
Gerimis menemani perjalanan saya ke kantor pagi ini yang sedikit berbeda dengan beberapa hari sebelumnya. Jika beberapa hari kemarin saya berangkat sebagai angkoter, pagi ini saya kembali menjadi biker. Saya berangkat bersama “Duo Eneng”.Neng Verza
Saya pernah bercerita beberapa waktu lalu tentang kepergian Thunder yang memang sudah direncanakan namun ternyata terjadi lebih cepat. Penggantinya adalah Neng Verza. Saya tidak tahu mengapa panggilan sepeda motor lelaki yang satu ini diawali dengan sebutan “Neng”. Yang jelas, jika saya melakukan googling tentang sepeda motor ini, pastinya ada tulisan yang menyematkan panggilan “Neng” kepadanya.
Neng Verza adalah sepeda motor ketiga yang pernah saya miliki. Saya pertama kali memiliki sepeda motor sekitar tahun 2002. Supra X. Di tahun 2008, sepeda motor tersebut saya jual dan menggantinya dengan Thunder. Sekhilaf ceritanya bisa dibaca pada tulisan berjudul “B 3659 GE dan B 6294 EMS”.
Perlu beberapa penyesuaian ketika saya mengendarai Neng Verza karena adanya sedikit perbedaan tampilan dengan Thunder sebelumnya. Namun itu tak banyak masalah. Yang paling berasa adalah rasa pegal di kedua lengan saya ketika mengendarai Verza untuk waktu yang agak lama. Bukan, bukan karena posisi stang Verza yang tidak bagus. Melainkan karena saya terbiasa mengendarai Thunder yang stangnya agak sedikit miring akibat kecelakaan di akhir tahun 2010. Mungkin beberapa hari ke depan, pegal-pegal itu tidak akan datang lagi karena saya sudah terbiasa.
Sebenarnya ada beberapa orang yang menganjurkan saya untuk membeli sepeda motor yang lebih kerena dan kelasnya lebih tinggi dibandingkan dengan Verza ini. Tapi saya tidak terlalu mementingkan gaya dan penampilan. Yang saya butuhkan hanyalah kenyamanan, harga yang lebih terjangkau, dan irit dalam penggunaan bahan bakar.
Neng Minyu
Pagi ini, kali pertama saya membonceng Minyu dalam perjalanan ke tempat kerjanya di sebuah puskesmas. Saya tidak bisa mengantarnya sampai tujuan karena arahnya berlawanan dengan tempat saya bertugas. Dari rumah kami bersama-sama dan kemudian berpisah di Slipi. Saya ke arah Cawang sementara Minyu ke arah Grogol. Minyu melanjutkan perjalanan dengan Kopaja 86.
Berbeda dengan Verza yang diam saja ketika saya memanggil atau menyebutnya dengan “Neng”, Minyu menolak ketika saya bertanya apakah dirinya mau dipanggil dengan sebutan itu. Alasannya karena tetangga sebelah rumahnya terdapat seorang perempuan yang dipanggil dengan sebutan “Eneng” oleh suaminya. Tak apa. Toh masih banyak panggilan lain yang bisa digunakan. Bukan masalah yang besar.
Seperti perlunya pesenyesuaian diri dengan Verza, saya juga harus melakukan penyesuaian dengan Minyu. Alhamdulillah, selama ini lancar-lancar saja. Saya berharap, bersama Verza saya tidak akan lagi mengalami kecelakaan seperti kebersamaan saya dengan Thunder sebelumnya. Bersama Minyu, saya pun memiliki harapan yang serupa, kami akan hidup bersama dalam sebuah rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Tak akan lagi terjadi kecelakaan seperti di masa-masa sebelumnya. Aamiin.
Tulisan Terkait Lainnya :
hihi… wajar aj dong ngga mau…^^
makanya nggak dipaksa 😀
cari panggilan yang spesial lagi… 🙂
tanpa panggilan spesial…. udah spesial koq 😀
minyu juga udah spesial, cuma saya baru gunakan di dalam tulisan, belum di kehidupan nyata 😀
cieeeh… yang lagi berbunga-bunga…:)
Minyu juga unik dan bagus kok.
bukannya blog uni yang berbunga2 😀
kalo yg satu insist gak mau disebut eneng, mestinya gak jadi duo eneng donk.. hehe
duh saya gagal terus sama yg pke utak atik tangan kiri. bahkan di motor matic sekalipun
😀
iya yah…. tapi ngizinin nganggap Eneng buat di komik jampang dan eneng
https://jampang.wordpress.com/jejak-komik/komik-jampang-dan-eneng/
kalau musim hujan seperti sekarang ini, masih jadi biker mas?
saya masih, Pak…
*padahal gak ditanya.
cuma ad alternatif transport itu. kendaraan umumnya lewat cm senin kemis itupun tenaga surya (baca: cm beroperasi pas ad matahari aja)
idem lah. seneng hujan2an meski harus ekstra hati2
masih, pak. malahan saya sering hujan-hujana di atas motor
padahal di jakarta lagi banjir, lho. bisa menerobos genangan air? 🙂
alhamdulillah… jalanan yang saya lalui nggak banjir, pak
aamiin…. 🙂
🙂
aamiin ^^
emg knapa pak, dipanggilnya minyu *kepooo ahah
;d
mungkin nanti akan dibuat coretan khusus 😀
Amiiiin.. semoga lancar tanpa kendala ya Mas.. 🙂
aamiin. terima kasih, mas
eneng boleh, asal gak eneg…#eh 🙂
Ahaha
ish…. nyamber aja nih
:p
Gak nemu ide mau komeng apa. Jadi cari komeng yang menggoda deh. Ahaha.
weksss….
😀
Kekeke, motornya jantan banget tapi panggilannya eneng, semoga akur dan langgeng deh dg eneng-nya 🙂 >>> Huhuhu komen yg ini malah kekirim di postingan yg thunder *sigh 😦
aamiin. makasih doanya mbak.
iyah. nyasar lagi… makanya saya balas yang ini… yang nggak nyasar