“Sal, tahukah kamu ibadah apa yang pelaksanaannya paling lama?” Tanyaku kepadamu.
Kamu terdiam, berpikir sejenak. Mungkin dirimu sedang memilih di antara ibadah shalat, zakat, puasa, atau haji sebagai jawaban. Kuperkirakan jawabanmu adalah haji.
“Haji!” Jawabmu mantap.
“Mengapa pilihanmu jatuh kepada ibadah haji?” Tanyaku lagi.
“Untuk melaksanakan shalat, seseorang hanya butuh sekitar lima sampai sepuluh menit saja. Untuk menunaikan zakat, prosesnya tak sampai hitungan jam. Puasa Ramadhan, meskipun dilakukan selama satu bulan penuh, namun terputus di setiap harinya. Jika seseorang batal puasanya di hari kelima belas misalnya, dia tidak perlu mengganti atau mengulang dari awal. Cukup melanjutkan di hari berikutnya dan menggantinya di lain hari. Sementara haji, pelaksanaannya bisa mencapai satu bulan penuh.” Kau menjelaskan jawabanmu. “Bagaimana?” Tanyamu kemudian untuk memastikan benar tidaknya jawaban tersebut.
“Ibadah haji memang yang terlama dibandingkan ibadah yang lain meskipun sebenarnya bisa dikerjakan dalam hitungan hari dan tidak lebih dari satu bulan. Tetapi jawaban yang tepat atas pertanyaanku bukanlah itu.”
“Jadi apa ibadah terpanjang itu?” Tanyamu dengan wajah penasaran.
“Menikah. Itu adalah ibadah terpanjang!”
*****
Sal, setelah diriku mengucapkan qabul, maka terhitung mulai detik itu, aku dan dirimu sudah mulai menjalani ibadah terpanjang yang bernama pernikahan. Berapa lama ibadah tersebut akan kita lakukan? Aku tak bisa menjawab. Aku tak tahu berapa jatah umurku di dunia ini. Aku juga tak mampu memperkirakan hingga di usia berapa dirimu akan selalu berada di sisiku. Aku hanya bisa berdoa dan berharap limpahan keberkahan di dalam waktu kebersamaan kita, sehingga hanya ada kebaikan dan kebaikan di antara kita berdua dan anak-anak kita kelak.
Shalat, zakat, puasa, dan haji, semua ibadah itu memiliki ketentuan yang jelas. Waktu pelaksanaannya sudah ditentukan, kapan dimulai dan berakhir. Sementara di dalam pernikahan hanya ada waktu dimulainya saja. Tak ada ketentuan yang pasti mengenai berapa bulan atau tahun sebuah pernikahan akan di akhiri. Dan kenyataannya, tak seorang pun yang ingin mengakhiri pernikahan yang sudah mereka mulai. Sekali seumur hidup.
Jika saja ada seseorang yang melakukan sebuah pernikahan dengan menentukan sekian hari, sekian bulan, atau sekian tahun usia pernikahannya, maka itu bukan sebuah pernikahan yang sebenarnya. Niscaya bukan keberkahan yang akan didapat oleh pelakunya.
Sal, Aku pernah mengatakan kepadamu bahwa berbicara tentang pernikahan itu adalah berbicara tentang masa depan. Tak ada yang bisa menghitung batasan masa depan itu berapa lama, seperti halnya tak ada seorang pun yang bisa menebak di usia berapa perjalanannya di dunia ini akan berakhir. Karenanya, pernikahan bisa jadi tak selamanya indah. Tak selamanya yang hadir berupa manisnya madu. Bisa jadi akan muncul bisa yang akan membahayakan aku, dirimu, dan pernikahan kita. Namun demikian, madu dan bisa tersebut tetap saja bisa kita nikmati. Sebab keduanya adalah makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga. Bukankah setiap ciptaan Allah tak ada yang sia-sia?
Sal, sebuah masalah kecil tidak akan menjadi besar jika kita tidak membesar-besarkannya. Tidak akan ada pula masalah besar jika kita mau menyelesaikannya. Aku menggunakan kata “mau”, sebab kuyakin, permasalahan tersebut tidak datang sendiri. Ia datang bersama solusi. Jadi, Insya Allah kita selalu bisa mengatasinya. Karena itu, kita harus mau menyelesaikannya. Sebab kita bisa. Bukankah bersama kesusahan selalu hadir banyak kemudahan?
Ibarat cincin, mahar yang kuberikan dan kini selalu melingkar di jarimu, maka seperti itulah cinta dan kasih sayang di antara kita, tak terputus, melingkar sempurna, menyatukan kita berdua.
Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita berdua untuk menjalani ibadah panjang ini. Aamiin.
Tulisan Terkait Lainnya :
Tadi juga mikirnya nikah sebelum baca isinya Bang. Hehehe. Seumur hidup.
Sama dg mas dani..
😀
Ikut2an nih?
Selamat melanjutkan ibadahnya kalau begiti 😀
Haha iya betul umumnya begitu
Kalau khusus ngak begitu yah? 😀
Aamiin …
Ternyata tebakan saya benar … 😀
Pinterrr…. 😀
diperlukan kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan ekstra untuk menjalaninya
Yup. Betul sekali, pak.
Meski masalah bakal selalu ada, kalau pasangan kita sama-sama oke, bakal lebih asyik menjalani ibadah terpanjang ini pasti.
Betul. Karenanya mncari pasangan haruslah tepat 😀
Ah kudu berbenah diri dulu, biar dipasangkan sama yg sesuai.
ibadah terpanjang yg bila dijalani dgn penuh kasih akan mendatangkan barakah buat keduanya.
betul. Insya Allah 😀