
Sal, pagi ini, ketika berangkat kerja, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Entah apa. Aku tak tahu pasti apa yang membedakan pagi ini dengan pagi yang kemarin dan pagi-pagi sebelumnya. Aku hanya bisa merasakannya setelah beberapa ratus meter sepeda motorku melaju meninggalkan dirimu. Ah, betapa lemah memoriku sehingga tak mampu untuk membandingkan perbedaan pagi ini dengan pagi yang kemarin dan pagi-pagi sebelumnya.
Senyummu! Ya, senyummu! Akhirnya aku bisa mengingat. Meski mungkin sudah terlambat, sebab sudah sekian kilometer jalan yang terlewat. Pagi ini, aku tidak melihat senyummu yang begitu memikat. Pagi ini aku juga tidak mendengar sapaan dan pesan darimu yang biasanya terasa begitu hangat. Pelukanmu pun tak begitu erat. Adakah kesalahan yang telah kuperbuat? Adakah perkataan, perbuatan, atau sikapku yang melukaimu?
Sal, aku khawatir. Suatu hari nanti, ketika kita dibangkitkan kembali lalu kita terpisah seperti terpisahnya seseorang dengan saudaranya, ibunya, bapaknya, sahabatnya, dan anaknya karena masing-masing disibukkan dengan urusannya sendiri, lalu kau datang mengadu kepada Rabbmu tentang kesalahan yang telah kuperbuat. Sementara aku tidak sempat meminta maaf kepadamu di dunia. Lalu kamu meminta Rabbmu untuk mengambil segala pahalaku untuk diberikan kepadamu. Dan setelah pahalaku habis, sementara kesahalan yang kuperbuat masih terlalu besar, kamu lalu meminta Rabbmu untuk mengambil segala dosamu untuk kemudian ditimpakan kepadaku. Nyatalah diriku sebagai muflis. Orang yang bangkrut.
Sal, aku tak ingin seperti itu. Maafkanlah diriku!
jika pagi ini…
saat kutinggal pergi
kau merasa gundah
karena aku yang berulah
maafkan aku, sayang
jika pagi ini…
ketika matahari menampakkan diri
kau merasa kesal
sebab diri ini yang bebal
maafkan aku, sayang
jika pagi ini…
saat kau keluar dari alam mimpi
kau merasa sakit hati
karena aku yang tak tahu diri
maafkan aku, sayang
*****
Siang ini, di ruang kerjaku, ada seseorang yang menawarkan minuman khas Betawi. Bir Pletok namanya.
“Tidak semua bir itu haram. Ini halal!” Katanya.
Aku pun teringat dengan keindahan-keindahan di antara kita. Dan sepertinya aku sudah lama tidak memberikanmu sebuah kejutan yang indah. Mungkin bir pletok ini bisa menjadi sebuah kejutan yang romantis. Aku sudah pernah mencicipinya. Mungkin dirimu belum pernah mencobanya. Aku akan membeli dua botol bir pletok. Satu untukmu. Satu untukku. Lalu kita akan meminumnya bersama di teras rumah sambil menikmati siraman cahaya purnama.
Romantis bukan? Sebab aku teringat bahwa dirimu pernah mengatakan, “Romantis itu tidak terkait dengan hal-hal yang luar biasa atau pun barang-barang yang mewah. Romantis itu bisa berwujud dalam bentuk-bentuk yang kecil, murah, bahkan gratis.”
*****
“Pedas!” Ucapmu setelah mencicipi bir pletok yang kubawa pulang.
“Hanya itu?” Tanyaku kemudian.
“Ada juga rasa manisnya.”
“Ada lagi rasa yang lain?”
“Hangat!”
Aku tersenyum melihat reaksi wajahmu ketika mencicipi bir pletok tersebut dan mendengar jawabanmu.
Ketahuilah, Sal. Bahwa hari ini, aku merasakan sesuatu yang pedas darimu seperti rasa yang pertama kali kau sebutkan setelah mencicipi bir peletok itu. Pagi tadi. Ketika aku tak mendapatkan wajahmu yang tersenyum saat kutinggal pergi ke kantor. Ada apakah gerangan?
Maafkan aku yang tidak menyadari adanya ucapan, perbuatan, atau sikap yang menyebabkan dirimu tersakiti atau terluka. Kumohon, katakanlah kepadaku. Sebab aku mungkin termasuk lelaki yang tidak sensitif dengan perubahan sikapmu. Karena aku tidak bisa membaca apa yang ada di dalam pikiranmu dengan perubahan sikapmu itu. Aku bisa saja menerka-nerka. Tapi jika salah, aku khawatir akan memperkeruh suasana hatimu. Katakanlah, Sal!
*****
Terima kasih, Sal. Kau telah mengatakan semua yang mengganjal di hatimu. Terima kasih karena kau telah mendengarkan penjelasanku. Terima kasih karena kau telah memberikan maaf untukku.
Sal, tak ada lagi pedas yang kurasakan. Hanya ada manis yang kemudian diiringi dengan kehangatan. Seperti rasa bir pletok itu yang sebelumnya kau sebutkan. Kutemukan kembali manis melalui senyummu. Kurasakan kembali kehangatan melalui pelukan eratmu.
Aku tak lagi khawatir dengan hari ketika kita dibangkitkan kembali dan kemudian kita terpisah seperti terpisahnya seseorang dengan saudaranya, ibunya, bapaknya, sahabatnya, dan anaknya karena masing-masing disibukkan dengan urusannya sendiri. Karena memang seperti itulah proses yang seharusnya dilalui oleh setiap anak manusia. Kita akan berpisah sementara, namun tak ada yang mengadukan kesalahan masing-masing. Aku pun tak masuk ke dalam golongan muflis. Lalu kita akan dipertemukan kembali, seperti keinginanku dan keinginanmu. Keinginan kita. Menjadi sahabat di dunia dan di akhirat.
Sal, jangan kau hapus senyum itu dari wajahmu. Sebab…
senyummu begitu indah
tak layak jika kusandingkan dengan purnama
karena pasti ia akan tertunduk malu
senyummu begitu hangat
tak pantas jika kuibaratkan dengan matahari pagi
karena pasti ia akan merasa tak percaya diri
senyummu begitu mempesona
tak patut jika kuumpakan dengan mahkota bunga
karena pasti ia akan merasa di bawah duli
Seri Samara Lainnya :
baca ini saya jadi ingat surah ‘abasa
dan memang ada bagian dari surat itu yang saya bawa ke dalam tulisan ini mbak. pasti tahu… kan udah hafal juz 30
Iya makanya langsung mikir ke situ. Ayat yang bikin merinding itu. Apalagi pas diterangin sama ustadzahnya
ayat itu yang dibahas kemarin sama ustadz pas kajian di masjid kantor ketika membahas pentingnya meminta maaf, bahkan kepada suami atau istri
ooo. makasih udah dibagi di sini yak π
*mendadak surah abasa terngiang2 di telinga
sama-sama, mbak.
surat itu dulu termasuk surat yang harus dihapal oleh siswa SMP tempat saya sekolah sebelum menghadapi ujian
Berarti mas rifki hafal juga dong?
Berarti mas rifki hafal juga dong surahnya?
berarti mas rifki hafal juga dong
*heran perasaan tadi di hape udah balas komen ini tapi kok nggak muncul-muncul
hmm… sepertinya kalau menghapal sendiri ada yang lupa. tapi kalau misalnya imam baca surat itu, saya bisa ngikutin π
*mungkin delay kali… atau ngelag… terus batal komentarnya
saya juga masih sering begitu untuk beberapa surah π
harus sering diulang. cuma saya ngulangnya nggak sampe surat2 panjang di juz ke 30. surat2 pendeknya doank π
bagusnya sih sering dibaca pas shalat. cuma saya kadang pas dibaca dalam sholat langsung blank gitu π
ya salah satu cara yg bagus memang begitu. sayangnya pas shalat malah milih surat pendek….
lebih cepat selesai soalnya π
xixixixixi…. iyah
Bisaan nih bang Rifki..dri bir pletok bisa jadi rangkain pinta buat sali..:)
Tpi imajinasi emang hrs tinggi..
dipas-pasin aja… maksa dikit nggak apa2 π
Hehe..jdi kayak baju aja dipas2in, tpi membuat tulisan atau cerita emang seperti baju, kekecilan atau kegedean gak enak dilihat
ya mending kebesaran bisa dikecilil, kalau kekecilan lebih susah… masa badannya yang harus dikecilin π
Apalagi klo badan udh kecil…beli baju kekecilan, jadi tambah keciiiiil…*ini ngomongin apa yak π
π
ngomongin apa aja
Yang penting ngomong π
bukan…. nulis…. eh ngetik π
omongan yang dituangkan dlam bentuk tulisan yg diketik π
“Menjadi sahabat di dan akherat” Semoga bisa seperti itu kelak jika diijinkan menikah oleh Allah SWT. Biar lambat asal selamat, biar pernah gagal asal pada akhirnya bahagia. Iya gak, Bang?
Nice tulisan, dalam satu tulisan sarat banyak bahasa kiasan yang mengandung pelajaran penting di dalamnya. Berbagi ILMU itu bukankah pahala yang bisa dijadikan amalan di akherat nanti ya?kandungan ini ada dalam surat apa ya?tolong berbagi>
aamiin.
tulisan ini nggak membahas surat atau ayat dalam al-quran. hanya mengutip terjemahan beberapa ayat di dalam surat ‘abasa
Udah cek, iya beberapa dari tulisan itu ada di terjemahan beberapa ayat. Yah lumayan lah membuat ingin tahu dan akhirnya menjadi tahu, sedikit-sedikit semoga jadi bukit.
alhamdulillah…
Alhamdulillah. Terimakasih ya..
sama-sama
ini tulisan dalam buku juga?
suka iri sama si abang, apa aja bisa jadi bahan tulisan. waktu nulisnya banyak ya bang π
Senin diantar yak bir pletoknya, jadi mupeng bin penasaran
mungkin bisa baca tulisan ini.
https://jampang.wordpress.com/2013/08/31/ikatlah-sebuah-ide-dengan-menuliskannya/
intinya, ide sekecil apapun tulis aja dulu…
kalo baca puisi bang rifki jadi keikut suasana romantis…
hehehe π
π
emang puisinya romantis koq…. jadi wajar kebawa romantis, yang nggak wajar itu kebawa suasan horor π
hmmm..
gk skalian smbl dibayangin d bacain puisi ma andre ovj.. udh jd gk romantis kayanya… π
π
lain mah itu. puisi sama gombalan, beda jurusan
lah kan td aye blg klo dibacain ma andre jd beda dunkz… π
iye… makanya jangan. bace sendiri aje
klo baca sendiri jd senyum2 sendiri ni bang… π
gpp. nggak ada yang lihat. π
wah kalo ada yang liat ntr aye d pegang jidatnya trus diperiksa dah panas apa kaga trs srh mnum obt…
*hmmm
makanya bacanya di dalam kamar aje biar nggak ade yg liat
kunci pintu ye.. trus ketawa2 dech ndiri..
asl ketawa ma senyumnya gk keterusan aje..
π
kalau keterusan bisa berabe…. π
hahaha..
iye ntr bs d telponin rumah bersalin lg..
#lho…
nah yang nelponin juga kayanya lagi bermasalah tuh π
jd kaga ada yang bner dah..
hahaha:D
π
Iya… Kalau kejadiannya kaya gitu.
makin comment ke bawah makin ngawur… maaf ya bang jampang.. just kidding kidding.. π
ya… gpp π