
Suatu ketika, saya berdiri di depan mesin fotokopi yang berada di lantai lima. Saya buka binder yang menjepit modul dengan tebal sekitar lima puluhan halaman yang berisi materi-materi pokok yang keesokan harinya akan saya sampaikan di tiga kelas yang diamanahkan kepada saya. Saya ambil halaman terakhir dari modul tersebut, kemudian meletakkannya di dalam mesin fotokopi. Saya tekan tombol berukuran paling besar dan berwarna hijau di mesin tersebut yang bertuliskan “start” di atasnya. Mesin fotokopi pun mulai bekerja.
Hasilnya, sungguh jauh dari memuaskan. Tidak seluruh halaman tercopy. Hanya tiga per empat halaman saja. Rupanya saya salah meletakkan posisi kertas yang akan dicopy. Kertas yang seharusnya diletakkan secara vertikal, saya letakkan secara horizontal. Untuk kali berikutnya, saya pastikan bahwa letak kertas sudah benar sebelum saya menekan tombol “start”. Alhamdulillah, hasilnya lebih baik.
Satu per persatu halaman modul saya copy. Karena tak terbiasa, saya menjadi tidak cekatan dalam melakukannya. Untuk mengambil satu halaman baru, membuka penutup mesin fotokopi, menukar halaman yang sudah dikopi, dan meletakkannya sesuai urutan halaman, itu semua sudah memakan waktu cukup lama bagi saya. Apalagi saya harus melakukan hal tersebut sekitar lima puluhan kali sesuai jumlah halaman di modul tersebut, ditambah lagi sambil berdiri. Capek dan pegal, itu yang saya rasakan. Namun alhamdulillah, akhirnya selesai juga.
Ternyata, pekerjaan para tukang fotokopi yang terlihat begitu sederhana, hanya menukar lembaran-lembaran kertas dan menekan tombol, bila dilakukan bukan oleh ahlinya, akan terasa cukup sulit dan melelahkan juga juga.
Kini, mesin fotokopi yang ada di lantai lima sudah lebih canggih. Ada fasilitas berupa slot yang memudahkan pengguna ketika akan meng-copy banyak halaman secara sekaligus. Sekian lembar dokumen cukup diletakkan di tempat yang disediakan, lalu tekan tombol “start”, maka mesin fotokopi akan bekerja. Meng-copy, menukar lembar yang akan di-copy, dan mengatur lembar hasil copy-an secara otomatis. Praktis. Cepat. Jadi, meng-copy dokumen dalam jumlah banyak bukan lagi masalah bagi saya.
Namun, hingga kini, saya masih belum bisa untuk meng-copy dokumen yang kedua sisinya terisi (bolak-balik). Apalagi meng-copy kedua sisi kartu identitas atau dokumen lain yang ukurannya kecil dengan pas.
Dahulu, ayah saya pernah mempunyai jarum dan benang sol. Suatu waktu saya mencoba menggunakan kedua benda tersebut untuk memperbaiki sepatu atau sendal saya yang rusak. Dengan susah payah, saya menusukkan jarum tersebut ke bagian sepatu atau sendal yang ingin saya perbaiki. Mengaitkan benang ke ujung jarum lalu menariknya keluar. Saya melakukannya di sepanjang sisi sepatu atau sandal saya yang rusak. Pelan tapi pasti, pekerjaan tersebut selesai. Tetapi hasilnya, sudah pasti jauh dari sempurna. Tidak seperti yang dihasilkan oleh tukang sol sepatu yang sering berkeliling.
Lagi-lagi, sebuah pekerjaan yang tampaknya sepele dan ringan, namun bila dikerjakan oleh bukan ahlinya pastilah hasilnya tidak sempurna, atau bahkan mungkin hancur berantakan. Lantas bagaimana dengan pekerjaan besar?
Wallahu a’lam.
*****
“Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah saat-saat kehancuran”. Orang arab baduwi itu berkata : “Bagaimana amanah itu disia-siakan?” Beliau bersabda: “Apabila urusan disandarkan (diserahkan/dipercayakan) kepada selain ahlinya, maka tunggulah saat-saat kehancuran” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Postingan Terkait Lainnya :
|
Kasihan yg lain klo qt bs ngerjain smua nya … 🙂
ya, mungkin itu salah satu hikmahnya. cuma di kantor kan nggak ada tukang fotokopinya, masing-masing pegawai fotokopi sendiri
Brrt bs bk job br disitu … 😀
di sini nggak buka pegawai untuk jenis job itu
😀
😀
Yup.. setiap pekerjaan ada kesulitannya sendiri2…
sama seperti ngajar..kdg ada bebrapa yg menyepelekan guru2 sd, dan menganggap wah guru sma..
pdahal sy aja klo di suruh ngajar SD gak bisa, dan guru sd itu justru lbh susah..krn gak mudah menumbuhkan mood bljar anak kecil, beda ama sma yg belajar krn kemauan sendiri..
kalau dilihat sekilas, guru di tingkat dasar kesulitannya lebih sulit, mereka yang mengajarkan membaca dan menulis. di leverl selanjutnya hanya mengembangkan saja.
tapi ya kembali…. setiap pekerjaan punya ilmu masing-masing
kesulitannya lebih ke arah psikologis, bukan materi, Harus benar2 org yg sabar..dan bukan ngajar skedar batu loncatan, justru itu yg lebih sulit. Klo pengembangan ya tinggal belajar aja sih..
iya..bener…dan ilmunya pun ya masing2 org menguasai..
betul dan betul
Pinteeeeeer…
😀
Hayyaaah…nyengirnya cakep bgt 😀
terima kasih
😛
😀
kalo mesin fotokeponya kayak gambar diatas tinggal taruh aja dibagian atas, ga perlu bolak bailk 😀
yup. yang model sekarang di tempat saya sudah seperti di gambar. sudah enak. di bagian awal yang saya ceritain ketika dulu mesinnya belum seperti itu.
yg masih saya alami adalah susah kalau mau copy dokumen kecil yang bolak-balik, karena susah ngepasinnya 😀
Jadi inget dulu..
Kertas yang sementara disimpan di atas mesin foto copy tercopy karena gak sengaja pencet start.
Jadi inget pernah mengecewakan seseorang karena sebuah amanah. Padahal ga bermaksud menyalahi janji atau amanah tersebut. Tapi penyambung dari amanah tersebut yang ingkar janji. Hiks
hmmm… apa hubungannya mesin fotokopi sama amanah?
Ga ada hubungan ya..
sepertinya nggak ada
Ooooooo….. 🙂
Tips men-copy anti salah.
Kalau mau foto copy banyak, coba 1 lembar dulu. Lihat hasilnya, kalau NG maka ulangi lagi dengan cara lain sampai OK, kalau sudah OK silakan copy yang banyak.
Copy bolak-balik ada di option, 1-copy dan 2-copy, pilih yg 2-copy. Kalau ukurannya mau diperkecil pilih persen-nya. Makin kecil ukurannya makin kecil pula persen-annya. Ulangi tips yg pertama, 1 dulu.
Tips menjahit sepatu, pastikan jarumnya tebal dan khusus untuk sol sepatu jangan sesekali pakai jarum kecil mesin jahit, lalu benangnya yg tebal, nilan misalnya. Jahit secara memutar dimulai dari ujung depan. Pastikan memulainya dari bawah (alas) agar ujung benang tak terlihat. Lakukan secara rapi, jangan lupa kasih lem agar lebih kuat dan tahan lama. Kalau gagal serahkan pada ahlinya.
😀
ya, biasanya saya selalu nyoba satu embar dulu, kalau sudah ok hasilnya baru langsung copy yang banyak.
kalau ngesol ssepatu waktu itu, sepertinya nggak pake lem 😀