
Dari tempat dudukku, kutatap benda bulat yang menggantung di langit cerah. Kudapati pesonanya yang mampu membuat kedua mataku enggan untuk mengalihkan pandangan. Kulihat indahnya yang membuat desiran di dalam hatiku. Akankah kudapatkan rasa seperti ini beberapa saat lagi ketika dirinya datang?
Aku menantikan jawaban itu.
Dia datang. Berdua. Aku berharap akan ada sesuatu yang terjadi di dalam diriku, di dalam jiwaku, di dalam hatiku, ketika pandanganku jatuh kepada sosok perempuan itu. Nyatanya tidak.
Atau mungkin belum?
Aku menunggu.
Di ruangan itu, aku hanya berbicara singkat dengannya. Mungkin hanya dua atau tiga kali saling tanya jawab. Bergantian. Selebihnya dia diam. Membisu. Pendampingnya yang lebih banyak bicara. Bertanya dan bercerita.
Aku masih berharap akan ada sesuatu yang terjadi di dalam diriku, di dalam jiwaku, di dalam hatiku, tatkala matanya mencuri-curi pandang ke wajah perempuan yang duduk di seberang meja sana. Nyatanya tidak.
Atau mungkin belum?
Aku masih menunggu.
Belasan menit kemudian, pertemuan itu berakhir.
Masih ada harapanku bahwa ketika kedua mataku terpejam, aku akan bermimpi bertemu kembali dengan sosok perempuan itu dalam sebuah kebersamaan yang indah. Nyatanya tidak.
Aku terbangun di tengah malam.
Apa yang kutunggu tidak juga kutemukan. Atau mungkin belum? Haruskan aku menunggu lebih lama lagi?
“Jangan-jangan aku terlalu larut dengan definisi yang dihembuskan oleh cerita cinta, lagu cinta, puisi cinta, film romantis dan sinetron picisan, sehingga berharap di pertemuanku dengannya semalam hatiku akan berdesir hebat, darahku akan mengalir deras, jantungku berdetak lebih cepat sebagai pertanda jatuh cinta pada pandangan pertama. Atau mungkin ada hal lain yang belum kusadari?”
Seri Lelaki Sebelumnya:
siapa sih Mas? *terkepo
😀
Bukan siapa-siapa. Hanya cerita fiksi koq 😀
udah mas…sambar ajaa… 😀
Apanya yg mau disamber 😀
Kalimat kedua pak kata kedelapan
😀
terima kasih koreksinya, mbakk
Nggak ngerti..
bagian mananya nggak ngerti?
Ini fiksi atau bukan? Trus yang ditaksir siapa?
jyaaah…. berarti belum pernah baca penjelasan saya tentang perbedaan penulisan kata ganti dalam coretan saya.
aku atau gue —> fiksi
saya –> nonfiksi
https://jampang.wordpress.com/2012/06/08/saya-dan-aku/
yang ditaksir ya, perempuan yang datang ke rumah si “aku”, yang mau dikenalin gitu
tapi kalopun fiksi sepertinya terinspirasi jugaaak, dr siapa dimanaa gituh 😀
ya bisa jadi.
yang fiksi diilhami dari sebagian kejadian nyata 😀
Ini fiksi pada saat ta’aruf offline mas? #eh
fiksi, mbak.
untuk membedakan mana tulisan fiksi dan bukan bisa dilihat dari kata gantinya…
lengkapnya di sini https://jampang.wordpress.com/2012/06/08/saya-dan-aku/
hehe…. kan saya disitu nda bilang cerita mas… 😀
maksudnya setting fiksinya pada saat ta’aruf offline kah? #ngeles
bukan juga. kalau yg offline dengan minyu kan sore, bukan malam 😀
berdesir ga mas? saya cuma deg2an, lebih ke bingung mau tanya apa. hehe….. sama atau beda ya?
mungkin ada. sedikit. tapi yang jelas saat itu… omongan saya dan minyu nyambung. kalau saya diam, minyu yang bertanya… kalau minyu yang diam, saya yag bertanya…. 😀
hehehe… udah siapin list yang mau ditanya tapi malah gimana gitu..
Ujung2nya bismillah, seminggu kemudian lamaran. hahaha
lah… enak kalau udah persiapan. saya nggak ada persiapan… soalnya nggak tahu juga kalau mau dikenalin 😀
fiksi, mbak.
untuk membedakan mana tulisan fiksi dan bukan bisa dilihat dari kata gantinya…
lengkapnya di sini https://jampang.wordpress.com/2012/06/08/saya-dan-aku/