
Kedua mataku memandang lurus ke depan di mana kutemukan sebuah pohon dengan batang yang sangat besar besar berdiri dengan gagahnya di tepi danau. Hanya tempat itu yang belum sempat aku selidiki.
Masih ada satu lagi yang tersisa. Jika berhasil kutemukan, maka selesailah tugasku ini. Aku bergegas mendekati pohon tersebut dengan memperpanjang langkah kedua kakiku.
Angin sepoi menerpa wajahku ketika aku sudah berdiri tepat di bawah pohon. Mataku terpejam beberapa saat merasakan sapaanya yang lembut.
Jika saja tidak ada sesuatu yang harus kulakukan, ingin rasanya aku berlama-lama di tempat ini.
Kutengadahkan wajahku ke atas pohon. Kutatap setiap dahannya dengan ranting-ranting berdaun lebat dan berwarna merah muda hingga merah tua. Aku tak tahu apa nama pohon yang indah ini. Kedua mataku tak berkedip seakan tak ingin kehilangan pemandangan tersebut sedetik pun.
Setelah puas memandang keindahan pohon tersebut, kuturunkan pandanganku lurus ke depan. Ke arah danau. Permukaan danau yang tenang dan jernih memantulkan bayangan benda-benda di atasnya dengan sangat sempurna. Mulai dari ranting-ranting pohon yang tumbuh memanjang hingga melewati tepi danau, awan di langit, dan matahari yang hampir terbenam.
Sudah sore! Pekikku dalam hati, tersadar akan tugasku yang belum tuntas.
“Nina! Di mana kamu?” Teriakku.
Pertanyaan bodoh. Mana mungkin dia memberitahukan tempat persembunyiannya. Gerutuku dalam hati.
Krek!
Tiba-tiba terdengar suara seperti ranting yang patah terinjak. Kupastikan bawah suara tersebut berasal dari balik batang pohon besar itu.
Aku melangkah ke balik pohon. Perlahan agar tak menimbulkan suara. Kulihat sepasang kaki mengenakan sandal berwarna merah jambu.
Akhirnya aku bisa menemukanmu, Nina.
Segera aku melompat ke hadapannya.
“Ke… Awwwww!”
Aku berteriak kesakitan.
“Ibu sudah bilang kalau main jangan jauh-jauh. Ayo pulang!” Teriak Ibuku sambil menjewer telinga kananku.
“Sakit, Bu. Iya. Iya.”
Aku terpaksa mengikuti langkah Ibuku. Sementara Nina hanya memandangku sambil tertawa terbahak-bahak.
Berani Cerita Lainnya :
- [Berani Cerita #42] Suatu Senja di Bawah Pohon Rindang
- [Berani Cerita #41] Buku Harian
- [Berani Cerita #40] Amplop Putih
- [Berani Cerita #40] Gosip
- [Berani Cerita #39] Narsis
- [Berani Cerita #38] Mangga Muda
- [Berani Cerita #37] Perisai
- [Berani Cerita #36] Yang Kembali
- [Berani Cerita #35] Dia Sudah Ada yang Punya
- [Berani Cerita #34] Jalak Bali dan Kakaktua Raja
sayang keburu ke gap ama ibunya, jdi gag sempet deh berinteraksi sma nina.
Lagian main petak umpetnya seh jauh dari rumah 😀
Anak pintar kalau main jangan jauh jauh :p
betul… dan harus pulang tepat waktu 😀
padahal lg asyik2nya bermain 🙂
iya, pak 😀
keren….fiksinya..saya kok nyerah yah kalo fiksi…aslinya pingin belajar…kemarin tuh pingin membuat cerita dari dongeng ngawur yang setiap malam kadang saya dongengkan ke kinan..fabel tentang ikan..dll..hehehe..semoga ada waktu..maklum masih sambil kerja full time gini..susah cari celah me time buat ngeblog…dan nulis..hiks..
saya juga masih belajar, bu. aslinya saya nggak bisa bikin fiksi. paling bikin coretan keseharian aja. terus nyoba ikutan tantangan aja buat ngasah otak 😀
biar nggak lupa saat nulis, waktu cerita ke kinan menjelang tidur, direkam aja bu. kalau sudah ada waktu bisa ditulis ulang dan ditambah ini itu
btw salam buat si ganteng yang sepantaran sama kinan..kinan agustus kalo si ganteng ini bulang apa pak lahirnya katanya selisih sebulan sama kinan yah..july atau september??
selisih satu tahu, bu.
syaikhan lahirnya bulan juni
Nina ini semacam imaginary friend apa makhluk halus Mas? Hehehehe *penasaran
Itu teman sepermainan beneran. Teman lain yg main petak umpet sama-sama udah ketemu semua. Nina ngumpetnya agak jauh.
Eh… Tp kalau jd imaginary friend bisa juga seh yah… 😀
hahaha.., ikutan tertawa sama Nina Swan.
sambil nari balet
😀
tak pikir model cerita detektif gitu, hiihi….
Bukan mbak. Cuma cerita anak main petak umpet 😀
lha iya, endingnya bikin meringis, karena tebakan salah. heheh. eh, deadlinenya kemarin ato hari ini ya(Rabu) ?
Biasanya hari rabu, mbak. Sebab stp kamis ada tantangan baru. Cuma entah kenapa bbrp kali ini miminnya nulis deadline-nya itu harinya rabu tapi tanggalnya selasa.
Ternyata main petak umpet, permainan yang menyenangkan dikala kecil!
Yup. Dulu variannya juga banyak 😀
*kayak makanan aja*
kirain Nina-nya hantu 😀
kereen ih ceritanya
bukan, mbak
terima kasih 😀