
Langit di pagi itu menangis, membasahi bumi. Seperti juga Farah yang mengalirkan kedua sungai dari sudut kedua matanya hingga ke pipi. Dukanya tak tertahan. Yang bermula dari sebuah kehilangan.
Azri, lelaki yang pernah mengisi ruang terdalam di hatinya. Lelaki yang mengawali paginya dan menutup malamnya dengan sebuah pelukan hangat. Lelaki yang selalu tersenyum ketika dirinya berlaku manja. Lelaki yang selalu membagi kebahagiaan kepada dirinya. Lelaki yang selalu bisa menghapus air mata kesedihannya. Lelaki yang selalu mengajaknya duduk-duduk di teras rumah untuk menikmati malam purnama. Lelaki yang membangkitkan segala kenangan indah.
“Suatu hari nanti, aku akan bisa mengajakmu terbang!” Ucap Azri pada suatu malam.
“Ke mana?”
“Ke sana!” Jawab Azri sambil sambil mengarahkan telunjuk kanannya ke langit malam yang berhias purnama dengan ribuan bintang di sekelilingnya.
“Ke langit?” Tanya Farah memastikan.
“Iya.”
“Naik pesawat?”
“Bukan!”
“Lalu naik apa?”
“Kita tak perlu kendaraan apa pun untuk terbang ke sana. Kita bisa terbang sendiri.”
“Maksudmu?’
“Kita akan terbang dengan menyatukan sayap yang kita punya. Kita akan terbang dari satu bintang ke bintang yang lain. Lalu menyusuri anak-anak tangga yang bercahaya hingga kita tiba di langit ketujuh.” Jawab Azri sambil menggenggam erat tangan Farah.
Lalu keduanya duduk merapat. Tangan kanan Azri merangkul pundah Farah. Kemudian Farah menyandarkan kepalanya ke pundak Azri. Mata keduanya terus menatap langit malam yang begitu cerah. Bercahaya.
Di hadapan Farah, wajah Azri terlihat begitu tampan. Lukisan senyumnya masih nampak beitu indah di mata Farah. Namun sosok Azri kemudian menghilang. Pandangan Farah menjadi gelap. Tak sanggup dirinya melepas lelaki halalnya itu pergi dalam balutan selimut putih.
***
“Kamu pasti bisa, Nak. Kamu pasti kuat. Bertahanlah!” Ibu Azri menggenggam erat tangan Farah sambil mengusap kening Farah yang dibanjiri dengan butiran-butiran keringat.
Farah mengumpulkan tenaganya. Berusaha menguatkan dirinya.
Tiba-tiba wajah Azri muncul di hadapan Farah. Tersenyum.
Semangat Farah terasa tersuntik kembali. Dia berusaha mengumpulkan tenaganya. Lebih banyak.
Tak lama kemudian, terdengar suara tangisan bayi.
Farah memejamkan mata.
Sosok Azri yang sedang tersenyum muncul kembali. Kali ini dibalut dengan cahaya terang. Azri mengulurkan tangan kanannya kepada Farah. Meski sempat ragu, Farah akhirnya menyambut uluran tangan Azri.
“Kamu sudah siap?” Tanya Azri dengan wajah tersenyum.
“Siap untuk apa?” Farah balik bertanya.
“Untuk terbang.”
“Terbang?”
“Iya. Kita akan terbang dengan menyatukan sayap yang kita punya. Kita akan terbang dari satu bintang ke bintang yang lain. Lalu menyusuri anak-anak tangga yang bercahaya hingga kita tiba di langit ketujuh. Ke Surga.”
“Tulisan ini diikutsertakan dalam “Birthday Giveaway “When I See You Again” di blog: http://itshoesand.wordpress.com “
dan mendapatkan hadiah hiburan
Flash Fiction Lainnya :
semoga menang 😀
aku mau ikutan tapi nggak bikin2 dari kemarin
terima kasih. masih ada waktu koq. coba aja
Farah jd ikut meninggal jg?
iya. meninggal setelah melahirkan
Sedih … Kasihan jd yatim piatu sebelum mengenal ortu nya …
Smoga tulisannya menang ye … 🙂
senangnya ya bisa buat cerita..teteh mah ngga bakat..imajinasinya kurang hehe
mudah2an menang yaaa..
terima kasih, teh. aamiin
Tiga kali baca baru ngeh….maklum IQ flopi A 12,4 MB 😀
pelan-pelan aja bacanya 😀
Hiks, baru tahu kalau ada GA ini.. udah gak nututi euy.. *korek-korek tanah*
eh mas jangan lupa naro link di kolom comment, kok tadi aku buka blognya pemberi GA gak ada comment dari Mas Rifki.
saya baru tahu dua harui yg lalu.
masa nggak ada, perasaan tadi saya sudah kasih komentar.
saya cek lagi…. terima kasih, mbak
masih dimoderasi, mbak. tapi yang sesudah saya koq sudah muncul yah?
😀
Hahahaha ya wes sing sabar mas, yg penting udah masukin ke comment. Semoga menang ya… Bagus ceritanya 🙂
terima kasih, mbak 😀
Pak, ‘when i see you again’-nya barang kali bisa disisipkan di antara :Sosok Azri yang sedang tersenyum muncul kembali. Kali ini dibalut dengan cahaya terang. Azri mengulurkan tangan kanannya kepada Farah. Meski sempat ragu, Farah akhirnya menyambut uluran tangan Azri.
Atau yang ini :
Tiba-tiba wajah Azri muncul di hadapan Farah. Tersenyum.
Semangat Farah terasa tersuntik kembali. Dia berusaha mengumpulkan tenaganya. Lebih banyak.
Biar lebih mantap!
Cheers!
terima kasih, tapi sudah disetor dan batas akhirnya sudah lewat dan sedang dalam proses penilaian.
jadinya ya apa adanya aja deh 😀
Sedih. Anaknya jadi yatim piatu.
iya, mas
Tinggal berdua dengan nenek dong.. huhu..
iya mbak…. hiks
Nulisnya buru-buru?
nggak
Ada beberapa kata-kata yang salah. Itu maksudnya
kalau typo mah udah sering banget, rata-rata coretan saya emang banyak typonya
Oh bukan karena buru-buru ya…
Ya.. ya.. ya
sepertinya bukan, tapi karena kebiasaan
Maap ya bertanya…
Bagus,sedih
terima kasih.
.. sad dan happy bersatu di ending