[Berani Cerita #30] Air Susu Dibalas Air Tuba

credit

Suasana peron stasiun hari ini, tepatnya saat ini, tidak terlalu ramai. Sebab aku tiba di sini setelah jam-jam sibuk stasiun. Aku datang terlambat dua jam akibat adanya kecelakaan di jalur yang kulalui.

Kududuk di kursi yang terletak di tengah-tengah peron sambil menunggu kereta api yang menurut jadwal akan datang sekitar lima menit lagi. Di ujung seberang kursi, kulihat seorang ibu tua. Mungkin beliau sedang menunggu kereta, pikirku.

Tapi aku tak begitu ambil pusing dengan kondisi ibu tua itu. Perutku terasa lapar. Seharusnya, aku sudah sarapan di kursi peron ini dua jam lalu. Itu kebiasaanku. Kukeluarkan sebuah roti dan sebotol air minum dari dalam tas, lalu mulai menikmatinya.

Tepat di suapan terakhir, kedua mataku menangkap kepala lokomotif yang bergerak mendekat. Segera kubuang plastik roti yang kosong ke tempat sampah yang berada di samping kursi. Kuteguk beberapa kali air minum dari dalam botol, lalu bangkit dan melangkah mendekati tempat di mana kereta berhenti.

Begitu kereta berhenti sempurna, segera kumasuki gerbong melalui pintu yang terbuka tepat di hadapanku. Kudekati bangku kosong yang terdekat dan duduk.

Tak lama kemudian, kereta mulai bergerak perlahan. Melalui jendela, aku bisa melihat ibu tua itu masih tetap duduk di tempatnya. Tidak bergerak. Mungkin bukan kereta ini yang sedang ditunggunya, pikirku lagi.

—o0o—

Akhirnya aku bisa terbebas dari kepenatan dan suasana berdesakan di dalam kereta. Pintu keluar peron adalah tujuanku sekarang. Aku ingin segera bertemu dengan anak dan istriku. Kulewati kembali kursi yang terletak di tengah peron. Aku terkejut ketika melihat ibu tua yang tadi pagi ikulihat masih berada di situ. Di tempat yang sama dengan posisi yang sama pula.

Rasa penasaranku mengalahkan keinginanku untuk segera pulang.

“Bu!” Panggilku.

“Ya!” Ibu itu terkejut.

“Sejak tadi pagi, saya melihat ibu duduk di sini. Apakah ibu sedang menunggu seseorang?” Tanyaku.

“Iya. Ibu sedang menunggu anak ibu yang sedang bekerja. Tadi pagi dia mengantarkan ke sini dan meminta ibu menunggunya. Dia akan mengajak ibu ke rumahnya untuk bertemu dengan menantu dan cucu ibu.” Jawab ibu itu dengan wajah ceria.

Ibu itu kemudian bercerita bahwa dirinya belum pernah bertemu dengan menantu dan cucunya. Jika dirinya meminta untuk bertemu mereka, anak lelakinya selalu menjawab bahwa dirinya sibuk dan belum ada kesempatan untuk melakukan hal itu. Ibu itu juga memperlihatkan foto cucu lelakinya yang berusia satu tahun enam bulan kepadaku.

Sangat jelas terlihat bagaimana keceriaan dan kebahagiaan yang terpancar di wajah ibu itu di setiap kalimat ceritanya hingga aku dibuat larut juga di dalamnya.

Hari semakin sore. Namun tak ada tanda-tanda bahwa anak lelaki ibu itu akan datang.

“Bu, boleh aku meminta nomor telepon anak ibu? Aku akan menelponnya untuk memintanya segera datang.” Kucoba menawarkan bantuan.

“Tidak usah, Nak. Anak ibu pasti sedang sibuk!”  Ibu itu menolak.

“Tidak apa, Bu. Kemungkinan saat ini jam kerja anak ibu sudah selesai. Dia tak lagi sibuk.” Aku bersikeras.

“Baiklah. Tadi pagi, anak ibu memberikan surat ini. Dia meminta ibu untuk memberikannya kepada seseorang jika dirinya terlambat menjemput ibu.”

Kuterima kertas itu dan membukanya.

“Siapapun yang menerima surat ini, tolong antarkan ibu ini ke panti jompo terdekat.”


Berani Cerita Sebelumnya :

[Berani Cerita #29] Siapa yang Mengajarimu? [Berani Cerita #29] Siapa yang Mengajarimu?
[Berani Cerita #28] Khianat Cinta [Berani Cerita #28] Khianat Cinta
[BeraniCerita #27] Cepek Ceng Dulu, Dong! [BeraniCerita #27] Cepek Ceng Dulu, Dong!
[BeraniCerita #26] Membeku [BeraniCerita #26] Membeku
[BeraniCerita #25] Tanggal Cantik [Berani Cerita #25] Tanggal Cantik
[BeraniCerita #24] Sebuah Kehilangan [BeraniCerita #24] Sebuah Kehilangan
[BeraniCerita #23] Hanya Sebuah Permainan [BeraniCerita #23] Sebuah Permainan
[BeraniCerita #22] T. Angga [BeraniCerita #22] T. Angga
[BeraniCerita #21] Kolak Pisang [BeraniCerita #21] Kolak Pisang
[BeraniCerita #20] Decoy [BeraniCerita #20] Decoy

76 respons untuk ‘[Berani Cerita #30] Air Susu Dibalas Air Tuba

  1. herma1206 Oktober 7, 2013 / 11:19

    Tuh anak kurang ajar banget..huuuuh..
    *smp kebawa emosi, berarti ceritanya berhasil…twistnya dapet…^^

    • jampang Oktober 7, 2013 / 13:11

      Sabar… Sabar…laptopnya jangan dibanting… Nanti rusak 😀

      • herma1206 Oktober 7, 2013 / 20:13

        Gak dooong…yg dibanting yg lain..haha..

      • jampang Oktober 7, 2013 / 20:23

        Ternyata suka banting2. Ngeri

      • herma1206 Oktober 8, 2013 / 05:19

        yeee…tanya dulu dunk apa yg dibanting 😛

      • jampang Oktober 8, 2013 / 05:24

        apa pun barangnya… judulnya kan dibanting 😀

      • herma1206 Oktober 8, 2013 / 05:34

        apapun makanannya minumannya tetap…*teeeet.. sensor iklan 😀

      • jampang Oktober 8, 2013 / 05:36

        apapun makanannya minumannya tetap…

        dibanting

      • herma1206 Oktober 8, 2013 / 05:40

        hahahahahaha…ini asli sy ketawa lagi dpn lepi..eh gak ding, nyengir aja… 😀

      • jampang Oktober 8, 2013 / 05:49

        😀
        sudah… dimulai saja menulisnya… saya lagi ngutak-ngatik dan gabungin beberapa tulisan buat nerusin tulisan sebelumnya beberapa waktu yang lalu

      • herma1206 Oktober 8, 2013 / 05:54

        siapa suruh bikin ketawa 😛
        wokaaay…ini juga baru mau mulai, lgi search gambar…
        nantikan tulisan saya yg menghebohkan kali ini 😀

      • jampang Oktober 8, 2013 / 06:07

        😀
        sippppplah

      • jampang Oktober 8, 2013 / 08:36

        sudah dibaca dan dikomen

      • herma1206 Oktober 8, 2013 / 09:33

        okee..udah di bls komennya..:)

      • jampang Oktober 8, 2013 / 10:44

        sippp

    • jampang Oktober 7, 2013 / 13:12

      Yup… Teeeeer…. Laaaaa… Luuuuuu

  2. nurme Oktober 7, 2013 / 11:59

    Hufh…
    Rasanya pernah baca alur ceritanya, tapi endingnya gak pernah baca.

    • jampang Oktober 7, 2013 / 13:13

      Ya mungkin ada cerita-cerita yg mirip.

      • nurme Oktober 7, 2013 / 13:20

        kayaknya ditempat yang sama 🙂

      • jampang Oktober 7, 2013 / 13:52

        Settingnya mungkin sama. Tapi ceritanya beda

      • nurme Oktober 7, 2013 / 15:12

        oh begitu, baiklah. Thanks 🙂

      • jampang Oktober 7, 2013 / 15:22

        sama-sama

      • nurme Oktober 7, 2013 / 19:06

        🙂

  3. fenny Oktober 7, 2013 / 12:58

    Tega banget sih tuh anak …
    “nanti di kutuak kau jadi patung seperti malin kundang” ala logat padang 🙂

    • jampang Oktober 7, 2013 / 13:15

      Iya… Kebangetan tuh anak

      • fenny Oktober 7, 2013 / 19:16

        Iya ka kebangetan banget … Org tua yg sdh susah payah ngerawat n biayain qt dr kecil smp jd org, malah d balas kyk gitu … “Geregetan ngelht org yg kyk gini”
        Seharusnya orang tua tuh d sayang spt sayangnya mereka wkt qt kecil. Orang tua itu akan balik manja k anaknya spt balik k sifat anak kecil lg … 🙂

      • jampang Oktober 7, 2013 / 19:56

        Ya mudah2an aja nggak ada orang yg seperti itu. Minimal nggak nemuin… Dan yg penting jangan seperti itu

      • fenny Oktober 7, 2013 / 20:15

        Aaamiin … Mdh2an qt ngga termasuk … 🙂

      • jampang Oktober 7, 2013 / 20:23

        Aamiin…

      • fenny Oktober 7, 2013 / 20:51

        Yaa rabbal ‘aalamiin … 😀
        Enakan air susu d balas bir pletok … Hehehehe 🙂

      • jampang Oktober 7, 2013 / 21:51

        😀

    • jampang Oktober 7, 2013 / 15:21

      iya…. jahat

    • jampang Oktober 7, 2013 / 17:47

      udah ketebak yah? 😦

  4. Ika Koentjoro Oktober 7, 2013 / 18:10

    Astaghfirullah…mudah2an aku ga setega anak si ibu itu T_T

    • jampang Oktober 7, 2013 / 18:28

      mudah-mudahan mbak. kita menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. aamiin

  5. Linaks Oktober 7, 2013 / 22:08

    anak tak berbakti 😦 adakah ortu punya andil?

    • jampang Oktober 7, 2013 / 22:17

      Ya… Mungkin saja ada kesalahan orang tua. Tapi orang tua tetap orang tua yg melahirkan dan membesarkan anak. Tak pantas diperlakukan demikian.

  6. Ayu Citraningtias Oktober 8, 2013 / 13:58

    Astagaaa.. kejam sekali.. ceritanya bagus. cuma ngerasa terlalu gamblang unsur “tell”-nya. atau mungkin cuma perasaan saya saja 🙂

    • jampang Oktober 8, 2013 / 14:03

      mungkin memang begitu… namanya juga baru nyoba-nyoba, mbak… jadi harap maklum 🙂

  7. hana Oktober 8, 2013 / 15:40

    Iya aku pernah liat versi you tube nya yaa..

    tapi klo diceritakan tetep ciamik deh bagus

    • jampang Oktober 8, 2013 / 15:43

      terima kasih, mbak

  8. riga Oktober 8, 2013 / 17:31

    aku suka ceritanya… 🙂

    • jampang Oktober 8, 2013 / 17:32

      terima kasih, mas 😀

  9. rinibee Oktober 9, 2013 / 07:18

    Ceritanya sedikit ketebak setelah membaca judulnya. Karena menurut saya, judulnya sudah menggiring kita menebak endingnya.. 🙂

    Dan ternyata benar.. 🙂

    Tapi saya suka cerita ini.

    • jampang Oktober 9, 2013 / 07:44

      harusnya pilih judul yang menyamarkan cerita ya, mbak? 😀

      terima kasih, mbak

  10. miss rochma Oktober 12, 2013 / 07:36

    ya ampun, tega banget seh anaknya.. mana ditinggal di peron pula. masih mending diantar sendiri ke panti jomponya *emosi jiwa*

    • jampang Oktober 12, 2013 / 08:26

      iya mbak…. keterlaluan banget

  11. Orin Oktober 12, 2013 / 14:40

    duh…kurang ajar bgt anaknya >_<
    Endingnya bagus bang, tapi menurutku, msh terlalu banyak 'telling', IMHO 🙂

    • jampang Oktober 12, 2013 / 15:08

      Telling itu berupa deskripsi ya mbak? Atau… Bagian selain dialog?

      • Orin Oktober 12, 2013 / 20:07

        ‘jargon’nya => show, don’t tell

        jadi menurut yg saya pelajari bang, telling itu seperti ‘memberitahu’ pembaca, si tokoh begini lalu begitu dan dia merasa begono.
        ex : Dina sangat takut dimarahi Pak Guru karena tidak mengerjakan PR.

        tapi dg showing, penulis hanya ‘menggambarkan’ emosi-sikap-pikiran si tokoh, jadi bias memberi ruang pembaca mengimajinasikannya.
        ex : Dina menggigiti kukunya, keringat dingin pun mulai membasahi seragamnya, seandainya dia tidak lupa mengerjakan PR.

        IMHO ya bang, maaf kalo salah, saya jg msh belajar nih soalnya hihihihi

      • jampang Oktober 13, 2013 / 05:39

        wah…. terima kasih banyak, mbak. dapat pengetahuan baru.

  12. Ie Oktober 14, 2013 / 12:58

    cie… menang nih… :p

    • jampang Oktober 14, 2013 / 13:24

      Untuk pertama kali 😀

      • Ie Oktober 14, 2013 / 13:35

        oya? beneran?

      • jampang Oktober 14, 2013 / 13:42

        Beneran apanya?

      • Ie Oktober 14, 2013 / 19:45

        beneran baru kali ini menangnya?

      • jampang Oktober 14, 2013 / 20:08

        yup. namanya juga baru belajar 😀

      • Ie Oktober 14, 2013 / 20:09

        proses yang panjang untuk menang?
        ah aku juuga mau belajar terus ah…

        😀

      • jampang Oktober 14, 2013 / 20:12

        saya nggak begitu bisa bikin cerita fiksi, apalagi yang harus ada twist di akhirnya 😀

        ya…. pasti bisa!

  13. junioranger Oktober 15, 2013 / 07:53

    Sakit. anaknya durhaka

    • jampang Oktober 15, 2013 / 07:59

      yup. anak durhaka banget

  14. herma1206 Oktober 15, 2013 / 22:39

    waaaah…ternyata cerita yg ini menang yaa…
    weish…selamat mas, asyiiik… makan2 dunk 😀

    • jampang Oktober 16, 2013 / 04:55

      weks… itu saya kasih lihat bannernya aja… xixixixixixixi

      • herma1206 Oktober 16, 2013 / 05:11

        yaaaah..itu mah gak dikasih juga sy udah liat duuan 😛

      • jampang Oktober 16, 2013 / 05:14

        ya… cukuplah seperti itu 😛

      • herma1206 Oktober 16, 2013 / 05:20

        yaaaah…gitu deh.. 😛

      • jampang Oktober 16, 2013 / 05:26

        xixixixixi

  15. indah Oktober 26, 2013 / 13:04

    itu anak kalo hidup di jaman malin kundang, pasti udah jadi batu di stasiun kereta api.

    • jampang Oktober 26, 2013 / 14:19

      😀
      Bisa jadi…

  16. alatlabglobalindo Mei 4, 2015 / 20:10

    Masya Allah kasihan sekali ibu itu masa ibunya ingin ketemu sama cucunya ngak boleh sama anaknya terus dimasukin kepanti jompo lagi

    • jampang Mei 5, 2015 / 07:33

      semoga kita tidak menjadi anak yang seperti itu. naudzubillaahi min dzaalik

Tinggalkan Balasan ke nurme Batalkan balasan