? Mau pijat juga?
😀
Baru tau saya kalo jasa buat pemijatnya cuma 15%. Tapi gpp rejeki ada yang ngatur dan rejeki datang darimana saja.
cuma tempat tinggal dan makan udah dijamin 😀
Ya Allah, kasian banget Mas Sugeng..
Semoga dpt kemudahan rizki ya.
#malu hati jarang bersyukur
aamiin. dan semoga kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur