Aku dan Tiga Lelaki Pada Tiga Jumat

ilustrasi : http://shutterstock.com/

Lelaki Pertama pada Jumat Kesatu

Kulihat lantai dasar masjid sudah penuh dengan jamaah shalat jumat. Kulangkahkan kaki menaiki tangga menuju Lantai atas dengan harapan masih banyak ruang yang bisa kutempati. Alhamdulillah, ada beberapa tempat yang masih kosong. Kupilih yang terdekat agar tidak melangkahi para jama’ah lain. Kulalaksanakan shalat sunnah tahiyatul masjid sebanyak dua rakaat. Lalu duduk. Menunggu waktu.

Tiba-tiba kudengar suara lelaki berbicara. Bukanlah sang khatib yang sedang berkata, sebab arahnya bukan dari hadapanku melainkan dari belakangku. AKu tak melihat bagaimana sosok lelaki yang berbicara dengan nada cukup keras itu. Namun aku bisa memastikan bahwa dirinya duduk pada barisan paling belakang, bersandar pada dinding.

Tak mengapa lelaki itu bicara. Khatib belum naik ke mimbar. Mungkin nanti dia akan berhenti pada waktunya. Pikirku. Harapku.

Sayangnya, harapanku tidak terwujud. Lelaki itu masih terus saja berbicara dengan nada yang masih terdengan hingga beberapa baris ke depan. Sementara Khatib sudah berdiri di atas mimbar dan menyampaikan khutbahnya. Suara lelaki itu seperti berkejaran dengan kalimat-kalimat dari sang khatib menuju kedua telingaku. Kadang kalimat sang khatib tiba lebih awal di telingaku. Namun tak jarang, suara lelaki itu tiba lebih dahulu.

Hampir hilang kesabaranku. Ingin aku menegurnya. Mengingatkannya. Tapi, jumatku lebih berharga. Jika kulakukan yang demikian, maka sia-sialah jumatku.

Lelaki Kedua pada Jumat Kedua

Sebelum kududuk, kulaksanakan shalat tahiyatul masjid. Di hadapanku, seorang lelaki sedang duduk sambil memegang muhshaf kecil di tangannya. Dia membaca ayat-ayat al-quran dengan khusyu’.

Ketika shalatku selesai, lelaki itu masih melanjutkan bacaannya. Bahkan di saat khatib mulai menyampaikan tausiyah dalam khutbahnya, lelaki itu masih dalam posisi semula. Mushaf di tangannya masih terbuka. Sesekali tangannya membuka halaman berikutnya. Tanpa suara.

Ada keinginanku untuk menegurnya dengan berkata kepadanya “Berhentilah dulu membaca al-quran. Dengarkanlah khutbah sebentar.”

Tapi kuurungkan keinginanku. Jika kulakukan demikian, sia-sialah jumatku.

Lelaki Ketiga pada Jumat Ketiga

Entah bagaimana sosok lelaki ketiga ini. Aku yakin, dirinya pasti datang lebih dahulu daripada diriku.

Lelaki itu berjalan dengan tenang menuju masjid. Tidak seperti diriku yang tergesa-gesa sebab tak lama lagi khatib akan segera naik ke atas mimbar.

Lelaki itu tidak akan bingung mencari tempat untuk duduk sebab ruang di dalam masjid masih lengang ketika dirinya tiba. Tidak seperti diriku yang selalu bingung akan duduk di mana sebab hampir tak ada celah untuk menempatkan tubuhku di antara para jama’ah lain.

Lelaki itu tak perlu melangkahi pundak-pundak jama’ah lain. Tidak seperti diriku yang kadang-kadang melangkahi pundak jama’ah lain, bahkan meminta mereka menggeser tempat duduk agar aku bisa duduk.

Lelaki itu akan menyimak kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh sang khatib lalu menyampaikan materi khutbah tersebut kepada istrinya dan anak perempuanya di rumah. Tidak sepertiku yang hanya menyimak khutbah di bagian awal dan akhir saja, sebab ketika inti khutbah disampaikan, diriku tertidur pulas.

Aku tak ingin seperti lelaki pertama yang tak mendapakan apa-apa dari kemuliaan dan keberkahan hari jum’at. Sebab apa yang dilakukannya telah membuat hari jum’at yang dilaluinya menjadi sebuah kesia-siaan.

Aku tak ingin seperti lelaki kedua. Meski dirinya berdzikir dan berdoa, namun kemuliaan jum’at tak diperolehnya. Sedang dzikir dan doanya, menjadi hak Allah untuk menerimanya atau menolaknya.

AKu hanya ingin seperti lelaki yang ketiga. Itu saja.

*****

“Barangsiapa mandi kemudian mendatangi Jum’atan, lalu shalat (sunnah) yang ditakdirkan (dimudahkan) Allah Subhanahu wata’ala baginya, sertadiam sampai (imam) selesai dari khutbahnya dan shalat bersamanya, diampuni baginya antara Jum’at itu hingga Jum’at berikutnya, ditambah tiga hari.” (Shahih Muslim, Kitabul Jum’ah)

“Barang siapa yang berwudhu, lalu melakukannya dengan sebaik-baiknya, lalu datang untuk melakukan sholat jum’at, kemudian dia mendengar dan memperhatikan khutbah, niscaya akan diampuni dosa-dosa ( kecil ) yang dilakukannya antara jum’at itu dan jum’at berikutnya ditambah dengan tiga hari. Dan barang siapa yang bermain-main dengan kerikil, maka sia-sialah jum’atnya.“ (HR Muslim)


Tulisan Terkait Lainnya :

Lelaki Pembawa Khutbah
Lelaki Pembawa Khutbah

Lelaki Pemilik Dua Khutbah
Lelaki Pemilik Dua Khutbah

Lelaki dan Smartphone
Lelaki dan Smartphone

Lelaki dan Dzikir
Lelaki dan Dzikir

Lelaki yang Tak Mau Membaca Yasin di Surga
Lelaki yang Tak Mau Membaca Yasin di Surga

61 respons untuk ‘Aku dan Tiga Lelaki Pada Tiga Jumat

  1. herma1206 September 13, 2013 / 14:07

    ada juga yg baik hati menshare isi khutbah jumat di fb, blog, atau twitter…yg demikian juga bagus…:)

    • jampang September 13, 2013 / 14:13

      asal jangan nge-twitnya pas khatib lagi baca khutbah 😀

      • herma1206 September 13, 2013 / 14:17

        oh iya..klo ada yg share mesti dilihat juga waktunya..ngeshare isi khutbah pas khatib lagi ceramah..gak bagus juga gitu ya..

      • jampang September 13, 2013 / 14:27

        ya termasuk yang nggak dapat-apa dari shalat jum’atnya

      • herma1206 September 13, 2013 / 14:40

        nah..jdi pgn bahas ini..walaupun di share saat lagi jumatan, tpi membawa manfaat buat yg baca..
        berarti tetap ada kebaikannya juga..

      • jampang September 13, 2013 / 14:49

        orang lain mungkin dapat manfaat, tapi si pelakunya tidak mendapatkan kemuliaan jumat, seperti hadits di bagian akhir

      • herma1206 September 13, 2013 / 15:00

        ya..ya..ya..
        nice posting, mksh mas…

      • jampang September 13, 2013 / 16:09

        sama-sama…

  2. Iwan Yuliyanto September 13, 2013 / 14:19

    Aku juga ingin menjadi lelaki ketiga 🙂

    Tantangan yang selalu disepelekan banyak orang adalah hadir di dalam masjid sebelum khotib naik mimbar. Ada yang santai menghabiskan sisa rokok-nya di luar masjid meski khotib sudah naik mimbar.

    • jampang September 13, 2013 / 14:28

      iya pak. sering lihat saya. apalagi masjid di siniada tempat buat duduk2nya

    • nurme September 13, 2013 / 18:00

      Iya Pak, keren ya lelaki ketiga.
      Saya juga kagum ama lelaki ketiga ini 🙂

  3. Inge Febria September 13, 2013 / 15:56

    aku ingin, tetapi aku perempuan… 😀

    #apasih

    • jampang September 13, 2013 / 16:10

      mungkin di masjid2 tertentu bisa, mbak 🙂

    • nurme September 13, 2013 / 18:03

      Rasanya pernah mendengar kalau perempuan juga diperbolehkan untuk ikut sholat jumat. Tapi saya tidak tau hadisnya bagaimana. Bang Rifki, mohon dijelaskan kalau berkenan.

      Mbak Inge, maap ya saya menyela di komentarnya Mbak.

      Terimakasih

      • jampang September 13, 2013 / 19:45

        boleh aja kalau perempuan ikutan shalat jumat

      • nurme September 14, 2013 / 08:56

        tfs

      • jampang September 14, 2013 / 12:50

        Sama-sama

  4. nurme September 13, 2013 / 18:02

    AKu tak melihat bagaimana sosok lelaki yang berbicara dengan nada cukup keras itu. Namun aku bisa memastikan bahwa dirinya duduk pada barisan paling belakang, bersandar pada dinding. —-) kalau sedang berada di dekatnya, wajibkah menegur dengan halus?

    • jampang September 13, 2013 / 19:45

      silahkan baca hadits di akhir tulisan di atas. mungkin bisa menemukan jawaban

      • nurme September 14, 2013 / 08:55

        Baiklah

      • jampang September 14, 2013 / 12:49

        Siippp

  5. deetie September 13, 2013 / 19:19

    jangan si abang sambil dgr khatib smbil bawa lepi terus terinspirasi lalu jadiin cerita dech… hehehe

    • jampang September 13, 2013 / 19:41

      😀
      inget… nggak boleh suuzhan

      • deetie September 13, 2013 / 19:50

        gak suudzon.. cuma nanya aja.. drpd saya sujojon… hehehe

      • jampang September 13, 2013 / 20:08

        ya nggak mungkinlah bawa lepi ke masjid saat jumatan 😛

      • deetie September 13, 2013 / 20:13

        atau mungkin di simpen tulisannya di samsungnya abng gt…
        *msh aj…

      • jampang September 13, 2013 / 20:18

        nggak juga 😛

      • deetie September 13, 2013 / 20:26

        ngga salah ya bang mksdny??? 😛

      • jampang September 13, 2013 / 20:29

        😀
        bu guru pasti lebih paham

      • deetie September 13, 2013 / 20:36

        paham apa ya??
        😛

      • jampang September 13, 2013 / 20:40

        silahkan cari tahu.
        itu jadiin PR aje yeh 😀

      • deetie September 13, 2013 / 20:53

        kan anak tk gk blh ada PR bang.. 😀

      • jampang September 13, 2013 / 20:55

        ini bukan anak TK, tp buat ibu gurunya 😀

      • deetie September 13, 2013 / 21:05

        kan gurunya sebagai contoh jdi gk blh juga dikasih PR>> 😛

      • jampang September 13, 2013 / 21:15

        enak banget yeh… nggak ada PR

      • deetie September 13, 2013 / 22:10

        iya dunkz…. 🙂

      • jampang September 14, 2013 / 05:28

        bagusnya seh di rumah enggak ada PR, biarin aja main dan kumpul sama keluarga yah

      • deetie September 14, 2013 / 14:40

        iye …maen terus di rumah.. ntar kalo ga bs baca gurunya yang ditanya dah… jadi PR dah buat gurunya…

      • jampang September 14, 2013 / 15:41

        Nah itu…. Akhirnya ada PR buat gurunya.. 😀

      • deetie September 15, 2013 / 00:06

        seneng bener romannya kalo gurunya dapat PR…
        hmmm

      • jampang September 15, 2013 / 05:29

        😀
        nggak sih, cuma memastikan doank

      • deetie September 15, 2013 / 18:41

        kenapa dipastiin dah????

      • jampang September 15, 2013 / 19:33

        Ya kalau nggak pasti… Malah ngegantung…. *apacoba*

  6. elam September 13, 2013 / 19:53

    Saya jg ingin jadi lelaki ketiga, tapi belum punya anak-istri, gimana dong? Hehe… 😀

    • jampang September 13, 2013 / 20:11

      belajar aja dulu jadi seperti lelaki yang ketiga 😀

  7. tinsyam September 13, 2013 / 20:16

    mencaricari lelaki ketiga.. *apadeeehhh..

    • jampang September 13, 2013 / 20:20

      😀
      mungkin akan ketemu di jumat ketiga, mbak

  8. tinsyam September 13, 2013 / 20:20

    ehyah soal lelaki kedua, mungkin dia seperti daku deh punya masalah pendengaran, jadi lebih baik membaca daripada bengong ga denger apa2 toh? toh bacaannya alquran?
    ku suka gitu kalu pengajian kalu duduknya di belakang, tapi kalu duduk di masih bisa baca bibir ustadz & ustadzah..

    • jampang September 13, 2013 / 20:25

      kalau dasarnya pakai hadits yang ada di bagian akhir, ktentuan itu berlaku untuk umum, mbak.

  9. ayanapunya September 13, 2013 / 22:41

    Request laki-laki ke tiga dong

    • jampang September 14, 2013 / 05:21

      waduh…. requestnya jangan ke saya donk. 😀

      • jampang September 14, 2013 / 05:31

        lagian juga karena datangnya telat, saya nggak ngeliat sosok lelaki ketiga itu… 😀

      • ayanapunya September 14, 2013 / 05:37

        Klo telat ga dapat daging dong ya?
        *kiasan buat org2 sesuai urutan datang ke mesjid pas shalat jum’at

      • jampang September 14, 2013 / 05:46

        saya ingetnya ukuran hewan, makin belakangan datangnya makin kecil hewannya

      • ayanapunya September 14, 2013 / 05:56

        Iya. Yg pertama dapat unta, trus daging sapi trus daging ayam trus telur 😀

      • jampang September 14, 2013 / 05:58

        yup, begtu yang pernah saya dengar

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s