
Foto di atas adalah foto tiket pesawat yang akan membawa saya kembali ke Jakarta setelah kurang lebih berada di Manado selama tiga hari dua malam. Saya menaiki pesawat dengan nomor penerbangan GA-0603.Di dalam pesawat, saya kembali duduk di pinggir, bukan dekat jendela. Seperti yang pernah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya “To Manado”, bahwa ada sisi positifnya saya duduk di pinggir meskipun saya lebih menyukai duduk di dekat jendela. Sisi positif itu adalah, saya tidak kerepotan dan tidak mengganggu penumpang lain ketika ingin pergi ke toilet.
Penerbangan dari Jakarta – Manado dan sebaliknya adalah penerbangan yang terlama yang pernah saya lakukan. Jika pada penerbangan-penerbangan sebelumnya saya tidak pernah menggunankan toilet di dalam pesawat, maka pada penerbangan inilah untuk pertama kalinya saya menggunkaan toilet di dalam pesawat.
Toilet pesawat terlihat bersih. Hanya saja tidak ada alat bantu yang bisa saya gunakan untuk istinja. Jika yang lelaki saja akan kesulitan, bagaimana dengan yang perempuan? Sempat terpikir pertanyaan tersebut. Mungkin mereka menggunakan tissue. Saya juga bisa menggunakan tissue. Tetapi saya tidak terbiasa menggunakannya. Saya tak akan membahasnya lebih lanjut, saya akan memberikan beberapa laporan pandangan mata saja ketika saya berada di Manado.
Bagi yang pernah pergi ke Kota Padang, mungkin akan menemukan banyak sekali masjid. Setiap berjalan sekian ratus meter, ada sebuah masjid berdiri. Di Manado, setiap sekian ratus meter perjalanan, maka akan ada bangunan gereja yang berdiri. Wajar. Mayoritas penduduk Manado beragama Kristen.
Taksi adalah sebutan angkot di Manado. Sedang taksi yang sebenarnya di sebut Argo. Warna mobil angkot masih menggunakan warna umum angkot di tempat lain, biru. Yang unik dari “Taksi” di Manado adalah posisi kursinya. Jika umumnya kursi di dalam angkot adalah memaanjang di kiri-kanan angkot, sehingga para penumpang duduk dengan saling berhadapan, maka di Manado, posisi kursi menghadap ke arah yang sama, ke depan, seperti posisi kursi mobil pribadi.
Kebanyakan jalan yang kami lalui dari hotel ke kantor dan sebaliknya adalah satu jalur. Searah. Namun demikian ada juga beberapa ruas jalan yang digunakan untuk dua jalur dengan arah berlawanan.
Kemacetan saya temukan juga di Manado, tapi tentu saja tidak separah di jakarta. Di saat kemacetan, saya tidak mendengar bunyi klakson yang saling bersahutan seperti di Jakarta. Tidak berisik.
Di Manado, saya juga tidak melihat dan menemukan anjing dan kucing yang berkeliaran. Tidak seperti di Jakarta.
Tempat-tempat yang sempat saya kunjungi selain restoran seafood untuk makan siang dan makan malam adalah Gardenia di mana terdapat beraneka macam bunga yang memang ditanam dan dirawat di dalamnya. Dari Gardenia, saya bisa melihat Gunung Lokon.
Selanjutnya, saya juga sempat diajak untuk mengunjungi tempat wisata Bukit Doa, tempat wisata rohani bagi umat Nasrani. Lokasinya cukup tinggi sehingga mobil yang saya tumpangi harus menaiki sekian kali tanjakan. Tiba di lokasi, nuansa hijau dan sejuk tersaji. Saya sempat juga melihat bangunan yang disebut amphitheater dan sebuah chapel.
Dari beberapa spot di Bukit Doa, saya bisa mengambil gambar Gunung Lokon dan sunset. Sayangnya, awan mendung menutupi Gunung dan juga sunset. Namun demikian di spot terakhir, saya sempat mengabadikan sunset dengan kamera handphone dengan kwalitas apa adanya.

*NOTES : link gambar di atas hanya bisa dilihat setelah pukul 19.22
Tulisan Terkait Lainnya :
![]() |
![]() |
link yang mana, mas?
oya, soal istinja di pesawat emang ribet banget tuh. dulu sih diajarinnya pakai tisu yang dikasih air gitu
di gambar terakhir, mbak. itu ngelin ke jurnal foto, tapi sekarang belum bisa kayanya 😀
tapi ada gambarnya kok
bisa dibuka jurnalnya?
nggak. hihi. kok bisa gitu?
Karena statusnya blm dipublish. Masih terjadwal sesuai dg jam saya tulis di atas.
oo jadi itu foto2nya punya postingan sendiri ya?
Yup. Betul banget. Fotonya di postingan terpisah 😀
ternyata… 😀
Ternyata apa?
ternyata nulisnya ditabung 😀
Iya. Biar dapat bunga…. *halah
Bunga komen 😀
😀 begitulah
sama kayak di plg, angkotnya di sebut taksi, duduknya juga ngadep ke depan
Hmmm… Saya blm pernah ke palembang.
Ada seh rencana ke sana cuma nggak tahu terealisasi apa nggak
semoga terealisasi..makanannya itu loh…
enak-enak banget..
saya tahunya pempek doang, sering makan kalau dibawain 😀
oowh…banyak kok jenis yg lain..:)
pastinya, kan makanan nggak cuma satu jenis doank
gunung lokonnya lagi adem ayem pas ke sana Mas ? kan katanya lagi batuk2 terus
Alhandulillah. Lagi adem, teh.
harus kesana ah!
sippppp lah
Bukit Doa pernah lihat dan denger ceritanya dari teman yang kesana, katanya seperti di fim “Sound of Music” ya…
Nah… Film sound of music itu blm saya tonton
hihihi… saya dah nonton tapi belum ke Bukit Doa *ga penting ya pernyataannya 😉
sebab saya nggak bisa jawab
Manado… hmmm ada temen ndak ya di sana
kalau temen perben belum ada… la wong penempatan seangkatan ke kota kabupaten sih, bukan ibukota provinsi hehehe
ooo… nggak ada yang di ibukota provinsi yah?
Begitulah mas 😀 tapi tau deh kalau yang pajak.. Mungkin ada tapi juga mungkin gak kenal
Belum pernah naek pesawat euy.
kapan-kapan bisa ngerasain 😀
Insya Allah kalau nanti naik haji pasti bisa ngerasain. 😀
Aamiin
ngelihat foto tiket pesawat jd ingat check in d makassar kmrn … tmn pake tiket tmnnya tuk balik k jakarta, untung ja petugasnya ngga teliti banget jd bs lolos … 😀
koq bisa begitu?
Karena bs begini 😀
😀
Iya karena wkt itu dpt tiket promonya yg PP. Kebetulan tmn yg dpt PP ini pulang lbh awal krn ada kerjaan jd tiket pulangnya ngga kepake. Tmn saya yg nyusul k makassar akhirnya cm beli tiket pergi ja n tiket pulangnya pake pny tmn itu.
wah… untungnya nggak ketahuan. bisa repot
Heeh … Klo ketahuan ma pura2 ngga kenal … Xixixixi 😀
😀
Mmg tmn2 saya tuh otak2 kriminal smua dan tdk termsk saya … 😀
D pesawat bknnya blh pndh2 tmpt duduk ya klo msh ada yg kosong?
belum tahu. saya belum pernah nyoba.
Saya sih prnh cb n bs, tp tunggu pesawatnya lepas landas dl. 🙂
oooo…. begitu