“Tulislah semua hal penting yang kamu dengar di saat guru menyampaikan materi pelajaran di depan kelas ke dalam sebuah coret-coretan. Kalian bisa menggunakan buku khusus untuk membuat coretan tersebut ataupun kertas-kertas bekas dari buku tulis kalian yang sudah tidak terpakai. Nanti setelah di rumah, salinlah coret-coretan tersebut ke dalam buku tulis yang sudah kalian persipankan untuk setiap mata pelajaran. Dengan demikian, tulisan dalam buku catatan kalian tersebut akan terlihat lebih bagus dan rapi. Pasti akan timbbul rasa senang dan semangat ketika membaca buku catatan yang rapi. Selain itu, secara tidak langsung, kalian juga akan kembali mengulang pelajaran tersebut karena mau tidak mau saat menyalin coret-coretan tersebut ke dalam buku catatan pelajaran, kalian pasti akan membaca apa yang telah ditulis sebelumnya”.
Kurang lebih seperti itulah pesan yang disampaikan oleh salah seorang guru ketika saya duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah atau Sekolah Menengah Pertama. Ibu Zahroh, nama beliau. Jika saya tidak salah ingat, saat itu beliau mengajarkan mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Sepertinya, pesan beliau sejalan dengan sebuah hadits Rasulullah Shallallaahu a’alaihi wa sallam yang saya dapat di kemudian hari. Hadits tersebut berbunyi :
“Ikatlah ilmu dengan kitab (yaitu : dengan menulisnya)” [Hadits shahih dengan keseluruhan jalannya sebagaimana diterangkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026].
Saya melakukan apa yang dipesan oleh Ibu Zahroh. Meskipun tidak untuk semua pelajaran. Saya kumpulkan halaman-halaman yang masih kosong dari buku tulis bekas yang sudah saya pakai sebelumnya. Kemudian saya jadikan satu untuk selanjutnya saya jadikan sebagai buku khusus corat-coret beberapa mata pelajaran sebelum saya salin ke buku catatan sebenarnya.
Sepertinya, kebiasaan tersebut adakalanya masih saya lakukan ketika saya mengenal dunia blog. Sekali mengenal blog, sepertinya saya tidak bisa lepas. Apalagi saat itu saya pernah membaca sebuah jargon atau apalah, saya lupa, yang bunyinya kurang lebih “Gue Ngeblog, Gue Keren!”
Hampir setiap hari ada keinginan untuk menulis. Tentunya di sela-sela pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. Namun tidak setiap saat ide itu bisa muncul. Adakalanya ide untuk muncul secara tiba-tiba. Ada masanya pula ide itu tak kunjung hadir saat ditunggu-tunggu. Datangnya ide untuk menulis tidak bisa dipaksakan. Karenanya, ketika sebuah ide datang saya harus mencegahnya agar tidak hilang. Mencatatnya. Itu yang saya lakukan. Kemudian saya salin kembali dengan mengetiknya di komputer atau laptop. Tentunya akan ada penambahan kata dan kalimat di dalamnya sebelum saya publikasikan.
Ada beberapa sarana yang saya gunakan untuk mencatat lintasan ide-ide yang muncul. Di antaranya adalah :
1. Block Note atau kertas HVS
Salah satu dari kedua benda tersebut biasanya akan saya bawa jika saya diundang rapat. Bila ada sebuah ide muncul di saat saya sudah tiba di tempat namun rapat belum dimulai atau di sela-sela rapat yang sedikit membosankan, saya akan mencatat ide tersebut di block note atau kertas HVS yang saya bawa. Adakalanya ide tersebut baru berupa judul atau beberapa kalimat aja. Jika lancar, bisa menghasilkan beberapa paragraf yang saya tuangkan dalam tulisan bergaya steno yang saya sendiri harus mengerutkan dahi jika membacanya kembali.

Selanjutnya, setelah bertemu dengan komputer dan laptop, saya akan menyalin dan menambahkan ide tulisan yang sebelumnya hanya berupa coretan-coretan. Lalu mempublikasikannya di blog.
2. Handphone
Jika ada ide datang, sementara tak ada kertas dan pulpen di tangan, maka handphone yang saya jadikan tempat untuk menyimpan ide tulisan yang muncul. Ketika handphone yang saya miliki hanya bisa digunakan untuk SMS dan menelpon saja, saya mengetik ide tulisan ke dalam draft SMS. Karena kapasitas karakter dalam satu SMS itu terbatas, sedangkan ide cerita yang akan saya tuliskan cukup panjang, maka tulisan itu akan terpisah-pisah ke dalam beberapa draft SMS.
Adakalanya datang ‘gangguan’ ketika sedang mengetik dan saya lupa menyimpan draft SMS tersebut. Akhirnya ada bagian cerita yang tidak nyambung karena hilang. Jika demikian yang terjadi, mau tidak mau syaa harus mengingat-ingat kembali bagian cerita yang hilang tersebut ketika menyalin atau mengetik ulang draft SMS di komputer atau laptop.

Ketika handphone yang saya miliki tak hanya bisa digunakan untuk SMS dan menelpon saja, tetapi bisa internetan juga serta bisa diinstal aplikasi untuk membuat tulisan yang panjang, saya mencatat ide saya dengan aplikasi notepad. Mungkin hanya berupa judul dengan satu kalimat pembuka. Mungkin sudah beberapa kalimat yang tersimpan. Barulah di saat yang lebih memungkinkan, saya akan menambahkan beberapa pargaraf hingga menjadi tulisan yang siap untuk dipublikasikan di blog. Baik langsung melalui handphone atau melalui komputer atau laptop.
Jika cara yang kedua saya pilih, misalnya karena tulisan yang panjang atau karena adanya ketentuan mengenai batasan jumlah kata, saya akan mengcopy file dari handphone ke komputer atau laptop terlebih dahulu. Ribet? Mungkin di kali pertama melakukannya. Setelah sering melakukannya, saya bisa terbiasa.
3. Email
Pernah suatu ketika saya mendapatkan ide untuk ditulis ketika sedang mengikuti sebuah kursus. Ketika jam kursus sudah hampir selesai, sementara tulisan yang saya buat baru beberapa kalimat saja dan tidak ada flashdisk untuk menyimpan file. Jika menyimpan di komputer yang saya gunakan untuk kursus, saya khawatir akan terhapus keesokan harinya. Entah oleh orang lain atau aplikasi yang diinstall di komputer. Akhirnya saya menyimpan tulisan saya yang belum selesai tersebut ke dalam email. Saya mengirim email untuk diri saya sendiri 😀

Beberapa waktu kemudian, setelah saya bisa terkoneksi dengan internet kembali, entah di kantor atau di rumah, saya membuka email tersebut, meng-copy-paste-nya ke notepad atau word, dan menambahkannya dengan beberapa kalimat. Setelah saya rasa sudah cukup, segera saya posting.
4. Status Facebook
Adakalanya ide yang muncul memang bukan diniatkan untuk membuat tulisan yang panjang. Karena biasanya hanya beberapa kata atau satu dua kalimat. Saya tak biasa membuat blog dengan isi yang pendek *uhuk*. Akhirnya, saya hanya menjadikan ide tersebut sebagai status di facebook.

Barulah beberapa waktu kemudian, mungkin bisa juga dalam hitungan hari, ide tambahan atas status facebook itu muncul. Maka saya pun melengkapinya menjadi tulisan yang terdiri dari beberapa paragraf yang bagi saya pribadi cukup enak dibaca.

5. Jurnal Blog
Menyimpan ide tulisan dalam bentuk jurnal di blog? Mungkin terkesan aneh, sebab maksudnya bukan menyimpan dalam bentuk draft postingan di blog, melainkan dalam bentuk jurnal yang memang sudah dipublikasikan dan sudah dibaca oleh orang lain. Setidaknya saya pernah melakukannya meskipun baru sekali.
Suatu ketika, terlintas sebuah ide tentang beberapa tulisan. Sayangnya, ide tersebut baru berupa beberapa judul saja. Tak ada yang lain. Akhirnya saya membuat jurnal berisi beberapa judul tulisan dan mempublikasikannya. Barulah beberapa bulan kemudian saya menuliskan cerita lengkap dari salah satu ide yang ada meskipun dengan judul yang sedikit berbeda.


*****
Seseorang pernah berkata kepada saya tentang kegiatan membaca dan menulis yang ditekuninya.
“Menulis itu ibarat menuangkan air dari dalam teko ke dalam cangkir. Jika isi teko itu penuh, maka air di dalamnya bisa memenuhi beberapa cangkir. Lama-lama, air di dalam teko akan berkurang dan berkurang. Hingga akhirnya tak ada sisa di dalamnya. Untuk mencegah agar air di dalam teko tidak sampai habis, maka perlu diisi ulang secara berkala. Cara mengisinya adalah dengan banyak membaca.”
Sebuah perumpamaan yang indah. Perumpamaan yang mengingatkan saya akan sebuah ungkapan lain yang juga saya dengar dari seorang kawan yang juga gemar dengan kegiatan membaca dan menulis.
“Kemampuan menulis yang dimiliki oleh seseorang akan berbanding lurus dengan tingkat ketekunannya dalam membaca. Semakin banyak seseorang itu membaca, maka semakin banyak tinta yang dimilikinya. Dengan tinta tersebut, dirinya bisa menghasilkan banyak tulisan.”
Blogwalking mungkin menjadi salah satu sumber ide. Dengan membaca tulisan-tulisan dari para blogger, akan mengisi teko yang kita miliki. Ketika para blogger menulis tentang sesuatu yang dialaminya, mungkin akan muncul lintasan ide tentang kejadian yang hampir serupa yang kita alami. Kita pun bisa menuliskannya. Tentunya dengan cara dan gaya kita sendiri.
Pun dengan membaca, mendengar, melihat berita-berita yang dipublikasikan di berbagai media cetak maupun elektronik, sebuah ide menulis bisa hadir. Teko pun bisa terisi kembali. Untuk yang satu ini, saya lebih suka membaca media online daripada media offline.
Selamat menulis.
Ikatlah ide yang muncul dengan menuliskannya, meski hanya sebuah kata atau kalimat. Meski hanya dalam draft SMS ataupun status di facebook. Semoga apa yang sudah kita tulis, bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta bisa menjadi ladang pahala bagi kita, sebagaimana yang dinyatakan dalam sebuah hadits :
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Aamiin ya rabbaal ‘aalamiin.
Postingan Terkait Lainnya :
moga menang. saya kalau buku lebih banyak coretan gambar-gambar nggak jelas ketimbang tulisannya. 😀
😀
dari gambar yang dihasilkan, bisa dibuatkan tulisan atau cerita kan mbak? semisal, lagi ngapain saat gambar itu dibuat, kenapa tiba-tiba buat gambar itu, teringat kejadian apa…. dll
terima kasih. semoga mbak menang juga 🙂
walaaaaah.. untuk GA toh.. semoga menaaaang 😀
iya… nulis sekalian ikutan GA 😀
terima kasih
tapi, oke juga nih buat dicoba beberapa tips nya buat mengikat ide. 😀 tertarik sama yang menulis di kertas, karena gak pernah saya nulis di blog dengan cara itu. hehe 😀
selamat mencoba.
ya yang bisa aja dipraktekin. yang susah nggak usah. masing-masing orang punya caranya sendiri kan 🙂
iyap, setuju bang jampang 😀
selamat menulis sesuatu yang bermanfaat.
tetap semangat!
😀
“Ikatlah ilmu dengan menulisnya” ini kata-kata yang sering ada di LKS-LKS jaman SMP-SMA, di bagian yang suruh merangkum materi. Ahaha…
iya kah? berarti si penetbitnya mengamalkan hadits tersebut 🙂
Saya suka dengan judulnya.. ^_^
Apalagi saya baru tuh ada hadistnya..
Memang benar ide itu gak bisa dipaksakan.. Yang bisa dipaksakan itu memanfaatkannya sebaik mungkin ketika dia datang..
Sukses yaa Mas GA nya..
Saya juga lagi ngadain mampir donk..
terima kasih, mas.
iyakah? coba nanti saya ke TKP. terima kasih infonya
asik ada temen lombanya..
iya sih ibarat teko dituang air ya ngeblog itu..
iya mbak, kira2 begitulah perumpamaannya. mudah2an sih pas 😀
wah sama dunkz tiap guru terangin saya lbh suka menulisnya.. karena tipe bljr saya termasuk yang auditori… karena sekarang sdh lbh canggih saya lbh memilih hp bwt menyimpan sesuatu yg lupa.. seperti pasword n sebagainya.. 😛
iya. udah canggih. tinggal jagain HPnya jangan sampe hilang 😀
wah hp ilang ibarAt isi otak sebagian ilang jg…. hehehe..
secara saya pelupa..:D
kalau gitu HPnya dua, biar kalau hilang cuma seperempat otak aja 😀
jadi catetnya setengah2 dunkz…hehehe..
iyah… setengah du HP yg satu setengahnya di HP satunya lagi. atau habis nyatet di HP yang satu, copy ke satunya lagi…
*ribetbangetyah*
embeerrr.. copy pastenya kebayakan kali.. knp gk setiap bikin note d fotoin trus di simpen di hp yg satu gt…
*tambah repot beneerrr
😀
ya… tinggal pilih cara mana yang paing enak deh
aduuhh ribetnyaa.. mending naekin otaknya k windows 9.. atau gnti pke android jelly bean biar daya tangkapnya cepet atau di upgrade pake ios7.. hehehehe
*lho
enak mah kalau otak bisa diupgrade kaya gitu. tapi katanya…. otak manusia itu jauh dari maksimal dalam penggunaannya. sering nggak dipake, makanya sering lupa 😀
wah berarti saya keseringan gk dipake dunkz..
waaduuhh..
😀
umumnya manusia begitu. kalau dipake lebih banyak lagi, mungkin akan lahir tokoh seperti di zaman kejayaan islam dahulu yang ahli di berbagai bidang ilmu, bukan seperti sekarang yang kebanyakan hanya spesialisasi.
tapi kalau jadi guru seharusnya nggak pelupa. kan mengulang2 terus pelajaran
Lah pelajaran mah saya inget pak.. klo yg laen mah kdg2 suka lupaan.. makanya byk2 istighfar ya pak.. 🙂
wah pelajaran mah saya inget.. klo udah ma yang laen kdg2 lupa..
makanya byk2 istighfar ya bang biar gk lupa mulu..:)
wah klo pelajaran mah inget bang.. makanya byk2 istighfar ya bang biar gk cpt lupa..:)
mungkin karena kepikiran pelajaran mulu makanya yang lain jadi lupa 😀
iya… banyak2 istighfar.
*ini sekarang komentarnya udah muncul. 3 sekaligus*
baru lihat hadits itu, padahal tradisi adalah menghafal ….termasuk hadits itu dihafal nggak di tulis …
memang ada perbedaan pendapat seh, mas. tapi al-quran juga ditulis, dan di zaman Umar ‘dibukukan’. kitab hadits juga akhirnya dibukukan semisal oleh imam bukhari dan muslim
Jadi dapet banyak ilmu nih. Makasih sudah mengikuti GA saya ^^