
Kesunyian Lembah Ngu Hanh dipecahkan oleh suara tembakan dari segala penjuru. Aku langsung menjatuhkan badan ke tanah. Tiarap. Selama beberapa waktu, aku hanya bisa membiarkan ratusan peluru berdesing di sekelilingku.
Lalu hening. Sesaat.
Telinga kananku yang menempel ke tanah mendengar derap langkah puluhan kaki. Semakin keras. Semakin dekat.
“Anda baik-baik saja?” Tanya seorang tentara sambil membantuku berdiri.
Aku diam. Tak menjawab. Dari seragam yang mereka kenakan, mereka adalah angkatan bersenjata Amerika yang datang untuk menyelamatku dan James, adikku, yang ditawan oleh Pasukan Vietkong.
“Kami akan membawa anda pulang!” Sambung tentara itu lagi sambil memapahku meninggalkan Lembah Ngu Hanh.
Aku selamat, tetapi James tidak. Aku hanya bisa melihat tubuhnya terkapar di tanah dengan wajah dan kepala yang hancur.
***
Sementara Bianca, istriku, menemani dan menghibur Alita atas kematian James di dalam kamar, aku duduk di ruang tengah rumah Alita. Kuambil foto berukuran 5R berbingkai hitam yang terletak di atas meja kecil di sampingku. Kupandangi foto James, Alita, dan bayi mereka yang baru lahir. Keduanya terlihat sangat bahagia.
Sesaat kemudian, sudut mataku menangkap sosok mungil keluar dari dalam kamar. Bayi lelaki itu merangkak mendekatiku. Dia berhenti di beberapa langkah dari tempatku berdiri. Pandangan kami beradu. Kurasakan kedua matanya seperti sebilah pedang yang mengoyak-ngoyak pikiranku dan meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah kulakukan.
Tiba-tiba pandanganku berputar-putar hingga ingatanku terlontar kembali ke Lembah Ngu Hanh.
“Bunuh dia!” Teriak komandan pasukan Vietkong kepadaku.
Aku baru saja memukul jatuh James dalam sebuah perkelahian yang dikelilingi todongan moncong senjata mereka.
Aku bergeming. James tak bersuara. Tapi tatapan kedua matanya memelas agar aku tak mengikuti perintah itu.
“Ambil, lalu bunuh dia atau kubunuh kau!” Komandan Pasukan Vietkong itu kembali berteriak. Kali ini dengan menempelkan laras senjata di kepalaku.
Aku bimbang. Sesaat.
“Aaaaaaaaaarg!” Teriakku sambil mengambil sepotong besi yang tergeletak di tanah lalu menghantamkannya ke kepala dan wajah James. Berkali-kali.
*****
FF 300 kata ini dibuat untuk MFF Prompt#32
Monday Flash Fiction Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
kayaknya berbakat nih bikin cerita sejarah 😉
masa sehh?
😀
Iyaa. Ajarin dong 😀
perasaan yang saya buat bukan sejarah, cuma kebayang film rambo dan film perang lainnya 😀
Tapi bagus tuh deskripsinya. Ah saya jadi ngiri 😀
Terima kasih. Kalau soal deskripsi mah lebih mahir mbak 😀
wow… selalu ada kejutan di akhirnya…^^
kejutan…. unsur yang harus ada di dalam sebuah flash fiction 😀
oo.. gitu ya… aku blum pernah bikin ff
coba aja. ini saya ikutan tantangan. temanya dilempar seminggu sekali
di mana?
Klik aja link di akhir cerita di atas. Itu nanti akan ke blog tantangan ini.
Kejam juga nih.. Tapi memang bener y,secara naluri ap sprti itu?
Setiap makhluk hidup punya sifat untuk mempertahankan hidup. Mungkin manusia juga begitu.
Dibunuh atau membunuh… dua pilihan yang sama-sama tidak enak 😦
Iya mbak. Mungkin kalau di film… Adegan bertarungnya dibikin lama buat mengulur waktu sblm pasukan penyelamatnya datang
Jalan ceritanya kayak cerita perang. Tapi kayaknya ga ada yang sekejam ini deh mukul pakai besi. Paling tembak kalau ama temen sendiri.
tokoh di dalam cerita di atas itu bukan teman, tetapi kakak dan adik. secara logika memang nggak akan ada kakak yang membunuh adiknya. kalau membunuhnya pakai pistol, dari mana dapatnya… kan mereka ditawan.
kalau pistolnya dikasih dari tentara vietkong, kejadiannya pasti si kakak beradik itu akan menembaki tentara vietkong daripada nembak satu sama lain
Iya gak habis pikir.. Nonton film perang rambo ajah dah serem, apalagi kalau ini jadi film ya.. beuu….
*imajinasi tinggi ini mah
setiap orang punya selera film yang beda-beda 😀
sepakat 🙂
Yup
🙂
Nice 🙂 walaupun aku agak setuju dengan komen di atas. Pakai besi? Hmmm..
keduanya diadu sama tentara vietkong mbak. bertarung sampe mati. senjata yg diberikan oleh tentara vietkong berupa sepotong besi.
kalau dikasih pistol… bisa-bisa si komanda vietkong itu yang mati
masih ada celah yah? 😀
wajah dan kepala? wajah itu ada di mana emangnya?
wajah ya… di kepala mbak 😀
tetapi saya mikirnya beda secara letak. misalnya… kalau sekarang mbak diminta…
“peganglah kepala dengan tangan anda”
lalu…
“peganglah wajah dengan tangan anda”
posisi tangan akan berubah nggak mbak?
Jahat
perang memang kejam
Sadis
terpaksa