Gerimis sedang menyapa bumi di senja itu. Saya sendiri merasakan langsung sapaannya sebelum tiba dan berteduh di sebuah klinik kesehatan yang memang menjadi tempat yang saya tuju. Untuk suatu keperluan.
Maghrib pun menjelang. Setelah mendaftar di loket, saya segera melaksanakan sholat. Selesai sholat, saya duduk-duduk di ruang tunggu menanti giliran. Pasien yang datang saat itu cukup banyak. Mungkin karena klinik kesehatan ini adalah untuk umum, maka pasien yang datang pun bermacam-macam. Dari anak-anak hingga orang tua, dari yang mengalami keluhan ringan hingga mengecek kehamilan. Bahkan saya melihat ada seorang pasien yang membawa hasil rontgen di tangannya.
Menit demi menit berjalan, namun saya belum juga terlepas dari antrian. Selentingan saya mendengar bahwa bisa saja saya meminta agar didahulukan, dengan memberikan sedikit pelicin kepada petugas di bagian pendaftaran. Tapi saya memilih tidak melakukannya.
Adzan isya berkumandang dari kejauhan. Saya dan para pasein lain masih tetap menunggu panggilan. Akhirnya saya putuskan untuk sholat isya terlebih dahulu di mushalla yang berada di dalam klinik. Giliran saya mungkin masih lama.
Setelah sholat isya, kembali saya menunggu. Pasien memang sudah agak berkurang, tapi ternyata masih ada beberapa pasien yang baru datang. Mungkin mereka sudah mendaftar sejak tadi dan baru datang untuk menghindari antrian.
Di sisi sebelah kiri saya, duduk seorang kakek, sendirian. saya melihatnya begitu sabar menanti giliran. Sejak saya tiba, beliau sudah ada di situ. Sementara di depan beliau duduk sepasang suami-istri. Sama seperti kakek, mereka menunggu giliran. Bedanya, si suami terlihat tidak tenang. Sesekali ia bangun dan bertanya kepada petugas kapan giliran mereka. Dari raut mukanya terlihat sedikit kekecewaan.
Di sisi kanan ruangan,Β terlihat sepasang suami-istri yang juga sedang menanti tibanya giliran mereka. Terdengar pembicaraan diantara keduanya tentang apa yang mereka alami di tempat ini.
“Untung tadi kita enggak jadi nyogok, ya Mas. Kalau hal itu kita lakukan, berapa banyak orang yang akan kesal atau marah karena melihat kita datang belakangan tapi dipanggil duluan,” begitu ucap sang istri.
“Iya. Mas enggak mau mendidik hal-hal yang tidak benar kepada si dede,” timpal sang suami.
“Untungnya tadi kita uang lebih yang kita punya sudah kita berikan kepada yang membutuhkan, itukan jauh lebih baik.”
“Betul,” jawab sang suami sambil mengusap perut sang istri yang sedang hamil tersebut. Senyuman menghiasi wajah keduanya.
“Kita tidak menzholimi orang lain, apa kita dapat pahala?” tanya sang istri.
“Masalah pahala itu hak Allah, yang jelas kita sudah bisa mencegah diri kita untuk tidak berbuat zhalim kepada orang lain,” jawab sang suami.
Tak lama kemudian, nomor urut mereka dipanggil. Keduanya melangkah masuk ke ruang periksa.
Semoga keduanya tetap istiqomah. Saya juga. Amin.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Para Lelaki Masbuq
- Jika Tentang Rasa
- Bisa Jadi…
- Antara Ikhlas dan Buang Air Besar
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Membalas VS Memaafkan
- Kisah Rasulullah yang Kental dalam Pesan Moral Namun Rapuh dalam Validitas
- Dua Sisi Digital Lifestyle
- Strategi Sedekah
- Dhuha dan Tilawah Para Pengemban Amanah
Jadi ceritanya kapan mas rifki dipanggilnya? π
Oya trus kalau kasusnya yang belakangan datang itu sebenarnya sudah ambil nomor antri sebelumnya gimana?
kapan nomor saya dipanggil, itu tidak penting π
ya saya pikir seh nggak apa2. toj memang dia sudah datang duluan sebelumnya dan mengambil nomor antrian seperti yang lain pula. karena rumahnya dekat atau ada keperluan lain, dan cukup waktunya, ya ditinggal dulu antriannya
Iya, sih bisa aja gitu. Cuma kadang takutnya kalau ternyata orang yang baru datang dan nggak tau mikirnya dia nyerobot antrian
ya kalau mau berpikir begitu sih bisa aja. tapi ya sebaiknya positif thingking aja biar kita nggak bete π
Iya. Hehe. Saya asal ada hape atau buku yang bisa dibaca bisa lumayan sabar nunggunya π
itu solusi terbaik π
π
π
budaya antri emang masih susah di qt sini..
berobat apa..??
salah satu penyakit yang menjangkiti masyarakat indonesia… KUDIS = KUrang DISiplin
kalau yang itu di luar pembahasan. jadi tidak perlu saya jawab…. xixixixixixixi
Yaaaah…biasanya juga kan bahas yg diluar tulisan π
begitu yah?
hhmmmm… kalau begitu postingan ini dibuat pengecualian π
oowh..jadi gitu ya..jadi udah main rahasia2an nih sekarang..kwkwkwkwk..
*kebawa karakter.. π
iya dong…. masa nggak boleh punya rahasia π
hmm..iya deh.., kan emang hrs punya privacy juga ya..
*kalem..
betulll
π
π
Dapat ide nih… kalau ada yang nyerobot antri trus ga bisa diajak bicara baik-baik , bisa ditanya. “Apakah anda kudis?”
hahahaha…
*kena maki kali ya…
Xixixixixixi…. Coba aja
Ntar kalo dah ke Gramedia trus berfoto ama bukunya Bang Rif. Jadi kalau ada yang ngamuk tinggal liatin fotonya. *nyontek disini… gitu deh
Tulisan di atas mah nggak ada di buku
Kan cuma buat ngeles :p
Lagian dapet idenya kan dari Abang. Mayanlaaah bari promosi.. hahahahaha… kabuur ah… thanks for nice posting π
sama-sama
D klinik ja da sogokan jg ka?
Klo d poliklinik saya biasanya mendahulukan pasien urgent yg prl penanganan cpt n bos2 … π
cuma “selentingan” aja. saya nggak tahu pastinya
ooo … mdh2an ja ngga bener ye … husnudzon ja … π
skrg dah sembuh nih?
hmmm…. sepertinya di atas tidak ada kalimat yang menyebutkan siapa yang sakit
ohhh … syukur deh ngga, pdhl kan baru mau dibawain anggur n apel … xixixi :p
biasanya klo da crt ttg klinik brrt da yg sakit …
BTW itu d home cover buku nya ya ka?
kalau udah beli anggur dan apelnya, silahkan dikasih tetangga aja. kan niat baik harus dituntaskan π
iya. itu cover bukunya
betul bgt … tp baru mau loh ka … π (just kidding)
covernya bagus … termasuk golongan novel kan ka?
bukan. nanti tunggu postingan rersminya aja π
okok … π
silahkan lihat di sini :
https://jampang.wordpress.com/2013/10/16/my-new-book-jejak-jejak-yang-terserak/
Aku sering banget negor orang yang ngga mau antri… Rata2 mereka sangat sadar bahwa mereka melanggar, tapi pura2 ngga tau. Pas ditegor paling bilang… “oya ya mbaa… Maaf..”
Rupanya berharap orang yang diserebot bakal diam aja kali yaaa…
si abang istiqomah amat.. masih disitu2 aje.. emg kaga laper tu bang nunggu lama gt?? π
Aiiih romantis dan bikin ngiri, si suami istri yang ga nyerobot.. heu heu heu…
Ya… Begitulah
βHai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.β
( AliβImraan:200 )
βKatakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah ini luas. Hanya orang-orang yang bersabar yang disempurnakan pahala mereka tanpa batas
( Az-Zumar:10 )
karena ini ya, Bang? π
wallaahu a’lam
iya
ih kalu daku sih pulang aja kalu ga dipanggil panggil gitu.. tapi jadi banyak cerita sambil menunggu ya..
dipanggil seh tetep mbak, cuma lama nunggunya aja