
Sal, beberapa waktu yang lalu, aku dan beberapa rekan kerja mengikuti sebuah In House Training mengenai Presentation Skills. Salah satu sesi di antara rangkaian acara di dalamnya adalah praktek berbicara di depan beberapa orang atau kelompok kecil. Salah seorang rekanku mangangkat tema tentang kesedihan. Dirinya mengucapkan sebuah kalimat dalam bahasa inggris yang aku tak bisa mengingatnya. Tetapi aku masih ingat inti dari kalimat tersebut. “Seni itu terlahir dari kesedihan”, kira-kira seperti itulah. Kurang lebih.
Benarkah demikian, Sal? Apakah dirimu sependapat dengan pernyataan tersebut? Aku sendiri kurang sependapat dengan kalimat tersebut.
Sal, aku pernah membuat puisi. Mungkin beberapa di antaranya sudah pernah kau baca. Mungkin dari puisi-puisikuΒ itu, kamu bisa memberikan penilaian apakah puisi-puisiku itu memang terlahir dari kesedihan atau bukan.
Sal, aku pernah mempekenalkan diri sebagai lelaki yang tak banyak bicara. Aku tak pandai memuji atau merangkai kata-kata romantis yang langsung bisa kuucapkan langsung dihadapan seseorang, apalagi seorang perempuan. Ungkapan perasaan hatiku mungkin akan lebih banyak kutuangkan melalui tarian jemariku. Seperti beberapa bait puisi di bawah ini.
bila kau memandangku
mungkin aku tak selalu indah
sehingga tak sanggup menghias harimu
bahkan menjadikanmu gundahdi setiap langkahku
mungkin aku sering terjatuh
sehingga tak sanggup menghibur dirimu
bahkan membuatmu berkeluhkau adalah matahariku
yang menyinari jejak langkah
menyusuri waktuku
hingga takdir yang membuat kita berpisahkau adalah darahku
yang mengaliri raga
bersatu
dalam naungan cintaNyakau adalah jantungku
yang terus berdetak
mengiringi irama hidupku
semoga kasih kita tak kan retaksungguh aku tak sempurna
tanpa matahari dengan sinarnya
tanpa darah dengan alirannya
tanpa jantung dengan detaknya
Apakah kamu menyukainya, Sal?
Sal, mungkin, jika aku tak sanggup lagi menuliskan bait-bait puisi, seperti ungkapan di atas, kau bisa menganggap bahwa diriku tak pernah merasakan kesedihan lagi ketika bersamamu. Namun sebaliknya, jika suatu saat aku memberikanmu beberapa bait puisi, janganlah kau mengaitkannya dengan ungkapan di atas, sebab itu bukan berarti diriku sedang bersedih ketika berada di sisimu.
Komik Jampang dan Eneng Lainnya :
Indah Mas puisinya. Romantis sekali.
terima kasih, mas.
puisi lama cuma ditambahin dengan beberapa kalimat pengantar dan penutup.
Tp ya bang,,biasanya klo lg sedih,,puisiku lbh bernyawa,,lbh mantap,,klo lg seneng jarang bikin puisi malah he he
π
Ya bisa jadi begitu, mbak. Puisi2 saya juga kebanyakan yg mellow
eeaa
Uhuyyyyy…..
Intinya, puisi lahir dari “rasa”. Bisa rasa sedih, marah, geram, rindu, atau senang π
Iya mas. Sepertinya ada juga puisi saya akibat rasa marah π
Sya napa gag ada bakat ya klo buat yg beginian..
Belum dicoba aja kali π
kau adalah darahku => langsung ingat lagu andra & the backbone
Idenya memang dari situ….
Sempurnaaaaaaaaa…
π
ooo ternyataaa… π
π
hiks … hiks … sedih …
Lah… Sedihnya di mana?
Perasaan romantis π
Sedih krn ngga ngerti puisi … π
Ooooo…. π
π
Tulisan tangannya bagus …
Baru tahu yah? π
Ngga … Br tempe … π
π
Seni itu juga tetrlahir dari kegembiraan, Mas
Iya, pak. Gembira juga sebuah rasa π
suka sama kata” yang ini “Seni terlahir dari kesedihan” π
hmmmm…. jadi setuju yah dengan kalimat tersebut?
sedikit setuju lah . π
Terima kasih π
hanya orang-orang tertentu dan memiliki rasa yang begitu dalam jika bisa membuat sebait karya puisi. like.
terima kasih π