Kwe Tiaw Itu, Rinduku

kwe tiaw
Zul, boleh aku bercerita tentang sebuah rasa yang tiba-tiba muncul siang tadi? Rasa yang muncul ketika aku menyantap sepiring kwe tiaw goreng di kantorku. Rasa yang kemudian kuutarakan kepadamu melalui sebuah pesan whatsapp. Meski kuyakin dirimu sudah tahu tentang rasa itu, izinkan diriku untuk menceritakannya kembali kepadamu. Melalui ceritaku.

Saat itu hari hampir berlalu separuhnya. Jam di ruanganku sudah menunjukkan pukul dua belas lewat beberapa menit. Waktu bagiku dan juga rekan-rekan kerjaku untuk istirahat. Perutku pun sudah mulai bergejolak untuk segera diisi. Kubuka bekal yang sudah kupersiapkan sejak dari rumah. Kukeluarkan kantong plastik berisi dua potong roti panggang dengan coklat mesis sebagai isinya. Tak lama kemudian aku sudah melahap semuanya. Habis tak tersisa.

Ternyata dua potong roti panggang itu belum cukup mengenyangkan perutku. Mungkin karena hari ini aku sudah mengeluarkan banyak tenaga untuk mengerjakan tugasku sejak pagi tadi. Hari yang lebih sibuk daripada biasanya. Aku membutuhkan asupan tambahan sebagai sumber energi untuk menyelesaikan tugasku hingga sore nanti. Segera aku meminta tolong kepada office boy untuk membelikan makanan di luar.

Tak lama kemudian, office boy sudah kembali dengan membawa makanan pesananku, kwe tiaw goreng. Aku pun segera memakannya. Di saat aku menikmati kwe tiaw tersebut, tiba-tiba muncul bayanganmu, Zul. Aku teringat, bahwa kwe tiaw ini adalah salah satu jenis makanan kesukaanmu. Hanya saja dirimu lebih menyukai kwe tiaw rebus dibanding kwe tiaw goreng.

Siang itu, ketika aku makan seorang diri, tiba-tiba ada sebuah perasaan yang datang menyelimuti hatiku. Perasaan yang beberapa bulan lalu hadir di depan mataku melalui sosok ibuku. Saat itu, aku belum tahu apa dan bagaimana perasaan itu.

Suatu hari, setelah diriku menerima gaji, aku ingin mewujudkan keinginanku untuk mengajak ibuku makan di luar. Berdua saja. Ketika aku menyampaikan maksudku kepada ibu, beliau pun langsung menyetujuinya. Di waktu yang telah ditentukan, kami pun berangkat.

Di saat kami menyantap makanan, aku melihat mata ibu basah. Ibu menangis. Aku tak tahu apa yang dirasakan beliau kala itu. Apakah beliau tidak suka makanan di tempat yang aku pilih ini? Akhirnya, kuberanikan diri untuk bertanya langsung kepada ibu.

“Bu, kenapa menangis?”

“Ibu ingat Bapak. Kira-kira Bapak sedang apa sekarang yah? Apa Bapak sudah makan atau belum?” begitu jawaban Ibu.

Zul, siang tadi, apa yang dialami Ibuku waktu itu, aku pun merasakannya. Kuteringat akan dirimu yang tak ada di sisiku. Entah dirimu sudah makan siang atau belum.

Kukeluarkan handphone untuk menghubungimu. Sekali. Dua kali. Kamu tak menjawab teleponku. Mungkin dirimu sedang shalat zhuhur. Akhirnya kukirim sebuah pesan melalui Whatsapp.

“Zul, aku kangen….”

—–oooOooo—–

bila tak ada ruang dan waktu
yang memisah jarak diriku dan dirimu
maka tak kan ada rasa rindu
untuk kembali bertemu

bila tak ada masa dan tempat
yang membuat kita tak selalu dekat
maka rindu ini mungkin tak kan menguat
untuk merasakan jemari tergenggam erat

bila di setiap masa selalu bersua
bila di setiap tempat selalu bertemu muka
maka tak pernah membuncah rasa
sebuah kerinduan untuk berjumpa


Tulisan Terkait Lainnya :

24 respons untuk β€˜Kwe Tiaw Itu, Rinduku’

  1. nurme Desember 17, 2013 / 19:47

    Kwetiaw Belitung rasanya lebih sedap.

  2. Bunda Aisykha Desember 17, 2013 / 21:44

    Yaaahh,,kadang2,,makanan mmbuat kita teringat pd sesuatu,,sm seperti mendengarkan musik,,

    • jampang Desember 18, 2013 / 05:06

      hiks…. saya kalau ngeliat tukang kue laba-laba juga langsung ingat Syaikhan

      • ibuseno Desember 18, 2013 / 13:34

        kue laba2 yg abang2 pikulan itu ya.. kayak kue tete sbtulnya

      • jampang Desember 18, 2013 / 13:42

        sepertinya beda, teh.

  3. nengwie Desember 17, 2013 / 23:30

    Mau lah teteh Kwetiawnya..udah lama ngga makan nih πŸ™‚

    • jampang Desember 18, 2013 / 05:08

      teteh bukannya pernah bikin yah?
      perasaan pernah baca resepnya…. kalau nggak salah lihat atau inget

      • nengwie Desember 18, 2013 / 09:27

        Itu mah mie ayam bukan Kwetiau kang..:)

      • jampang Desember 18, 2013 / 10:12

        oooo…. salah lihat berarti sayanya πŸ˜€

  4. lazione budy Desember 18, 2013 / 00:26

    pernah makan, cuma lidahku tak sesuai.
    ‘nasgor satu bang’

    • jampang Desember 18, 2013 / 05:10

      kalau rasanya seh saya pikir mirip2 sama mie rebusnya… bumbunya sepertinya sama πŸ˜€

      pake telor? ceplok atau dadar?

      • lazione budy Desember 18, 2013 / 05:13

        haha.., mie rebus tapi lebih kental kebanyakan kecap.

        pakai telur 2, yg spesial bang ya.

      • jampang Desember 18, 2013 / 05:22

        πŸ˜€ iyah yah…. kuahnya lebih gelap.

        telurnya telur ayam apa tellur bebek? πŸ˜€

      • lazione budy Desember 18, 2013 / 05:23

        ayam, kalau bebek cari Brebes dulu mau?
        πŸ˜€

      • jampang Desember 18, 2013 / 05:25

        ayamnya ayam kampung atau ayam negeri?

        *sengaja ngajak ngobrol terus. soalnya yang jualan lagi pergi…. cuma diminta tolong jagain gerobagnya doank*

        πŸ˜€

      • lazione budy Desember 18, 2013 / 05:26

        sial salah orang. huh!

      • jampang Desember 18, 2013 / 05:28

        maaf… maaf, mas

        πŸ˜€

  5. pingkanrizkiarto Desember 18, 2013 / 08:22

    jadi pengen makan kwe tiaw….

    • jampang Desember 18, 2013 / 08:50

      enak lhoooooo πŸ˜€

    • jampang Desember 18, 2013 / 10:13

      di fiska rasa ada yah?

    • jampang Desember 18, 2013 / 22:52

      selamat makan πŸ˜€

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s