Sal, ini hanyalah sebuah catatan tentang perpisahan kita yang sementara. Aku ingin menuliskannya kembali. Untukmu. Mungkin, suatu saat kita akan kembali membaca cerita ini sebagai sebuah kenangan yang indah. Simpan saja dahulu jika memang kau belum berminat membacanya. Tak apa.
Hari Pertama : Ketika Rindu
Sal, perjalanan dinasku kali ini agak berbeda dengan perjalanan dinas sebelumnya. Jika perjalanan dinas sebelumnya kuawali di pagi hari menjelang siang, kali ini aku harus mengawalinya ketika langit dihiasi rembulan dan gemintang. Jika perjalanan dinas sebelumnya kulakukan dengan menggunakan pesawat, kali ini kereta yang menjadi pilihan. Stasiun Gambir adalah titik awal perjalananku menuju Purwokerto.
Aku masih dalam perjalanan menuju Stasiun Gambir ketika handphoneku berbunyi. Tanda lingkaran berwarna hijau muncul di sudut kiri layar, sebuah notifikasi masuknya ebuah pesan whatsapp. Ternyata itu darimu.
“Kabari aku kalau nanti kamu sudah mau berangkat yah! Hati-hati! I already miss you.”
Sal, Taksaka membawaku menembus kegelapan malam. Aku duduk di kurdi 10D. Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat sebuah lirik lagu yang menceritakan tentang kerinduan. Kukirim beberapa lirik yang kuingat dari lagu tersebut melalui whatsapp.
“bila kamu
di sisiku
hati rasa syahdu”
Tak beberapa lama kemudian, kamu membalasnya.
“satu hari
tak bertemu
hati rasa rindu”
Giliranku untuk membalas. Sayangnya aku tak hapal kelanjutan dari lirik lagu tersebut. Akhirnya kuketik rangakain kata yang lain sebagai balasan.
“kini kita berpisah
tak usah resah
tak usah gelisah”
Sesaat kemudian kamu mengirim balasan kelanjutan dari bait lagu sebelumnya.
“kuyakini ini semua
perasaan cinta
tetapi hatiku malu
untuk mengatakannya”
Mendapat balasan SMS tersebut, tiba-tiba terbayang di dalam benakku untaian kata yang terangkai dalam puisi berima.
“bila ini rasa cinta
tak malu kumengatakannya
bahwa kau yang kucinta
meski raga tak bersua
terpisah jarak antara
serta rindu membuncah rasa
karena ini adalah cinta”
Lalu kulanjutkan dengan beberapa bait lagi.
di setiap jam yang berdetak malam ini, ingin kukatakan kepadamu
: aku mencintaimudi setiap putaran roda-roda di bawah tempatku kubersandar, ingin kusampaikan kepadamu
: aku menyayangimudi setiap derit kereta yang enggan diam, ingin kubisikkan kepadamu
: aku tak ingin kehilanganmudi setiap cahaya yang kulihat dari jendela, ingin kukabarkan kepadamu
: aku menginginkanmudi setiap ruas besi panjang yang selalu bersama, ingin kuungkapkan kepadamu
: aku ingin membersamaimu
Hari Kedua : Maafkan Aku
Kubaringkan tubuh lelah ke atas tempat tidur. Rasa lelah karena aktivitas di siang hari mungkin yang menyebabkan mataku cepat terpejam. Aku tertidur pulas.
Sal, di separuh malam, hawa dingin AC kamar hotel yang menerpa kedua kaki membuatku terbangun dari tidur. Sesaat setelah kedua mata terbuka, aku segera meraih handphone yang terletak di samping tubuhku. Aku terkejut ketika melihat jumlah miscall darimu sebanyak tiga belas kali tanpa bisa kujawab.
Kucoba untuk menelponmu, Sal. Tapi tak ada jawaban. Kuyakini bahwa dirimu sudah tertidur.
Sal, maafkan diri ini yang tak bisa hadir saat kau butuhkan, meski hanya sekedar menjawab telpon darimu.
—o0o—
“Demi hidmatnya acara kita hari ini, saya minta agar segera menonaktifkan handphone masing-masing.”
Itu adalah ucapan kepala kantor tempat timku melaksanakan kegiatan sosialisasi, sesaat sebelum aku melakukan presentasi di depan para pegawai. Beliau pun langsung menon-aktifkan handphone yang segera diikuti oleh para bawahannya yang menjadi peserta sosialisasi hari itu. Sedang diriku, hanya mengaktifkan silent mode. Untuk berjaga-jaga ketika dirimu mengubungiku.
Ketika giliranku untuk menyampaikan prsentasi pembuka kepada para peserta tiba-tiba handphoneku bergetar. Kuyakin itu dirimu. Tapi aku tak mengangkatnya. Aku tak bisa mengehntikan presentasiku di depan para peserta. Kulanjutkan presentasi dengan mempercepat tempo penyampaian dengan harapan aku bisa segera meneremia telepon darimu. Namun hal itu tidak bisa terwujud, karena ada peserta yang langsung mengajukan pertanyaan. Mau tidak mau, aku harus menjawabnya.
kekasih…
maafkan diri ini
yang tidak bisa menepati janjisayang…
maafkan diri ini
yang tak bisa hadir saat kau nantikekasih…
kuharap di hatimu tetap ada celah
untuk sebongkah maaf atas diri ini yang lemahsayang…
kuharap di taman sanubarimu tetap ada sekuntum bunga
untuk diri ini yang kerap alpa
Hari Ketiga : Menjelang Pertemuan Kembali
Malam terasa begitu sejuk. Meski AC di kamar hotel kurang berfungsi dengan baik, aku tidak merasakan kepanasan. Di atas tempat tidur, kududuk santai sambil menyaksikan acara televisi.
Tiba-tiba suara notifikasi terdengar dari handphone yang kusimpan di saku celana. Sebuah pesan whatsapp darimu, Sal.
“Zul, aku kangen.”
Hanya itu yang terbaca.
Segera kubalas dengan beberapa kalimat berima.
“berpelukan
tuk kehangatan
dan melepaskan
buncah kerinduan
yang tertahan
di hati dua insan”
Selanjutnya kita ber-whatsapp hingga rasa kantuk dan lelah datang. Kuakhiri pembicaraan kita dengan untaian kata berima pula.
“malam ini
kita lalui
dengan sendiri
kau di sana dan aku di sini
namun kuyakin sepenuh hati
bahwa esok hari
kita kan berjumpa kembali”
Tak ada balasan darimu. Pertada kau sudah tidur. Semoga mimpimu indah, Sal.
Seri Samara lainnya :
Lagu bang haji doang yg ngeh 😀
kan emang lirik lagu itu doank yang dipake. lainnya puisi buatan atau hasil gubahan sendiri 😀
Ooo. Kirain 😀
makanya nggak tahu, karena kalau jadi lagu pasti terkenal…. meledak di pasaran 😀
Wkwkwk. Boleh juga tuh zul nya ganti profesi jadi penyanyi 😀
Zul nggak bisa nyanyi. paling bisanya cuma nyuruh pengamen nyanyi lagu buat sali…
https://jampang.wordpress.com/2012/06/25/lelaki-dan-dua-buah-lagu/
Pengamenya dikasih dobel pasti tuh sama zul. Harusnya ada tuh reaksi penumpang yang lain 😀
😀 sepertinya begitu.
kalau penumpang lain mikirnya kan biasa aja, seperti pengamen yang lain. cuma keduanya yg tahu di mana letak sepesialnya.
“Berikutnya dua buah lagu yang khusus dipersembahkan untuk seorang penumpang, perempuan berjilbab kuning, dari seseorang yang mencintai dan menyanginya…!” Ucap sang pengamen.
berarti penumpang lain dengar kan? harusnya ada reaksinya sih
*astaga. cerewet kali ini pembacanya 😀
*kabur sebelum dijitak
😀
iya yah… ternyata si pengamen ngomong gitu.
lupaaaa…. nggak kepikiran
hehehe 😀
biarin deh, mungkin nanti kalau ada ide direvisi 😀
no offense ya, mas rifki.
*lagi kumat cerewetnya 😀
gpp lagi, mbak. lagian juga postingan itu mungkin nanti diganti…. diganti sama yang ada komentarnya 😀
Hehe. Tadi buka pakai wp for andro. Jadi komennya di postingan sebelumnya yg dikomen deh 😀
ya gpp. sayang kalau komen di sana, nanti kehapus 😀
So sweet … 😀
iya donk 🙂
Mau jg dong d nyanyiin n d buatin puisi … Hehehehehe 🙂
nanti bisa dinyanyiin dan dibikinin puisi sama suaminya
Upppsss … Sippplahhh … 🙂
😀
Kereeennn tulisannya ^^
terima kasih.
🙂
so sweet… 3 hari yang…. wow
btw mas… gimana cara menampilkan related post ya?
manual. nggak bisa kalau buka pake domain sendiri 😀
manualnya gimana mas?
tulis di akhir postingan gitu ya?
iyah 😀
kalau pake dotcom banyak pilihannya… ada widget atau scriptnya
I see. Nanti coba ah
selamat mencoba 🙂
seperti pengalaman pribadi..atau minimal terinspirasi dri pengalaman pribadi 😀
sy pengen sekali2 baca tulisan mas rifki ttg zul dan sali yg agak berbeda…selama ini kan penuh kemesraan. Sekali2 galau gitu..zul cemburu gitu ama someone dri masa lalu sali atau sebaliknya…hehe..
kan pernah nulis tentang kecemburuan… meski baru dalam bayangan si zul
oh ya..??? ada di novelnya..?? lupa 😀
bukan di tulisan blog juga…. ya seperti tulisan kaya gini
oowh..blm pernah baca berarti…kelewat atau sy blm aktif di WP *kyk yg aktif aja
kayanya ada linknya di bagian home blog ini, judulnya secemburu itu kah diriku.
okee..siap meluncur..
oh iya…jdi inget dlu pgn minta diajarin bikin home kyk punya mas rifki..blm2 jadi…
silahkan…
gampang bikinnya, asal telaten aja
iya..tapi belum tau caranya…
ya… kapan-kapan bisa tanya-tanya…
okee..ntar kpn2 klo ada wktu senggang..
ini lagi liat2 home-nya
OK