Berpikirlah Untuk Tidak Mubazir

fast foodCoretan saya ini mungkin masih terkait dengan coretan sebelumnya yang berjudul “Ketika Kita Berlebih-lebihan, Apakah Mereka Pernah Merasakan?”

Ketika duduk di kelas satu SMP, di dalam mata pelajaran Fisika, saya mendapatkan materi yang membahas tentang satuan dan alat ukur. Agar dapat mengukur panjang atau berat suatu benda dengan teliti, maka diperlukan alat ukur yang cocok. Saya juga diperkenalkan beberapa jenis alat ukur berat seperti timbangan manual sampai timbangan digital yang tingkat ketelitiannya lebih tinggi. Sementara untuk mengukur panjang benda, bisa digunakan meteran atau penggaris yang di sisinya terdapat angka-angka dalam satu senti meter atau inchi.

Namun demikian, hasil kegiatan pengukuran baik berat atau panjang tidaklah mutlak tepat. Sebab sangat tergantung alat ukur yang digunakan, ketelitian si pengukur, serta berbagai kondisi lain yang cukup mempengaruhi hasil pengukuran. Akibatnya, sangat sulit sekali untuk melakukan pengukuran yang seratus persen pas.

Mungkin karena hal itulah, kita sering melihat atau bahkan melakukan proses pengukuran yang tidak pas. Misalnya dalam hal makanan yang kita ambil dalam takaran porsi tertentu. Jika makanan yang kita ambil ternyata terlalu banyak dan kita tidak sanggup menghabiskannya, maka akan banyak  makanan yang yang tersisa. Terbuang. Mubazir. Seperti yang pernah saya temui dan lakukan beberapa waktu lalu, ketika saya  makan malam di salah satu restoran cepat saji.

Ketika baru saja saya memasuki pintu masuk, saya melihat di atas salah satu meja makan, di atas sebuah piring terdapat saos sambal dan tomat yang masih tersisa. Cukup banyak. Sementara nasi, ayam goreng, atau kentang goreng sudah habis. Sungguh sayang, saos tersebut pasti akan terbuang.

Tak ingin melakukan hal yang sama seperti yang saya lihat, saya mengambil saos sambal dan tomat dengan jumlah yang sesuai dengan makanan yang nantinya akan saya santap. Namun pada akhirnya, setelah semua makanan berpindah ke dalam perut saya, masih saja ada sisa saos yang tersisa di atas piring. Menghabiskannya? Tentu saja tidak mungkin saya lakukan.

Saya pun melihat kejadian serupa ketika mengikuti sebuah kursus. Setelah saya selesai menghabiskan makanan yang saya ambil dan bermaksud kembali ke kelas, mata saya menangkap sebuah piring di meja sebelah. Di atas piring tersebut masih tersisa nasi dan lauk-pauk yang cukup banyak. Mungkin itu karena seseorang yang kurang pas mengukur jumlah makanan yang bisa disantap dan masuk ke dalam perutnya. Lagi-lagi mubazir.

Lain lagi halnya yang sering kita jumpai di acara resepsi pernikahan. Mungkin karena banyaknya menu yang disajikan, para tamu undangan mengambil ‘jatah’ seenaknya tanpa pikir-pikir apakah semua makanan tersebut dapat dimakan atau tidak. Hasilnya, banyak kita lihat sisa-sisa makanan yang masih terdapat di piring-piring kotor. Mubazir. Mungkin banyak yang tidak tahu atau tidak mengira jika di dalam sisa-sisa makanan tersebut justru mengandung keberkahan.

Wallahu a’lam.

—o0o—

“Berjama’ahlah dalam menyantap hidanganmu dan sebut nama Allah padanya, niscaya akan mengandung berkah bagimu.” (Silsilah Hadits-hadits Shahih no. 664).

“Sesungguhnya makanan satu orang itu cukup untuk dua orang makanan dua orang cukup untuk tiga atau empat orang dan makanan empat orang cukup untuk lima atau enam orang.” (Silsilah hadits-hadits shahih no. 895).

”Tidaklah makan di atas meja makan dan tidak pula menggunakan Sukurrajah.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Syamail, shahih Bukhari no. 5386 dalam kitab Fathul Bari 9/532).

Ibnu Hajar berkata: “Guru kami berkata dalam (Syarah at-Tirmidzi): “Sukurrajah itu tidak digunakan karena mereka (Rasulullah dan para shahabat) tidak pernah menggunakannya, sebab kebiasaan mereka makan bersama-sama (dengan Shahfa-pent) atau karena makan dengan menggunakan sukurrajah itu menjadikan mereka tidak merasa kenyang. (al-Fath 9/532).

Sukurrajah adalah piring kecil yang biasa dipakai untuk memberi makan anak kecil. (Fathul Bari 9/532).

“Apabila salah seorang dari kamu makan, kemudian suapannya jatuh dari tangannya, hendaklah ia membersihkan apa yang kotor darinya lalu memakannya, dan janganlah ia membiarkannya untuk (dimakan) syaitan”. (Silsilah hadits-hadits Shahih) no. 1404).

“Dan janganlah ia mengusap tangannya dengan mindil/serbet hendaklah ia menjilati tangannya, karena seseorang itu tidak mengetahui pada makanannya yang mana yang mengandung berkah untuknya, sesungguhnya setan itu selalu mengintai untuk merampas harta manusia dari segala penjuru hingga di tempat makannya. Dan janganlah ia mengangkat shohfahnya hingga menjilatinya dengan tangan, karena sesungguhnya pada akhir makanan itu mengandung berkah.” (Silsilah hadits-hadits shahih no. 1404).

Berkata Imam Nawawi, tentang makna kalimat “Pada makanannya yang mana yang diberkahi.” Ia berkata: Sesungguhnya makanan yang dihidangkan untuk manusia itu mengandung berkah, sedang dia tidak mengetahui apakah berkah itu pada makanan yang ia makan atau pada sisa makanan yang melekat di tangannya atau pada sisa makanan di dalam shahfah atau pada suapan yang jatuh. Untuk itu hendaklah ini menjaga semua itu agar selalu mendapatkan berkah. (Fathul Bari 9/578).

Shahfah adalah piring besar untuk makan lima orang (Syama’il Muhammadiyah, bab. Cara makan Nabi).

Nabi bersabda “Janganlah mengusap tangannya dengan mindil hingga menjilati tangannya..”

Hadits ini mengisyaratkan kepada kita agar setiap selesai menjilati tangan agar mengusapnya dengan serbet, bukan dengan selainnya seperti dengan handuk. Ibnu Hajar berkata: “Hadits diatas berisi larangan bagi orang yang mempunyai serbet tapi tidak mengusap tangan dengannya dan juga berisi larangan terhadap orang yang menggunakan selainnya. (Fathul Bari 9/557).

Mindil adalah kain yang dipakai untuk mengusap tangan selesai makan dan bukan kain yang dipakai untuk mengusap badan selesai mandi. (Fathul Bari 5/577).


Tulisan Terkait Lainnya :

47 respons untuk ‘Berpikirlah Untuk Tidak Mubazir

  1. ayanapunya November 5, 2013 / 19:36

    Biasanya kalau pasangan lagi kencan, si cewek kadang nggak ngabisin makanannya. Entah jaim atau apa 😀

    • jampang November 5, 2013 / 20:40

      Wah… Kurang baik itu… Suka mubazir 😀

  2. pinkvnie November 6, 2013 / 00:25

    Jadi ingat wkt ospek d mess Angkatan Darat, makanan ngga blh tersisa klo ada yg tersisa d srh kelilingin lapangan bw piring omprengan d atas kepala. Secara ngga sk sayuran kdg saya buang k kolong meja tp saya acak2 dl biar ngga ketahuan klo itu bekas saya 😀

    • jampang November 6, 2013 / 04:50

      wah… ternyata suka buang makanan 😀

      • pinkvnie November 6, 2013 / 05:33

        Terpaksa…drpd d srh keliling lapangan atau muntah d tmpt pas mkn. Untung cm 4 hr disana. 🙂
        klo biasanya sih hbs tnp sisa asal ngga ada daun n batang2an n tdk d wktin krn klo mkn srg tny dl “nasi km mau ngga dimakan?” Xixixixi 😀 *pdhl mknnya mmg lama*

      • jampang November 6, 2013 / 05:46

        untunglah nggak ketahuan. kan lumayan hukumannya 😀

      • fenny November 6, 2013 / 07:44

        Yup … Kan org Indonesia selalu untung walau menderita … 😀

      • jampang November 6, 2013 / 08:29

        😀

  3. nurme November 6, 2013 / 04:50

    Wuaaah lengkap sekali penjelasannya… 🙂
    Jadi inget pernah ditambahin semangkuk mie lagi oleh ibunya teman gegara isi mangkuk yang saya makan ludes ampe air-airnya. Mana mangkuknya besar pula. Hiks

    Disangkanya masih lapar, padahal karena dibiasakan makan selalu habis.

    • jampang November 6, 2013 / 04:51

      minta dibungkus aja 😀

      • nurme November 6, 2013 / 04:55

        Hahahaha…. pagi-pagi dah dibikin ngakak dalam hati
        Gak kepikiran euy…

        Saat itu ya dimakan ajah, soalnya kan menghargai yang memberi. Dan ludes lagi 🙂

      • jampang November 6, 2013 / 05:05

        oooo…. mungkin memang masih lapar dan masih sanggup ngabisin. rezeki.

      • nurme November 6, 2013 / 05:08

        Weks…

        Jangan-jangan pikiran ibu temanku juga gitu ya…
        Padahal dah kenyang itu…

        Dilema jadinya punya kebiasaan makan selalu habis.. 😦

      • jampang November 6, 2013 / 05:23

        ya tinggal bilang aja, sudah cukup

      • nurme November 6, 2013 / 05:26

        Saat itu gak nanya, kirain piring yang dibawa kebelakang mau dicuci, gak taunya diisi lagi

      • jampang November 6, 2013 / 05:44

        oooo…..

      • nurme November 6, 2013 / 05:59

        🙂

  4. herma1206 November 6, 2013 / 05:53

    masih inget aja pelajaran smp..:)

    • jampang November 6, 2013 / 05:55

      memori saya kan kuat 😀

      alhamdulillah

      • herma1206 November 6, 2013 / 05:55

        alhamdulillah.. 🙂

      • jampang November 6, 2013 / 06:01

        🙂

      • herma1206 November 6, 2013 / 06:07

        semoga tetap selalu kuat memorinya, aamiin
        *lapak sbelumnya gk dibls

      • jampang November 6, 2013 / 06:21

        aamiin. terima kasih doanya.

        *sepertinya krn koneksinya gagal. saya ingat banget balasannya itu…. “kasiaaaaaan” 😀 *

      • herma1206 November 6, 2013 / 06:26

        aaaaaargghh….
        *geplak kepala mas rifki pake buku

      • jampang November 6, 2013 / 06:27

        pantesan aja pada nggak mau. galak sih 😀

        *nggak kena*

      • herma1206 November 6, 2013 / 06:32

        wuiiih..enak aja, sy mah kalem dan baik hati, gak pernah marah..
        *lempar lagi pake bku

      • jampang November 6, 2013 / 08:08

        lah…. itu lempar2 bukannya marah?

      • herma1206 November 6, 2013 / 08:14

        oh iya yah…
        *ambil bukunya, tarok di lemari, duduk kalem smbil senyum manis 😀

      • jampang November 6, 2013 / 08:29

        lah… bukunya udah dilempar 😛

      • herma1206 November 6, 2013 / 08:40

        kan hrsnya mau dilempar lagi..
        biar gak dibilang galak..jdi duduk kalem aja.. 😀
        *pdhal gatel mau ngelempar lgi

      • jampang November 6, 2013 / 08:41

        sifat asli memang kadang tidak bisa disembunyikan

        *kabuuuuuuuur*

      • herma1206 November 6, 2013 / 08:46

        hayyyyyyaaah..
        saya tuh aslinya kalem..kalem..pendiem..gak galak..
        *sambil ngejer bawa buku lagi buat dilempar

      • jampang November 6, 2013 / 09:03

        😀

      • herma1206 November 6, 2013 / 09:05

        sy udh mau pindah lapak nih..
        tpi terakhirnya jgn jawab gitu atuh..
        bilang kek..iya..iya..kalem..ato apalah

      • jampang November 6, 2013 / 09:50

        iya iya

      • jampang November 6, 2013 / 10:17

        😀

  5. Wiwik Widiyatni November 6, 2013 / 08:50

    Sedih juga sih lihat kalo di hajatan. Orang ngambil makanan sendiri, eh gak dimakan. Padahal cuma tinggal makan lho ya. Gak ingat apa ya ada banyak orang di luar sana, mau maem saja susah.

    Kalo saya sih emang suka maem (dengan porsi dikit, tapi sering), jadi jarang gak habis maemnya. Alhamdulillah…

    • jampang November 6, 2013 / 09:05

      mending begitu mbak, sedikit, habis, kalau mau bisa nambah lagi 🙂

  6. wiblackaholic November 6, 2013 / 12:13

    bang, semalam saya liat ustadz maulana, kata beliau makanan yang tersedia itu bukanlah rezeki, tapi harta, setelah diambil dan ditaruh didalam piring untuk dimakan itulah yang namanya rezeki.

    Membuang makanan berarti membuang rezekikah bang?

    • jampang November 6, 2013 / 12:54

      BTW cerita saya di atas adalah soal makanan yang sudah diambil dan ditaro dipiring untuk dimakan. jadi termasuk membuang rezeki juga dong kalao mengikuti versi beliau

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s