Sepertinya sudah menjadi kebiasaan saya sejak di ngeblog di Multiply untuk melengkapi album foto yang sudah saya upload dengan sebuah cerita. Salah satu contoh album foto yang sudah diupload wordpress dan kemudian dilengkapi dengan cerita atau sebaliknya adalah “In Manado” dan “Hasil Jepretan di Manado”. Kali ini saya akan bercerita tentang Album “The Wedding Photos” yang sudah saya upload sebelumnya sekaligus menjawab beberapa pertanyaan yang sempat diajukan baik di blog maupun di facebook, maupun melalui perntara orang lain.
Oh ya, setelah saya mengupload album foto tersebut, iseng-iseng saya membuat status di facebook berupa pertanyaan apakah mengupload foto saat dipajang di pelaminan itu lebay atau tidak. Mayoritas jawaban menyatakan tidak lebay 😀
*****
Semula, saya menginginkan akad nikah dan resepsi dilaksanakan di minggu terakhir Desember 2013. Lebih cepat lebih baik. Namun Minyu keberatan karena akhir tahun adalah hari-hari sibuk di kantornya. Di samping itu ada beberapa orang dari keluarga saya yang sudah memiliki acara di minggu terakhir tersebut. Akhirnya, akad nikah dan resepsi digeser seminggu menjadi tanggal 4 Januari 2014.
Ternyata, mundurnya rencana tersebut memberikan kebaikan dan keluasan waktu bagi saya dan Minyu. Terutama bagi saya, untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Saya harus beberapa kali bolak-balik untuk melengkapi dokumen yang ternyata lebih banyak yang harus dilengkapi dibandingkan jika yang akan menikah adalah seorang perjaka. Alhamdulillah, ketika menjelang hari H semua persiapan sudah 100%.
Di dalam undangan, acara akad nikah tertulis Pukul sepuluh. Ternyata, setelah mendapat konfirmasi dari pihak KUA, akad nikah baru bisa dilaksanakan sekitar pukul dua belasan. Rupanya, di tanggal tersebut ada empat pasangan pengantin yang akan melangsungkan akad nikah. Sementara saya dan Minyu mendapat giliran terakhir yang akan dikunjungi oleh Bapak Penghulu.
Di hari H, sekitar pukul sebelas kurang, saya dan rombongan berangkat. Jarak dan waktu tempuh ke rumah Minyu mungkin sekitar sepulu sampai lima belas menit. Cukup dekat. Cuma beda kelurahan. Namun karena adanya beberapa rute yang menjadi pilihan dan kurangnya koordinasi, mobil yang membawa keluarga dengan mobil yang membawa barang seserahan menempuh rute yang berbeda. Yang pertama datang dari arah barat sementara lainnya dari arah timur. Jadinya rombong harus menunggu mobil yang membawa barang seserahan memutar.
Selanjutnya rombongan menuju Mushalla An-Najah, tempat pelaksanaan akad nikah. Letaknya sekitar lima puluh meter dari rumah Minyu. Di dalam Mushallah sudah menunggu keluarga Minyu beserta Bapak Penghulu.
Acara pun dimulai. Rangkaian acara terdiri dari pembukaan, pembacaan dua khutbah, ijab qabul, dan ditutup dengan doa.
Sesaat sebelum ijab qabul, Bapak Penghulu menyampaikan beberapa nasihat yang diselingi dengan banyolan-banyolan yang membuat semua yang hadir tertawa. Alhamdulillah, ijab dan qabul lancar. Cukup sekali. Tanpa mengulang. Sah!
Selanjutnya, saya dan Minyu meninggalkan Mushalla menju pelaminan. Sudah banyak tamu undangan yang hadir. Sebagian malah sudah menikmati hidangan yang sudah disajikan.
dua insan melepas rindu
yang terpendam kian menggebu
duduk berdamping tanpa penghalang
setelah sekian lama terpisah ruang
dua hati memadu jiwa
setelah disaksikan puluhan pasang mata
genggam erat jemari tangan
berharap turun segala keberkahan
dua sejoli berkasih mesra
di pelaminan duduk berdua
dua pasang mata beradu pandang
menyelami lautan rasa bertepi karang
berjumpa gundah diharap jauh terbang
bersua indah diharap tak kan hilang
dua insan merajut asa
meski yang dihadapi tak selalu indah pesona
dua insan memohon restu
terwujud keluarga samara yang didamba sepanjang waktu
Di pelaminan, saya dan Minyu menerima ucapan selamat dan doa dari para tamu. Sejak selesainya ijab qabul, kami berada di pelaminan dengan tiga kali mengganti pakaian pengantin. Pertama adalah pakaian yang dikenakan ketika pelaksanaan akad nikah, Minyu menggunakan gaun berwarna putih, sementara saya mengenakan setelan jas berwarna hitam. Kali kedua, sekitar pukul dua siang, kami menggunakan pakaian pengantin berwarna silver dengan sedikit paduan warna pink untuk gaun yang dikenakan Minyu. Selepas Isya, kami berganti pakaian lagi dengan warna gold. Sayangnya, di saat kami mengenakan pakaian yang ketiga, juru fotonya sudah pulang dan tidak sempat mengabadikannya.
Alhamdulillah, acara resepsi juga lancar. Cuaca mendukung. Banyak tamu yang datang dan mendoakan kami.
*****
Berikut adalah pertanyaan yang sampai kepada saya baik langsung maupun tidak langsung beserta jawabannya.
1. Kenapa saya tidak mengundang teman-teman, baik teman kerja, teman sekolah, teman blogger?
Sudah menjadi kebiasaan di Betawi jika melaksanakan resepsi pernikahan dilakukan dua kali. Sekali di rumah pengantin perempuan dan seminggu kemudian dilakukan di rumah pengantin pria. Masing-masing keluarga mengundang para tetangga, kerabat, dan kawan. Adakalanya juga, resepsi dilakukan di satu tempat, baik di rumah pengantin perempuan atau di rumah pengantin pria, dengan mengundang seluruh tetangga, kerabat, dan kawan secara bersamaan. Sedangkan yang saya lakukan kemaren, adalah jenis yang ketiga, hanya keluarga Minyu mengundang. Saya tidak. Ibu dan Ayah saya hanya mengundang keluarga dekat dan tetangga di sekeliling rumah untuk ikut dalam rombongan besan. Tidak lebih.
2. Kenapa saat akad nikah menggunakan Wali Hakim?
Jika ada yang ngeh dengan cerita saya di “Ketika Dua Sayap Telah Sempurna”, maka akan menemukan kalimat “Saya ucapkan kalimat tersebut setelah wali hakim selesai menucapkan ijab. Sah! Status saya berubah menjadi seorang suami dan Minyu menjadi seorang istri.” Yang menjadi wali dari Minyu memang bukan ayahnya, kakaknya, pamannya, atau kakeknya, melainkan wali hakim. Sebab, Minyu adalah anak yatim piatu. Kakek dari garis ayah sudah meninggal. Minyu memiliki dua kakak laki-laki, tetapi bukan satu bapak. Minyu juga tidak memliki paman dari garis ayah. Karenanya, Hakimlah yang menjadi wali nikah Minyu.
3. Syaikhan di mana? Kok nggak ada di foto?
Saya belum menceritakan semuanya kepada Syaikhan. Hanya sebuah pendahuluan yangg pernah saya ceritakan di celoteh Syaikhan edisi 98. Mungkin saya akan mengabarkan berita ini kepadanya pelan-pelan. Insya Allah.
Tulisan Terkait Lainnya:
sampai isyaa? nggak capek tuh, mas? saya pas adik saya yang sampai dzuhur aja tepar 😀
btw, pas hari H itu saya bingung lho, kok masih ada postingan padahal katanya mau nikah. ternyata jurnalnya udah disetting 😀
iya mbak. kebiasaan di betawi itu jadi pengantin sejak jam 10-11an sampe jam 9 malam. tiga kali ganti kostum.
cape ya cape…. tapi mungkin karena senang jadi capenya nggak begitu terasa, langsung setelahnya tepar 😀
hari H dan beberapa hari berikutnya, saya sudah setting beberapa tulisan 😀
Ya ampun niat banget udah disetting :p
sebelumnya juga saya pernah melakukan setting ini koq 😛
yaelaaa
kenapa?
beberapa orang juga ngelauin hal yang sama 😀
Nggak apa. Itu belum selesai mengetik. Hahaa
wekssss…
Lho,,4 januari,,pas bgt ma hari lahirku bang he he,,klo pas hari H tu emang kadang ada ajaa yg ngga sesuai rncana,,itu bumbunya kyknya,,yg pnting sukses acaranya kn bang,,
oh yah? jadi kalau mbak ultah, ingat dengan tanggal pernikahan saya donk 😀
hanya meleset sedikit, mbak. tidak terlalu mengganggu jalannya acara. dan alhamdulillah lancar. sukses
Begitu jg sebaliknya bang ha ha 😀
iya yah 😀
Lho.. Sama, hari lahirku juga 4 Januari! Hehehe..
Selamat ya mas Rifki, semoga pernikahannya berkah selamanya.
wah… ada yang tanggal lahirnya sama 😀
terima kasih doanya, mas
selamat ya mas rifki,, semoga bahagia selalu 🙂
terima kasih, mbak. aamiin
Barakallahu laka wa baraka jama’a wa bainakuma fi khair
aamiin. terima kasih doanya, mas
Sayang ya foto pakaian yg terakhirnya ngga ada …
tukang fotonya udah pulang duluan 😀
lahhh … bkn biasanya sampe acara selesai ye???
Kalau abinya bilang sdh nikah, Syaikhan ngejawab kyk kmrn “yg pny pacar jg” ngga ya 😀
ya harusnya seh begitu. cuma mungkin ada yang saya nggak tahu mengenai perjanjiannya. bukan yang saya bertransaksi
belom tahu 😀
coba 11 januari, pas sm milad titin. trus ada lagunya pulaak
#apadeh 😀
nah…. kalau ngikutin kebiasaan… tanggal 11 itu resepsi di rumah saya 😀
lagunya 11 januari di kota dili itu yah?
huwaaaaaaaaaa, ko jd 11 januari di kota dilii –‘
itumah rita efendi 😀
11 januari gigii.. moso gaktau siy? *sewot sendiri
ahahha
😀
ya saya lebih ingetnya yang itu, mbak. kalau yg gigi nggak inget 😛
ketauan angkatannya siy #eh 😀
😀
ya begitulah….
ahaha.. malah ngebahas lagu.. ekeke
woh syeyan belum tau pacarnya abi.. abi juga ga tau pacar syeyan yaa.. ahaha
abinya tahu donk. kan syaikhan udah pernah cerita namanya siapa 😀
wahahaha
eh…. jangan lebar2 tawanya 😛
Itu yang bikin bertanya-tanya Mas kemaren pas baca celoteh Syaikhan. Habis pacaran kok tetiba nikah. Hehehe..
Subhanallaah. Semoga semakin bahagia ya Mas.. 🙂
soalnya syaikhan baru kenal istilah pacar. kalau cerita saya sudah ngelamar, nanti dia bingung. tapi kalau nikah dia sudah ngerti
knp tidak diceritakan saja syaikhan….?
#kepo
bukan tidak…. belum 😀
jangan2 nanti kl abi nya cerita udah nikah, Syaikhan ikutan minta nikah..hahaha…lucunya ya anak2 itu, polos dan ceplas ceplos..
mudah2an Syaikhan bisa menerima anggota keluarga barunya, bahagia slalu ya buat mas dan keluarga, aamiin..
kita lihat aja nanti reaksinya gimana, mbak 😀
aamiin. terima kasih
namanya minyu ya.. lucu.. iya kalu udah dijelaskan wali hakim pasti walinya sudah tidak ada.. baru mo tanya difotofoto maren kog ga ada syaikhan? keluarga mantan ga diundang ya?
pastinya lancar ijabkabul, kan udah “latihan”..
selamat ya masrifki, langgengjayaabadi..
itu nama panggilan saya khusus di tulisan, mbak. kalau sehari2 seh bukan itu ada lagi 😀
penghulunya juga bilang gitu, katanya masih ingetkan sama ucapannya 😀
enggak, mbak. karena memang nggak ngundang2
terima kasih, mbak
heuheu…sama kyk dulu bang, 3 kali ganti baju dan smp isya msh banyak aja tamu dateng. untungnya dari siang jam 11an (bukan pagi2 bgt), jadi ga terlalu tepar hihihihi
Insyaalloh Syaikhan mengerti ya. Selamat untung kali berdua? Semoga bahagia selalu hingga ke surgaNYA 😉
Kalau bikin dua kali resepsi (di tempat laki dan perempuan) bisa enam kali ganti kostum, teh 😀
Aamiin. Makasih doanya, teh
Barakallulaka wabaroka alaika wajama’a bainakuma fii khoir …. 🙂
Aye kira bakalan 3 hari tiga malam dirayainnya
aamiin. terima kasih doanya.
😀
masa tamunya datang lagi dan lagi?
ya barangkali dari kampung sebelah pada mampir ahaha
pengantennya cape 😛
Selamat selamat Mas Jampang, penganten baru ternyata. Wajahnya happy sekali, nggak apa-apa capek yang penting hati bahagia :).
Semoga langgeng dan diberkahi kehidupan pernikahannya. Barakallahu laka wa baraka jama’a wa bainakuma fi khair…
aamiin. terima kasih doanya, mbak
Jujur aku baca artikel ini berulang ulang tiap hari, tapi sudah kebiasaanku suka sulit komen jika membaca atau mendengar sesuatu yang membahagiakan atau menyedihkan. Mudah-mudahan barokah sampai maut memisahkan bang dan saikhan bisa menerimanya, orang yang beriman dan baik tentunya mampu meluluhkan dan mendekati seorang anak walaupun bukan anak kandungnya
terima kasih mas atas doanya. ya seperti saya yang perlu waktu untuk memulai hidup baru dan menerima orang baru, syaikhan juga sepertinya akan begitu.
barakallah pak jamp.
kok undangannya ga nyampe lante 7? *pura2 ga baca tulisan di atas
terima kasih, mbak. aamiin.
masa nggak sampe, seh? padahal enggak dikirim lho
😀