
“Abi datang sekarang?” Tanya Syaikhan ketika bertemu.
“Emang Abi harusnya datang kapan?” Saya balik bertanya sambil menggendong Syaikhan. Tak lupa saya mencium kedua pipinya dan meminta Syaikhan membalas dengan mencium kedua pipi saya.
“Aku bilang sama eyang kalau Abi datangnya Maret eh tahunya Februari.” Jawab Syaikhan.
“Sekarang kan bulan Maret.”
“Iya, Bi?”
“Iya. Tanggal satu Maret.”
Ketika saya datang, Syaikhan sedang bermain. Dialog di atas terjadi ketika saya melangkah menuju rumah baru di mana Syaikhan tinggal sekarang. Rumah yang ditempati Syaikhan sebelumnya, dengan halaman belakang tempat kami biasa bermain bola sudah terjual dan sudah di tempati oleh penghuni baru. Kini Syaikhan tinggal di rumah yang masih dalam proses penyelesaian. Mungkin, saya dan Syaikhan tidak bisa bermain bola di halaman seperti sebelumnya. Mungkin kami akan mencari tempat bermain bola yang lain. Mungkin di jalan di depan rumah.
Belanja di Mini Market
“Syaikhan sudah sarapan belum?” Tanya saya untuk memastikan.
“Udah, Bi!” Jawab Syaikhan.
“Mau jajan nggak?”
Saya datang tanpa membeli makanan untuk Syaikhan terlebih dahulu. Pertanyaan tersebut sekaligus untuk menepati janji di pertemuan sebelumnya untuk mengajak Syaikhan jajan di mini market yang baru di didirikan tak jauh dari rumah.
“Mau, Bi!”
Lalu kami berjalan kaki menuju mini market.
Tiba di mini market, Syaikhan mengambil makanan yang diinginkan. Sepertinya Syaikhan agak bingung untuk memilih makanan apa. Akhirnya, setelah berpindah dari rak makanan yang satu ke rak makanan lainnya, Syaikhan memilih tiga macam makanan. Biskuit, permen, dan sari kelapa. Ketika saya menyebutkan makanan lain yang biasa saya belikan untuknya, Syaikhan menjawab tidak mau.
“Abi, aku pernah beli sendiri!” Syaikhan memberitahu saya bahwa dirinya pernah datang dan membeli jajanan di mini market itu sendiri.
“Beli apa?”
“Cuma beli chupa chup.”
Sebenarnya Syaikhan sudah membuka tempat penyimpanan permen chupa chup tersebut dan mengambilnya. Namun beberapa saat kemudian, Syaikhan membatalkannya.
Dari ketiga makanan yang sudah dibeli, Syaikhan baru menikmati dua di antaranya ketika bersama saya. Pertama adalah permen. Karena Syaikhan menawarkan permen tersebut, maka kami makan berdua meski tidak sampai habis. Selanjutnya Syaikhan menikmati sari kelapa. Syaikhan menikmatinya sendiri. Sedangkan biskuit, belum tersentuh hingga saya pulang.
Main mobil-mobilan, Menggambar, dan Pasbul
Seperti sudah saya singgung di atas, saya dan Syaikhan tidak bermain bola seperti sebelum-sebelumnya. Kali ini kami bermain yang lain yang kebanyakan dilakukan di dalam rumah dan tidak sampai mengeluarkan keringat.
Bermain mobil-mobilan, itu yang pertama kami lakukan. Saya membawa dua buah mobil-mobilan dari rumah, mainan Syaikhan yang ada di rumah nenek. Sudah lama Syaikhan membelinya. Kami bermain dengan berusaha memasukkan mobil melalui jalur sempit yang menyerupai pintu masuk yang dibentuk dari dua buah alas duduk. Permainan sederhan tetapi cukup membuat Syaikhan tertawa dan gembira.
Selanjutnya kami menggambar di buku tulis dengan menggunakan spidol, krayon, dan pensil warna milik Syaikhan. Kami menggambar gunung bersamaan di halaman buku yang saling bersebelahan. Sepertinya selera menggambar Syaikhan sudah berubah. Jika dahulu ketika masih berusia sekitar dua atau tiga tahun yang menjadi objek gambarnya adalah orang [silahkan lihat album “Pelukis Kecil“], kini beralih menjadi pemandangan gunung. Sama seperti saya ketika sekolah dulu. Mungkin perubahan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekolahnya.
Di sela-sela bermian mobil-mobilan (Kami bermain mobil-mobilan berulang-ulang. Berhenti untuk bermain yang lain kemudian kembali lagi bermain mobil-mobilan), saya mencari cara untuk mengajak Syaikhan bermain di luar. Kantong plastik yang tempat menyimpan jajanan Syaikhan saya gunting menjadi bentuk lingkaran dan kemudian saya ajak Syaikhan main ke luar rumah. Saya mengajaknya bermain pasbul. Akhirnya, saya bisa mewujudkan khayalan saya memperkenalkan dan bermain pasbul kepada Syaikhan. Sebelumnya, permainan tersebut hanya ada dalam imajinasi saya. Silahkan baca cerita berjudul “Pasbul“.
Setelah menemukan batu pipih, plastik berbentuk lingkaran tersebut saya lekatkan ke batu pipih lalu saya lempar ke atas. Setelah mencapai titik tertinggi di udara, batu jatuh ke bawah, sementara plastiknya terlepas dan melayang di udara. Saya melakukannya sebanyak tiga kali dan Syaikhan menyukainya.
Sesaat sebelum pulang, Syaikhan menyerahkan semua mainan yang semula saya niatkan untuk ditinggal dan dimainkan Syaikhan sendiri bila tak bermain dengan saya. Ternyata, Syaikhan menyerahkan mainan tersebut dan meminta saya membawa pulang dengan sebuah alasan. Saya pun menerimanya. Padahal sebelumnya, Syaikhan meminta saya membawa semua mainannya yang ada di rumah nenek.
“Kalau Abi ke sini lagi, Abi bawa lagi?” Tanya saya untuk memastikan.
“Iya.”
“Syaikhan suka?”
“Suka, Bi.”
Catatan Akhir Pekan Bersama Syaikhan Sebelumnya :
Penasaran ama alasan kenapa harus dibawa pulang lagi. Saya punya feeling, kalau tahu alasannya, akan membuat dada ini bergemuruh.
😀
bisa jadi bisa jadi.
Kalau membaca postingan Njenengan tentang Syaikhan, saya selalu khawatir saya akan sedih.. Kadang baru baca judulnya saja sudah menebak mau ke mana….
dalam kondisi seperti saat ini, kesedihan itu pasti ada, mas. tapi ya dinikmati aja 😀
Gambarnya bagus … Jd ingat wkt SD setiap da pelajaran menggambar pst gunung, matahari n sawah trs yg d gmbr … 😀
iya…. mungkin karena dicontohin sama guru jadinya gambar itu terus-terusan 😀
Alasannya apa Kang..??
😀
penasaran ya, teh?
ada deeeeeh
Udah tambah pinter aja
alhamdulillah 😀
Asyiiikkk, ada yg seneng baru diapelin abinyaaaa… 🙂
uhuyyyyy 😀
Saya juga penasaran dengan alasannya, ada2 aja sih 😦
😀
banyak yang penasaran di poin itu
kerasa banget, liat syaikhan udah gede sekarang. dari jaman di MP dulu smp sekarang 😀
dipindah dari multiply ke sini 😀
asyiknya yang bisa main bareng sama abinya. syaikhan tinggal sama neneknya yah mas? *kepo*
tinggal sama umminya
ditunggu cerita bersama syaikhan di April dan May 2014…
yang bulan April sudah ada koq. di celoteh syaikhan dan my dearest syaikhan. ceritanya enggak selalu di kategori yang sama, sebab kategori yg bercerita tentang syaikhan ada tiga