
Siang ini, aku dan istriku sudah siap berangkat ke pasar. Bukan untuk belanja bahan makanan, sebab istriku dalam kondisi yang tak bisa mengolah bahan makanan. Jangankan memasak, mencium aroma nasi yang keluar dari tutup rice cooker saja, istriku langsung muntah-muntah. Kami ke pasar untuk mencari mangga muda. Istriku sangat menginginkannya.
“Bang, Neng nunggu di sini aja yah! Soalnya jalan di pasar pasti becek dan bau. Nanti Neng muntah lagi. Tapi Abang jangan lama-lama!”
“Ok!”
Kutinggalkan istriku di pinggir tempat parkir sepeda motor. Tempatnya cukup terlindung dari matahari. Lagi pula ada tempat yang bisa dijadikan tempat duduk istriku selama menunggu.
Hujan semalam masih menyisakan beberapa genangan air di beberapa bagian jalan pasar yang kulewati. Tak hanya becek tetapi juga licin. Jika tak hati-hati melangkah bisa-bisa terpleset dan jatuh.
Pertama kali yang kutemukan di dalam pasar adalah lapak para penjual sayur-sayuran. Mulai dari yang menggelar dagangan khusus berupa toge, daun singkong, kangkung, dan bayam, hingga mereka yang menjual aneka sayuran di lapak sederhana mereka.
Selanjutnya adalah lapak para penjual tahu dengan beraneka bentuk dan ukuran. Lalu penjual tempe, baik yang dibungkus dengan daun pisang atau plastik. Kemudian lapak pedagang oncom.
Beberapa langkah selanjutnya, hidungku mencium bau amis. Rupanya aku sudah berada di area khusus untuk lapak para penjual daging, ayam, serta aneka ikan.
“Pak, yang jual buah-buahan sebelah mana yah?” Tanyaku kepada salah seorang penjual daging.
“Lurus nanti belok kanan.” Jawab bapak penjual daging sambil terus mencincang daging di hadapannya.
“Terima kasih, Pak!” Balasku seraya melangkah menuju tempat yang ditunjukkan olehnya.
Di sekelilingku kini berjejer lapak para penjual buah. Mulai dari yang menjual pisang, jeruk, salak, anggur, apel, pear, dan mangga. Tapi aku tidak menemukan yang menjual mangga muda.
“Bang, yang jual mangga muda sebelah mana yah?” Tanyaku kepada penjual mangga harumanis.
“Sebelah ujung!” Jawabnya.
“Terima kasih, Bang!”
Aku bergegas menuju ujung lorong. Setelah melewati beberapa lapak pedagang buah lainnya aku menemukan penjual buah yang kucari. Hanya seorang saja. Kulihat seorang ibu sedang merapikan letak beberapa ikat bengkoang dagangannya. Kulihat juga buah dagangan lainnya seperti kedondong, jambu air, dan buah yang sedang kucari-cari, mangga muda. Tinggal tersisa tiga buah. Dua buah berukuran kecil dan satu lagi berukuran lebih besar.
“Mangga mudanya berapa, Bu?” Tanyaku langsung.
“Ambil tiga-tiganya aja, lima ribu!” Jawab ibu penjual.
Tanpa tawar-menawar langsung aku bayar ketiga mangga muda itu. Kuserahkan selembar uang dua puluh ribu rupiah kepadanya.
Setelah menemukan uang lima belas ribu di dompetnya, ibu pedagang itu menyerahkan uang kembalian tersebut kepadaku bersamaan dengan kantong plastik warna hitam berisi mangga muda.
“Terima kasih, Bu!” Ucapku.
Istriku pasti akan senang! Pikirku. Kulangkahkan kaki keluar pasar menuju tempat parkir.
“Neng!” Teriakku sambil berlari kecil.
Meski mendengar panggilanku, istriku diam bergeming di tempatnya. Hanya mulutnya saja yang bergerak-gerak.
“Ini, abang udah dapat mangga…” Kalimatku terputus ketika sudah berada di hadapannya.
“Abang kelamaan sih!” Ucapnya sambil menikmati sepiring irisan mangga muda.
“Itu mangga dari mana?” Tanyaku penasaran.
“Itu!” Jari telunjuk istriku mengarah ke sebuah gerobak tukang rujak yang sedang mangkal. Tak jauh dari tempat parkir motor.
Berani Cerita Sebelumnya :
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
wahahaha… *pukpuk si abang*
😀
jauh-jauh ternyata ada yang deket
Hahahaha…. kasiaaaaan :p
ya begitulah….
🙂
yaaaa,,, gitu deh cewe klo ngidam
pengalaman ya mbak 😀
ah,,, aq belum punya nih,, baru setahun
ooo…. kirain udah pernah ngerasain juga 😀
Wha ha ha,,itu namanya pengorbanan bang 🙂
iya… pengorbanan dan perjuangan 😀
perjuangan abang ttp di apresiasi si neng 🙂
tapi si eneng lagi masa-masa sensi 😀
hahaha…udah nyarinya jauh2, nggak tahunya ada si abang rujak yang paling deket, tapi nggak apa2 bang, emang udah rejekinya si ibu pedagang mangga, lagian jualannya kenapa ujung bener ya tempatnya 😆
mungkin nggak diujung juga kali, cuma si abangnya masuk dari pintu masuk satu. kalau masuknya dari pintu masuk dua mungkin bisa langsung ketemu
*alasan ngasal*
oke… aku merasakan kecutnya mangga muda
kalau lagi ngidam mah hilang kali rasa kecul itu 😀
jadi kepengenn.. 😀
😀
silahkan mencari kalau begitu. kalau di sini musimnya mangga harumanis
sama aja pak. cari mangga muda itu susah, harus punya tetangga yang baik hati, hehe
iya seh. yang muda kebanyakan masih di pohon 😀
Ya udah, mangganya si abang aja yang ngabisin 😀
asemmmm… kecuuuut… 😀
Kalau saya malah paling suka tuh sama mangga muda
ya kalau ada bumbu rujaknya mungkin saya masih mau makan 😀
Kalau saya asal ada garam. Jadi deh ngerujaknya 😀
kurang mah kalau saya 😀
mungki juga krena kurang suka sama rujak. suka sama buah yang manis-manis aja
Kayaknya emang laki2 kurang suka ngerujak yah? Dulu di kntor lama saya sering banget beli rujak 😀
di kantor baru nggak ada tukang rujak?
Ada sih. Tapi di kantor depan. Males jalannya 😀
😀
lah…. bukannya kalau makan ke kantor depan? atau udah bawa bekel sekarang?
Nggak. Makannya wisata kuliner. Ke sana ke mari naik motor 😀
lah… yg jauh disamperin yg deket malah nggak 😀
Makan siang lebih utama soalnya. Hehe
😀
iyah
Hehe perjuangaaaaan….
yup… perjuangan laki-laki 😀
mira lagi pengen mangga juga nih….. kemarin pulang dari bogor udah niat mau beli, eh… hujan dan ga nemu penjual yang dimaksud…
ngidam kah?
kalau nggak ada yg jualan khusus… beli sama tukang rujak aja 😀
Hehe… ngidam sama kepengen aja sama ga mas?
Udah makan untuk hari ini 🙂
ya beda, mbak.
ngidam itu pake pusing dan mual. kalau kepengen aja, paling cuma ngiler doank 😀
ooo.. kirain ngidam itu kepengen apa gitu. Sepertinya kalau pusing dan mual itu sepertinya hampir setiap calon ibu mengalaminya..
Soalnya banyak yang bilang, ngidam a, ngidam b. Kirain ngidam itu pengen sesuatu pakai banget. hehehe
setahu saya seh pake mual dan pusing. tapi nggak tahu kalau perempuan langsung yg ngerasain… kali aja beda-beda
hehe.. saya baru tau kalau muat + pusing itu istilahnya ngidam… 🙂
eh… mual + pusing itu ngidam apa morning sickness yah? atau keduanya sama?
*kadi bingung*
Tuh kan. hehehe…
😀
Hahaha, salah sendiri kelamaan. 😆
ya namanya juga nyari-nyari. kalau udah tahu tempatnya ya bisa langsung 😛
Si Abang langsung bergeming hingga sore … 😀
😀
jadi patung!
Musim mangga, dirumah Alhamdulillah banyak … jadi gak usah beli2 🙂
salam kenal akang dari pulo pedes 🙂
enaknya 😀
salam kenal juga, terima kasih sudah mampir
🙂
hehe… lucu… 🙂
Tapi walaupun istrinya kesel pastinya bangga punya suami seperti kang mas Jampang yang rela jauh beli mangga untuk istri tercinta, walau akhirnya ditemukkan tukang buah yg deket.
Tp cerita di atas cuma fiksi koq 😀
Owh…
Fiksi yang keren 🙂
Terima kasih 😀
hahahaha
😀
qiqiqiqi….kesian si abang, perjuangannya terkalahkan tukang rujak *halah* :))
nasib baik belum berpihak kepadanya, teh 😀
Hahaha.. pengorbanan suami siaga
Yup 😀