September, Oktober, November, dan Desember. Nama empat bulan terakhir dalam kalender masehi. Kesemuanya diakhiri dengan suku kata “ber”. Dahulu, waktu masih duduk di sekolah dasar, ada yang memberi sebuah clue untuk menjawab kapan musim hujan terjadi di Indonesia. Clue tersebut adalah mengingat bulan yang namanya diakhiri dengan suku kata “-ber” yang disamakan dengan suara ketika hujan turun.
Sekarang sudah memasuki akhir bulan Oktober. Beberapa kali hujan sudah turun menyapa bumi. Tak hanya rintik atau gerimis saja, melainkan cukup lebat. Seperti kemarin dan beberapa hari sebelumnya.
Kemarin hujan turun cukup lebat dan berdekatan waktunya dengan jam pulang kantor. Saya sempat membaca status salah seorang teman yang pulang terlambat karena macet yang biasa terjadi selepas hujan lebat berhenti. Saya sendiri pulang agak malam. Hujan sudah berhenti. Lalu-lintas juga sudah tidak macet. Alhamdulillah. Lancar.
Beberapa kali hujan yang turun akhir-akhir ini, seingat saya, belum pernah bertepatan dengan waktu shalat. Mungkin jika pernah atau mungkin beberapa waktu ke depan hujan akan turun berdekatan dengan waktu shalat, sebuah cerita lama akan terulang kembali. Meskipun saya tidak berharap demikian. Sebuah keraguan muncul ketika hujan turun bersamaan dengan kumandang adzan. Keraguan yang terbersit dalam sebuah pertanyaan : Hujan! Ke Masjid Nggak Yah?
Masjid kantor yang saya ceritakan pada link postingan di atas sudah tidak ada lagi. Dibongkar. Penggantinya adalah sebuah masjid yang jauh lebih besar. Jika masjid sebelumnya terletak di depan gedung di mana saya bekerja, maka masjid baru ini terletak di belakangnya. Jaraknya lebih dekat. Hanya saja, jalan dari gedung ke masjid tidak ada shelter atau pelindung seperti yang dibangun untuk menghubungkan gedung dengan masjid lama.
Jika hujan rintik-rintik kecil atau tidak terlalu besar, cukuplah kami berlari dari gedung ke masjid. Basah sedikit bukan masalah. Akan sedikit merepotkan jika hujan turun sangat lebat. Secepat apapun berlari, pakaian akan basah kuyup. Untungnya, pengurus masjid menyediakan cukup banyak payung. Beberapa orang petugas, biasanya mengantarkan payung-payung tersebut ke dua buah gedung yang berada dekat masjid untuk digunakan oleh para pegawai yang akan shalat di masjid. Jika mau bersabar, menunggu sejenak mungkin tidak masalah.
Namun adakalanya, petugas masjid tidak bisa melihat kami, para pegawai, yang sedang menunggu. Tempat kami menunggu memang kurang strategis yang tidak bisa langsung terlihat dari teras masjid. Berbeda dengan pintu masuk gedung baru yang letaknya sejajar dengan teras masjid. Payung pun tidak diantarkan. Jika demikian yang terjadi, beberapa di antara kami akan naik kembali ke lantai atas dan shalat di mushalla yang memang tersedia di hampir setiap lantai.
Jika demikian, maka keraguan pun melanda diri ini. Niat yang semula mantap menjadi sedikit goyah. Pertanyaan pun bergelayut, entah di pikiran atau di hati. Ke masjid nggak yah?
Tulisan Terkait Lainnya :
- Petrikor, Hujan, dan Masa Lalu
- My Dearest Syaikhan : Ini Cerita Kita Bersama Hujan
- Turun Hujan
- Romantisme Dua Insan Kala Hujan (?)
- Pembangunan : Sebuah Sisi lain
- Hujan! Ke Masjid Enggak Yah? (2)
- Mendung, Gerimis, Hujan, dan Proses Kehidupan
- Antara Jas Hujan dan Kantong Kresek
- Ketika Matahari Melemah
- Hujan! Ke Masjid Enggak Yah?
Eaa tulisannya nanggung lagi…
Dan kyknya makin hari makin siang postingnya 😀
judulnya juga kan merupakan pertanyaan. jadi ya digantung aja sekalian 😀
tak hanya lebih siang. hari ini saya juga cuma posting satu kali aja.
Wah, tumben?
protes?
maaf, saya tidak selalu bisa memenuhi keinginan para fans
😀
😀
Ya terserah yang punya rumah saja 🙂
lagi nggak ada ide. eh sebenarnya ada ide sih yang “mengganjal” tapi saya mikir kalau ditulis bisa terkesan lebay 😀
dan biasanya, kalau ada satu ide yang “mengganjal” dan belum disalurkan, pikiran saya selalu ke itu-itu terus.
Ya tulis seadanya aja dulu di draft mas. Daripada nggak konsen kerja. Saya juga dari kmrn mau nulis gagal melulu krn bingung idenya mau diapain
ya kalau udah jadi tulisan… ujung-ujungnya pasti diposting 😀
Ya iyalah. Kalau saya kadang spontan sih kalau nulis. Jadi ya kadang nggak terlalu mikir (secara isinya curhat :D)
nah kalau yg ini saya harus mikir (secara isinya curhat)
Biar nggak kelihatan curhatnya ya 😛
sepertinya yang ini bakal kliatan jelas curhatnya, makanya sudah untuk ditutup2i
xixixixixixi
Waaa jadi penasaran saya 😀
saya kasih bocoran deh…. soal nerbitin buku 😛
Lah, bukunya kan udah terbit? Apa lagi yang mengganjal?
Ya udah nunggu jurnalnya aja deh. Hehe
sikap “sekeliling” di mana ada yang pro dan kontra…. halah bahasanya
Wih kayaknya asik nih 🙂
bukan pro dan kontra juga seh…. apa yah…. ya gitu deh 😀
yeeee… masak hujan aja ga jadi ke masjid…
jangan jadi alasan to yaaa…
dulu para karyawan ga pada sholat karena ga ada mushola,
sekarang begitu sudah ada mushola kalau melihat mereka ga sholat saya langsung ngomel kiri kanan atas bawah … he he he..
ya… harus ke masjid 😀
wah… perhatian banget ibu yang satu ini
biasanya begini:
“Kamu – kamu itu ya… ingat! Kalo ga sholat.. apalagi pas bulan ramadhan, aku potong gaji kalian!!!!” ancamku
*galak 😀
😀
mantap dah!
jangan kasih THR juga…. xixixixixixi
hi hi hi…
lanjutkan 😀
ha ha.. nasehatku yang masih dilanggar mereka adalah “STOP MAIN JUDI dan pasang nomer karena itu melanggar perintah Tuhan”
ga tahu mesti kasih nasehat apalagi… dah sampe dower bibirnya tetepppppp aja dilanggar…
beeeeeeehhhh… 😦
coba aja jelaskan ke mereka tentang teori dadu. probabilitas. jika sebuah dadu dilemparkan, maka kemungkinan jumlah mata dadu yang mereka tebak hanya 1/6 alias 17% saja. artinya kemungkinan mereka menang sangat kecil dan bandar yang akan selalu untung. apalgi jika yang ditebak adalah angka dengan ribuan variasi dan kombinasi.
intinya… judi tidak menguntungkan mereka… bandar yang selalu untung
Gampang solusinya mah..bawa aja payung sendiri, simpen di ruangan, gk usah bawa pulang. Itu cadangan buat klo hujan…okeee kan.. 😀
lelaki… nggak bawa payung 😀
jiiiaaah..lelaki gak takut hujan kalau utk urusan ke masjid 😛
bukan masalah takut…. tapi masalah basah kuyup. nanti karpet masjid basah semua
masuk akal..tapi klo laki2 gak bawa payung gak masuk akal deh..
di bogor mah dah biasa liat cowok2 tulen kemana2 payungan.. beda kali ya bogor ama jakarta..hehe..
kalau begitu saya ralat. mungkin saya aja. dan mungkin dalam waktu tertentu saja 😀
naah..jadi lelaki bisa dong bawa payung.termasuk mas rifki.. 😀
oh iya..klo di palembang dulu iya..klo liat laki2 payungan kesannya gimanaaa gitu, gak banget deh.. Tapi klo disini bisa dimaklumi..
ya…. lingkungan mungkin yang membuat sesuatu terlihat atau terkesan beda
yup..jadi kesimpulannya..?? tetep gak mau bawa payung buat cadangan ujan klo ke masjid..? 😛
yup. kalau dianterin sama pengurus masjid, payungnya ya saya pake
kan tadi katanya di tulisan, posisi nunggunya suka gak keliatan ama pengurus masjid, makanya disaranon bawa payung sendiri..gituuuu…
Mulia nya pengurus masjid itu, mau memfasilitasi payung tuk org2 yg hendak beribadah.
Mmg tiap pegawai ngga ninggalin payung d kntr buat persediaan klo hjn?
yang bawa payung bisa dihitung pake jari mungkin. 1 banding 100 kali 😀
Dari smiley 😀 kyknya termsk yg 100 nih … 🙂
kan di cerita emang saya nggak bawa payung
Iya … 🙂
Skrg kan sdh bln -ber, brrt hrs sdh ninggalin payung d kantor biar ngga ketinggalan jama’ahnya …
Nunggu payung dr masjid aja
Jiahhh … Laki2 mmg pd gengsi ya klo bw payung … :p
😀
terabas aja mass :))
kalau nggak lebat2 amat ya… terabas aja sih 😀
Ke Mesjid atuuh…
Bukan katanya semakin besar hambatan, semakin besar amalan.
Walahualam sih 🙂
Iya. Bagusnya tetap ke masjid
🙂
koprol aja biar gak keujanan… :p
😀
🙂
ah, aku sih cuek aja, ga sholat di masjid gpp :p
*abaikan
kan pahalanya berlipat ganda.
hmmmm…. ada tamu yg datang kali yah 😀
buat cewek gitu lhoo, ga wajib ke masjid hoho.
buat cowok juga nggak wajib… hanya sunnah muakkadah menurut pendapat sebagian besar ulama.
yang saya maksud pahala berjamaahnya
kalu malu bawa payung ya udah bawa jas.. *konsep yang aneh lelaki ga bawa payung..
😀
ngerasa aneh sedniri aja, mbak
semakin besar tantangan.. makin manteb kalo bisa tetep ke masjud.. eaa.. hihihi
iya… betul… kira-kira begitu 😀