Terakhir saya menulis Catatan Akhir Pekan Bersama Syaikhan pada tanggal 7 Oktober 2012 lalu yang menceritakan kebersamaan saya di akhir pekan bersama Syaikhan di tanggal 6 Oktober 2012. Sudah cukup lama memang, saya tidak mendokumentasikan akhir pekan bersama Syaikhan dalam bentuk catatan sebuah cerita. Berkurangnya frekuensi kebersamaan dengan Syaikhan di akhir pekan mungkin menjadi salah satu penyebabnya kenapa saya tidak lagi menuliskannya. Sebagai gantinya, dokumentasi kebersamaan bersama Syaikhan di akhir pekan saya buat dalam bentuk surat dengan tag “My Dearest Syaikhan” . Coretan ini merupakan Catatan Akhir Pekan Bersama Syaikhan di tahun 2014.
Sabtu, 1 Februari 2014
Sekitar pukul setengah delapan, saya berangkat dari rumah ke Depok. Alhamdulillah, arus lalu-lintas cukup lancar kecuali di salah satu daerah di Jalan TB Simatupang karena adanya perbaikan jalan. Selebihnya lancar, termasuk di Jalan Margonda.
Seperti biasa, sebelum bertemu Syaikhan, saya mampir ke mini market untuk membeli jajanan. Sayangnya, mini market yang biasa saya datangi tutup. Tidak seperti biasanya. Akhirnya saya memutuskan untuk menuju mini market lain yang lokasinya sudah melewati jalan menuju rumah Syaikhan. Ternyata, di ujung jalan rumah Syaikhan, sudah berdiri sebuah mini market baru. Tanpa banyak pikir, saya langsung belanja di situ.
Tiba di rumah, Syaikhan tidak ada di rumah. Rumah tersebut sedang direnovasi. Syaikhan sedang bermain di rumah Eyangnya yang terletak tak jauh dari rumah lama. Kemungkinan bulan Februari ini semua penghuni di rumah tersebut akan pindah ke rumah baru.
Saat bertemu, Syaikhan langsung protes.
“Abi kok tumben datangnya tanggal sekarang?” Begitu kira-kira protesnya. Jika sesuai jadwal, saya biasanya datang tanggal belasan alias pertengahan bulan.
Sambil memeluk dan menggendong Syaikhan, saya membawanya melihat sepeda motor dan berasalan bahwa kemarin-kemarin sepeda motor tersebut belum ada platnya.
“Plat apa, Bi?”
“Ini, nomor seri!”
“Sekarang?”
“Nomornya sudah ada.”
Lalu kami berjalan menuju rumah lama yang sudah hampir kosong. Semua peralatan dan perabotan sudah dipindah termasuk televisi dan mainan Syaikhan. Kami hanya main tepokan kartu bergambar mobil, bola tendang, dan lempar tutup botol. Biarpun demikian, Syaikhan begitu menikmatinya dan selalu hadir tawanya. Tak lupa, handphone saya juga dipinjam untuk bermain cari kata, edit foto, dan membuat kolase.
“Syaikhan, kalau Abi nikah nggak apa-apa, kan?” Tanya saya di sela-sela permainan.
“Nggak apa-apa.”
“Boleh?”
“Iyah.”
Saya memang berniat untuk memberitahu Syaikhan tentang pernikahan Abinya ini. Namun tidal sekaligus dalam satu perbincangan. Obrolan di atas dilanjut dengan bermain lagi.
“Syaikhan, senang nggak Abi nikah?” Saya bertanya lagi di lain kesempatan.
“Ya, gitu-gitu deh.” Jawab Syaikhan.
Jawaban yang tidak jelas menurut saya. Tapi saya tidak memaksakan jawaban lain. Saya mengajak Syaikhan bermain lagi.
Barulah di saat perjalanan menuju masjid untuk shalat Zhuhur saya melanjutkan percakapan sebelumnya.
“Syaikhan, senang nggak Abi nikah?”
“Senang.” Jawab Syaikhan.
“Kalau senang kok jawabnya nggak senyum?”
Syaikhan tertawa.
“Kapan, Bi?” Syaikhan balik bertanya.
“Tanggal 4 Januari. Nama istri Abi Tante Nurul. Syaikhan mau ketemu nggak?”
“Mau.”
“Kapan?”
“Ya nanti kalau Abi ke sini lagi.”
Dan kemudian, Syaikhan menyebarkan berita tersebut kepada anggota keluarga yang lain ketika bertemu.
Belanja Bersama Lagi
Entah kapan saya terakhir belanja bersama Syaikhan. Yang pasti, sejak Syaikhan bersekolah dan tidak pernah menginap lagi di rumah Nenek kebiasaan tersebut tidak pernah kami lakukan lagi. Di akhir pekan kemarin, akhirnya saya bisa belanja lagi bersama-sama Syaikhan. Di mini market yang tak jauh dari rumah. Dua kali. Salah satu obrolan yang terjadi dalam perjalanan menuju mini market tersebut sudah saya ceritakan di “Celoteh Syaikhan [99] : Abi Beneran Orang Kaya!”
“Syaikhan, nanti kalau Abi datang lagi, Abi nggak bawa makanan yah. Kita beli aja di mini market sama-sama. Nanti Syaikhan yang pilih makanannya!”
Syaikhan pun menyetujuinya.
Syaikhan sudah pandai membaca. Karenanya, Syaikhan suka sekali bermain “Cari Kata” di handphone. Tak hanya itu, Syaikhan juga senang membaca “Komik Syaikhan dan Abi” yang cuma ada enam seri. Ketika membaca, terkadang Syaikhan membaca dialog secara acak sehingga ceritanya menjadi tidak pas.
“Syaikhan, bacanya yang lebih atas dulu!” Saya memberitahu bagaimana membaca komiknya.
Syaikhan pun mengikuti saran saya meski kadang-kadang bertanya kembali untuk memastikan urutannya dengan benar. Senyum-senyum saya dibuatnya ketika Syaikhan membaca tulisan yang berbunyi “Ha… Ha… Ha!”
Syaikhan suka membaca tulisan yang disertai gambar. Ketika keenam seri komik itu sudah selesai dibacanya semua, saya membuka tulisan tentang celotehannya. Ternyata Syaikhan tidak suka. Terlalu banyak kata-katanya. Setelah membaca satu paragraf, Syaikhan tak mau membaca lagi.
“Bikin lagi dong, Bi. Syaikhan suka!” Pinta Syaikhan.
“Lima belas!” Sambungnya lagi.
Mudah-mudahan saya bisa membuatnya lagi. Cuma masih bingung celotehan Syaikhan yang mana yang gampang untuk dibuatkan komiknya.
Penampilan Syaikhan
Kali ini penampilan Syaikhan baru. Begitu bertemu saya sudah bisa melihat penampilannya yang beda. Gigi serinya ada yang copot. Menurut cerita Syaikhan, giginya sudah tanggal tiga buah. Yang satu sudah tumbuh lagi sedangkan yang dua belum. Ada yang copot sendiri, adapula yang dicopot karena sudah goyang.
Soal berat badan, sepertinya Syaikhan belum nambah-nambah. Masih di bawah dua puluh kilo. Setidaknya jarum timbangan menunjukkan demikian ketika Syaikhan berdiri di atas timbangan yang ada di rumah Eyangnya.
Catatan Akhir Pekan Bersama Syaikhan Sebelumnya :
Wuaaah. Belom pernah baca komik syaikhan nih. Meluncur Bang..
silahkan…. 😀
komik bikin secara online, jadi mungkin gambarnya ada yg nyamain nantinya
Waah..seneng ya Syaikan ketemu Abi lagi, kapan dong Syaikah bisa nginep di tempat nenek lagi, neneknya kangen kaaan
belum tahu kapan, teh 😀
bentar lagi cetak niy komik syaikhan abi ^^
😀
cuma buat syaikhan aja kayanya, nggak dicetak. sebab abinya nggak pinter gambar. gambar di komik itu pake aplikas online jadi nggak unik
Syaikhan udah gedeee 😀
yup… sudah mau masuk SD
ketemu anakseperti obat yang paling manjur mengatasi kepenatan hidup ya Pak Jampang.. Selalu menyembuhkan..
Yup. Betul, mbak